Setelah semuanya siap, segera ku letakkan dalam baki. Lalu membawanya ke ruang tamu.
"Silahkan, tuan" kuletakkan camilan itu di meja. Lalu segera beranjak pergi, saat ku lihat ekor mata Abdul Ro'uf sedanga melirik ke arahku. Sebal.
"Terima kasih, ya Noorah" tuan Khaber tersenyum lalu meraih cangkir kopi. Aku kembali menengok ke belakang, lalu mengangguk, takut disangka tidak sopan. Bagaimana pun dia dan istrinya yang menggajiku.
Kaki masih berada di ruang tamu saat ku dengar suara Abdul Ro'uf.
"Sepertinya aku akan putus dengan Laila" tutur katanya seperti sengaja dikeraskan, agar aku mendengar. Aku berhenti melangkah,
namun urung, karna aku berdiri di samping kamar majikanku, madam Adeeba.
"Ya Noorah, kamu kah itu?" tanyanya dari dalam kamar utama. Mengagetkanku yang terdiam.
"Ya, madam. Aku disini" jawabku. Melepas kekakuan.
"Masuk lah," aku membuka pintu kamar yang tak tertutup rapat itu, lalu melangkah pelan menuju ke dalam ruang pribadi majikan ku.
"Ya madam, ada apa?"
"Bisakah kamu ambilkan minum untukku dan sekalian obatnya?" aku tersenyum lalu mengangguk. Sesaat kemudian aku lupa, obat apa yang harus ku ambil. Kembali berbalik arah.
"Obat apa ya madam?"
"Obat sakit kepala" madam Adeeba memegang kepalanya, sepertinya ia sedang kesakitan.
Tak menunggu lama, segera aku beranjak ke dapur mengambilkan apa yang ia minta. Lalu kembali ke kamarnya.
Saat keluar kamar ku lihat sepertinya tuan Khaber tengah memberi nasehat pada Adik iparnya itu.
Beberapa kali tuan Khaber menepuk-nepuk pundak Abdul Ro'uf.
"Aku mencintai seseorang" ucapnya, sontak membuatku yang tak sengaja mendengar, dan tuan Khaber pun kaget. "dan aku tak bisa melupakannya" lanjutnya lagi.
Aku terdiam. Siapa yang dia maksud itu? aku segera pergi menuju dapur, membereskan cucian piring, sekaligus menyiapkan kebutuhan untuk sahur nanti, meski masih lama. Aku tak mau kata-kata Abdul Ro'uf mempengaruhiku. Baiknya aku segera mencari kesibukan. Meski ini masih tengah malam.
🍓🍓🍓
Cucian piring beres. Tinggal menyiapkan bahan yang akan di masak.
Menu kali ini aku menyiapkan daging dan beras, semuanya akan aku masak dan jadi makanan khas timur tengah. Nasi kebuli namanya. Ada beberapa menu lain juga, diantaranya aku akan membuat taboulleh, sejenis salad khas Arab, ada juga mutabbak sejenis martabak telor kalau di indonesia.
Selain itu aku juga akan membuat beberapa jus dan minuman khas arab, seperti teh khas arab, dan sobia. Dan untuk dessert nya sendiri aku akan membuat kulpi dan baklapa.
Hidangan ini belum seberapa. Biasanya ada beberapa menu lain. Hanya saja untuk hari ini, aku rasa itu sudah cukup.
Saat sedang membersihkan daging. Ada langkah kaki seseorang menuju tempatku berada. Terdengar dari suara sandal yang menghentak lantai. Pelan, namun masih bisa terdengar.
"Aku rasa kamu sudah mendengar obrolanku dengan kakak iparku tadi" suaranya tidak asing. Abdul Ro'uf.
"Apa maksud anda?" pura-pura aku tak mengerti, dengan badan masih membelakanginya dan asik membersihkan daging di wastafel.
"Aku yakin kamu tidak bodoh, Ya Noorah" ucapnya nyaris tepat di dekat telinga. Aku bergidik geli. Lalu melirik sedikit.
Ia tersenyum lalu memelukku dari belakang. Kaget. Aku bergidik dan berusaha melepaskan tangannya yang melingkar di perut. Tak perduli pada tanganku yang masih basah oleh air.
"Lepaskan!" aku menekankan suaraku, agar ia segera melepaskan pelukannya.
"Aku melakukan itu untukmu, ya Noorah," ucapnya sambil berlalu.
Aku tertegun. Kaget dan entahlah ada sesuatu dalam dada yang membuatku sesak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments