Dalam perjalanan
"Madam, boleh aku bertanya?" madam sedang asyik menatap suaminya di luar yang sedang mengisi bensin. Kaca mobil sengaja dibuka sedikit agar angin masuk.
"Ya, Noorah. Apa yang mau kamu tanyakan" madam menengok ke belakang. Cantik. Perempuan yang baru beranak satu itu memang dikenal sangat ramah, tak seperti ibunya. Meski kurang menyayangi darah dagingnya sendiri.
"Kenapa kita belanja terus setiap hari, ya madam? bukankah biasanya juga jarang" aku berkata dengan hati-hati, takut ia tersinggung.
"Oh, cuma bertanya itu saja?"
aku mengangguk, penasaran.
"Kamu akan tahu nanti, setelah idul fitri lewat" jelasnya.
Memang ada apa setelah idul fitri? hm, aku jadi semakin heran.
"Kamu tak perlu berpikir macam-macam, ya Noorah. Santai saja. Nanti kamu sendiri akan tahu, betapa yang kami lakukan akan membuatmu senang dan lupa pekerjaanmu" lanjutnya kemudian.
"Baik ya madam, maafkan karna aku sudah bertanya" jawabku kikuk.
"Tak perlu seperti itu, anggap saja aku temanmu, lagi pula aku tak seperti ibuku yang keras itu"
"Oh, oke..." sebuah senyum manis kusunggingkan
Tuan Khaber sudah beres mengisi bensin. Tak lama ia pun masuk ke dalam mobil.
"Apa yang kalian obrolkan, istriku?" ia bertanya sambil memasang saffety belt.
"Hanya obrolan perempuan, tak lebih" jawab istrinya sambil tersenyum.
"Oh, baiklah jika aku tidak boleh tahu" seutas senyuman tersungging di wajahnya. Manis sekali. Pasangan yang sungguh serasi. Yang satu cantik keturunan arab asli dan yang satu lagi tampan, keturunan campuran arab-hindi.
"Sebenarnya, Noorah bertanya kenapa kita setiap hari pergi belanja, tak biasanya" madam memberi penjelasan pada suaminya.
"Lalu sudah kamu jelaskan alasannya?" Tuan khaber melirik istrinya sekilas.
"Tentu saja tidak, biar itu menjadi surprise..." suaminya itu pun mengangguk, tanda mengerti. Kemudian mereka tertawa bahagia.
Kemudian semuanya diam tak ada yang berbicara. Hingga Oomar kecil tiba-tiba terbangun.
Bayi kecil itu menangis, sepertinya ingin menyusu. Segera ku keluarkan botol susu dari tas bayi yang tersimpan di sebelah tempat dudukku. Hampir satu botol penuh ia habiskan susunya. Efek tidur nyenyak jadi menyusunya pun kuat. Begitulah Oomar. Namun demikian ia sebenarnya bayi yang lucu dan anteng, sangat jarang sekali menangis.
Setelah puas menyusu, kuajak ia bermain-main dengan mendudukannya menghadapku. kedua tangannya bergerak-gerak. Ia tersenyum ke arahku, dengan sorot mata yg bersinar, manis.
"Habibie mamah... Habibie papah...
Ya sitah, sitah...."
kudendangkan lagu buat Oomar kecil. Ia nampak senang dan terus saja tersenyum. Membuatku gemas saking lucunya. Tangannya bergerak berusaha menjangkau kerudung yang kukenakan. Lucu sekali. Sesekali badannya ikut bergerak, lincah, membuatku semakin sayang.
Lalu ku lantunkan sholawat nabi pada si kecil. Lagi-lagi ia tersenyum, lucu sekali.
"Kamu sangat tampan, Oomar. Tapi kenapa imah-mu itu cuek banget sama kamu ya..." kulirik madam lewat kaca spion bagian tengah. Nampaknya ia tak perduli pada anaknya ini.
ish, aneh sekali. Tapi biarlah, yang penting aku menyayanginya seperti anakku sendiri.
Tak terasa perjalanan sudah sampai di tempat yang dituju. Al shareef museum.
Aku dan madam serta si kecil Oomar yang ada dikeranjang, segera turun dari mobil. Sedang Tuan Khaber suami madam, terlebih dahulu memarkirkan mobilnya.
Susana di tempat ini sangat indah. Museum Al Sareef sendiri adalah salah satu destinasi wisata di kota Thaif. Tak jarang jemaah umroh selalu menjadikan museum ini sebagai salah satu tempat yang wajib dikunjungi bila datang ke kota Thaif.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Hayu
Lanjuut Thor...bagus ceritanya.
Silahkan mampir juga ya.. tks👍
2020-04-21
0
abidah hasanah
hai kak ceritanya bagus banget udah aku like nih mari saling mendukung
2020-04-19
0