Bagian 13

#TKW

POV Abdul Ro'uf

Malam, saat aku baru tiba di kediaman orang tuaku. Sepi, tak ada suara seorang pun. Sepertinya semua orang sudah berada di dalam kamarnya masing-masing. Pun pembantu rumah tangga yang biasanya masih terdengar suaranya, kini tak kudengar lagi. Kemana mereka, bukankah harusnya mereka bekerja? Hm, ku lirik jam, masih awal waktu belum sampai tengah malam pun.

Sebelum masuk kamar dan berbaring, kuputuskan untuk menemui adik kecilku, Nasheer. Sudah beberapa hari aku tak melihatnya, rindu.

Kriet...! Pintu kubuka pelan, takut ia terbangun. Ku tengokan kepala kedalam, dan, hey, dia tidak tidur sendiri. Ada yang menemani.

Hm... Apakah pengasuh baru sudah datang?

Secepat itukah Ibu mendapatkan penggantinya?

Padahal baru beberapa hari yang lalu ia kabur saat aku selalu berusaha mendekatinya, namun ia selalu menolak dan ketakutan.

Rasanya ingin tertawa saat itu, ya, pada mereka yang sangat lugu. Wajah yang ayu, kulit yang kekuningan, badan yang mungil. Semuanya menarik. Sayang, mereka selalu menjauh dan ketakutan saat kudekati.

Apa salahnya coba?

Bukankah mereka wanita-wanita kesepian, yang jauh dari suaminya dan tentu saja butuh sedikit bersenang-senang seperti kebanyakan wanita di kota ini, biasanya mereka dengan suka reka mendekatiku.

Bahkan tak ada yang berani menolak pesonaku.

Tapi wanita pekerja di rumah ini? seolah aku memberinya racun, mereka selalu menolak dan berlari menjauh. Sith!

Pelan aku berjalan menuju tempatnya berbaring. Ada Nasheer yang nampak terlelap, dan seorang wanita bertubuh mungil tak kalah dengan yang lalu pergi.

Tapi apakah larasnya secantik dia juga?

Hm... Rasa penasaran mengalahkan rasa raguku.

Aku harus melihat rupa-nya. Harus!

Dengan pelan dan hati-hati kuelus dan kudekap wanita itu. Wangi khas wanita indo langsung tercium meski tak memaki parfum. Ya, yang aku tahu wanita indonesia selalu menjaga kebersihan dan resik. Itulah sebabnya mereka berbeda. Aku suka itu, benar-benar suka.

Perlahan-lahan kubuka ikatan pada bagian belakang kepalanya. Niqab pun terlepas. Dan, yang terlihat adalah wajah manis dengan sedikit bekas jerawat dibeberapa bagian titik wajah. Namun begitu tak mengurangi wajah cantiknya. asli. Berbeda dengan wanita kebanyakan yang banyak di poles ini-itu membuatku mual.

Ok, cukup.

Takut ia terbangun dan ketakutan. Kudekap lagi perlahan dan, cup. Aku kembali berdiri dan segera pergi.

Tunggu saja cantik, semua hanya permulaan. Kamu targetku selanjutnya. Semoga kamu tak menolakku.

*****

Kuputuskan beberapa hari untuk tinggal di rumah. Walau sorot mata ibu tak dapat dibohongi, ia tak menyukaiku. Setiap berpapasan dan menyapa, ia hanya menjawab sekedarnya kemudian berlalu pergi.

Bagi ibu, aku anak yang salah, gagal dan jauh dari kebangganya. Ia kerap membuatku frustasi dengan amarahnya dan sikat buruknya.

Berbeda dengan kakak-kakakku yang lain, mereka selalu menjadi kebanggan ibu.

"Lihatlah, Adeeba, Salman, bahkan Maryam yang masih sekolah dan yang lain, mereka itu cerdas dan berfrestasi. Mereka selalu jadi kebangganku? Lalu kenapa aku harus melahirkanmu, manusia yang tak pernah serius dalam hidup dan kariernya. Aku kecewa padamu!" ucapannya waktu itu masih terngiang jelas dikepalaku.

"Awas, jangan sampai kamu berulah lagi" tiba-tiba ibu mencengkram tanganku, saat kuperhatikan pengasuh Nasheer itu sedang membersihkan ruang makan. Nampak, seksi. Meski berbalut abaya panjang dan niqab-nya. Tak kupedulikan omongan ibu, aku segera naik ke lantai tiga, menuju kamarku.

****

Malam ini seperti biasa, bergadang dengan laptop dan ponsel. Beberapa temanku yang usil baru saja mengirimkan link, link yang sangat bahaya bila ditonton anak kecil di bawah umur. Sialan. Kenapa juga aku menontonnya. Efeknya membuatku gelisah, panas, dan berfikir kotor. Aku harus menuntaskan semua ini, aku butuh seseorang. Ah, ya! Aku akan ke kamar Nasheer, siapa tau wanita itu mau melayaniku, kalau pun tidak, aku akan memaksa. Ya, memaksa.

Kriet...! Pintu terbuka, nampak Nasheer dan wanita itu, ah siapa namanya aku pun tak tahu, yang pasti ia sudah terlelap. Dengan segera kudekati. Kupeluk dengan kasar dan berusaha membuka niqab-nya. Cantik. Semakin Cantik dengan rambutnya yang tergerai. Ia terbangun saat kucumbu dan berusaha melepaskan diri. Dan, ah...! Dia menggigit kupingku sampai berdarah.

Plak! Aku naik pitam. Kutampar lagi beberapa kali hingga ia terjatuh ke bawah. Takut ia berteriak dan membangunkan yang lain, maka segera kutarik kakinya, lalu kucengkram lehernya. Ia kesulitan bernafas. Lemah.

Untung saja aksiku terhenti saat kurasakan ada yang memukul-mukul punggungku dengan benda yang lumayan keras.Hampir saja aku membunuh wanita itu. Aku seakan tersadar dan segera berlalu.

Oh Tuhan, hampir saja aku jadi pembunuh!

Terpopuler

Comments

Hujan~Rain~petir 🌧️⚡Mυɳҽҽყ☪️

Hujan~Rain~petir 🌧️⚡Mυɳҽҽყ☪️

Bejat ny anak s madam satu ini

2020-09-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!