(Masih flashback)
Setelah kejadian itu aku jadi tidak betah dan takut kerja di rumah ini. Sebisa mungkin aku tak memberitahu orang-orang, tidak madam, Husnah atau yang lainnya. Aku simpan semuanya karna aku takut dan tak berani bilang.
Kupikir Abdul Ro'uf tak akan berani macam-macam lagi. Namun dugaanku salah, saat malam tiba, ada saja tingkah dan idenya untuk mendekatiku. Entah itu pura-pura ngajak Nasheer mainlah, minta dibuatkan kopilah, atau menanyakan ibunya kemana atau bertanya menu apa untuk makanannya nanti. Namun aku selalu jaga jarak. Saat di kamar Nasheer aku selalu mengunci pintu dari dalam, pun saat di dapur atau di ruangan lain aku selalu berusaha menjauh, meski dapat aku perhatikan Abdul Ro'uf tidak pernah jera dan selalu mencari celah saat aku lengah.
Malam itu, ketika semua terlelap, sedangkan tugasku membersihkan puluhan kamar mandi di dalam rumah ini belum selesai, saat itu Abdul Ro'uf berkali-kali menghampiri dan mendekati, namun tentu saja aku bersikap dingin dan berusaha menghindar dengan pergi ke sana kemari, supaya dia tidak terus-terusan mengekor.
"Kamu tak akan pernah lepas dariku, kamu paham itu. Jadi jangan coba-coba untuk mengaku pada ibuku, atau aku akan berbuat lebih kasar padamu" bisiknya saat aku akan pergi ke dapur hendak membereskan cucian piring. Dasar pria sinting, entah apa maunya orang yang buruk kelakuannya itu. Saat itu aku penuh dengan rasa takut dan semakin tak punya keberanian untuk mengadu.
Puncaknya saat sedang membersihkan kamar mandi ke sebelas, dia menahan pintu kamar mandi dengan sengaja saat aku hendak menutup pintunya. Saling dorong pun terjadi, untunglah aku berhasil menutupnya dan langsung saja aku kunci dari dalam.
Saat terdengar suara langkah kaki Abdul Ro'uf masih bolak-balik di luar, aku berdiam disana sambil ketakutan, hingga akhirnya terlelap sampai pagi meringkuk di dalam bathtube.
Aku sedang duduk di dekat tempat tidur Nasheer sambil merenung saat sebuah suara memanggilku.
"Ya, Noorah?" madam sudah berdiri di depan pintu kamar. Lengkap dengan abaya dan tas yang ditentengnya. Sepertinya ia baru pulang dari bepergian.
"Ya, madam" aku menoleh lalu sedikit tersenyum. Walau memakai cadar, aku yakin beliau melihatku. Aku berdiri dan menyambutnya.
Madam lalu mengajakku duduk di ruang tamu, kutinggalkan Nasheer sebentar, sepertinya bocah kecil itu sedang asik dengan mainanya. Obrolan kecil pun terjadi, madam menanyakan perihal kelakuan anaknya, Abdul Ro'uf. Sepertinya Nasheer mengadu pada ibundanya.
Dari perkataan yang disampaikannya, sepertinya ia paham dengan sifat buruk anaknya itu. Aku pun enggan menjelaskan banyak hal karna takut ia tak terima dan malah menghukumku. Namun ia merenung beberapa saat seakan sedang memikirkan jalan keluar. Akhirnya ia pun memindahkanku ke tempat sekarang aku bekerja.
****
"Ck...! Apakah kamu tak akan membiarkan ku masuk, Noorah?" deg, semua lamunanku buyar saat lelaki dihadapanku ini berjalan masuk diikuti oleh supir yang membawa koper dan tas besar. Sedang aku masih terpaku di depan pintu sambil menggendong Oomar kecil. Dilihat dari barang yang dibawanya, sepertinya ia akan berada disini hingga beberapa hari atau mungkin juga beberapa waktu. Entah apa maksudnya aku pun tak mengerti. Entah kebetulan atau ia dengan sengaja mengikutiku sampai di tempat ini. Semoga saja ia tak berbuat ulah dan menyulitkanku.
"Hey, Noorah. Dimana kamar tamu?" tanyanya setelah celingukan ke kanan dan kiri mencari tempat istirahat. Karna di apartment ini hanya ada tiga kamar maka aku tunjuk dengan jari kelingking tepat ke sebelah kiri bersebelahan dengan kamar mandi dan dapur, itu adalah kamar untuk tamu. Sedang di sebelah kanan ada dua kamar tempatku dan Oomar kecil tidur, satunya lagi kamar utama tempat madam Adeeba dan suaminya beristirahat.
Abdul Ro'uf tengah duduk di ruang tamu sambil menatap majalah. Kubaringkan Oomar kecil di tempat tidurnya. Meski ia tidak terlelap tapi bayi kecil itu anteng mendengarkan melodi yang kuputar pada mainan yang tergantung diatasnya.
Kusiapkan kopi dan beberapa camilan lalu membawanya ke meja ruang tamu. Abdul Ro'uf berhenti membolak-balik majalah kemudian menaruhnya di sisi sofa, tempat duduknya.
"Kamu cantik tanpa niqab, Noorah" senyumnya tersungging, nakal. Menelisik wajah dan pakaian yang kukenakan. Kemudian mengambil cangkir yang baru saja kuletakkan. Untung saja tidak ku masukkan racun kedalam kopinya. Dasar buaya, otak mesum. Cih!
Aku menunduk tak menghiraukan, kemudian segera berlalu pergi ke kamar menemani Oomar, tak lupa mengunci pintu dari dalam, agar aman.
Aku menarik nafas yang seakan sesak kemudian menghembuskannya kasar. Semoga aku dijauhkan dari perbuatan buruk Abdul Ro'uf. Amiiin.
Tepat tengah hari aku keluar kamar, celingukan mencari dimana keberadaan manusia mesum itu. Setelah kupastikan tak ada siapa-siapa aku segera ke dapur menyiapkan makan siang, karna madam dan suaminya sebentar lagi pulang.
Saat sedang memotong sayuran, ada yang membuka pintu kamar mandi. Aku menoleh. Rupanya si manusia mesum dari tadi berada disana sedang aku tak menyadari karna tak terdengar suara apa-apa. Ia berjalan hanya menggunakan kaos oblong agak panjang sampai paha tanpa memakai handuk apalagi dalaman.
"Kamu mau ya Noorah" tanyanya sambil menggerak-gerakan anu-nya.
Dasar manusia lakhnat. Aku marah sekaligus takut. Untung saja aku sedang memegang pisau. Aku berbalik sambil mengacungkan pisau padanya.
"Awas kalau sampai kamu mendekat, aku tak akan segan-segan memotong kemaluanmu itu" ucapku geram,
"Oke, oke! Mungkin lain kali" ia mengangkat tangannya sambil tertawa nyaring. Seperti mengejek, lalu pergi begitu saja.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Nur Safitri
apa kebanyakan begitu ya ko serem si ihh
2021-03-18
0
Hujan~Rain~petir 🌧️⚡Mυɳҽҽყ☪️
Dich... Serem bener 😵😵😵😒😒😒
2020-09-23
0
Annisa lie
begitulah nasib tkw
2020-09-21
1