Dokter sedang memeriksa kondisi Yeon untuk mengecek apakah ada komplikasi lain pasca operasi atau tidak. Dokter itu tidak sendirian, ia dibantu beberapa suster dimana mereka berdua bertugas mengganti perban yang membalut kedua mata Yeon. Sedangkan Yuna, ia hanya bisa harap-harap cemas menunggu di luar ruangan sambil sesekali mengintip Yeon melalui jendela pintu.
Sayangnya, gadis cantik itu tak bisa melihat jelas apa yang terjadi di dalam karena tertutup badan dokter yang sedang memeriksa pasiennya. Apalagi, suster juga mondar mandir ke sana kemari solah-olah sibuk mengurusi segala keperluan pada saat pergantian perban. Padahal aslinya, luka Yeon tidak terlalu parah. Ia hanya mengalami cedera ringan di bagian kepala dan tanpa operasipun, sebenarnya Yeon sudah diperbolehkan pulang.
Latihan berat yang diberikan Refald saat Yeon berada di Swiss, membuat fisik Yeon yang dasarnya sudah mendapat perlindungan dari kekuatan Refald, jadi semakin bertambah kuat. Dengan kata lain, Yeon takkan mudah terluka meskipun ia dijatuhkan ke dalam jurang yang dalam sekalipun. Dan itu semua berkat kekuatan pamannya yang sedikit bersemayam di tubuh Yeon sehingga putra sulung Leo memiliki kekuatan fisik diatas rata-rata. Tabrakan mobil biasa takkan bisa melumpuhkan Yeon dengan mudah.
“Suster, bisakah kalian berdua keluar dulu. Ada yang ingin aku bicarakan dengan orang ini secara pribadi,” ujar dokter itu pada kedua suster yang membantunya.
“Baik, Dok. Permisi.” Kedua suster itupun pamit undur diri dan meninggalkan dokter dan pasiennya berdua di dalam kamar.
“Sampai kapan kau bersandiwara begini, oncom! Tega amat sih kau sama calon bini sendiri?” tanya dokter yang ternyata adalah teman sekolah Yeon saat keduanya ada di Swiss. Kini mereka hanya berdua di ruangan ini, jadi si dokter lebih leluasa.
Yeon mengangkat perban yang menutup matanya dan menempelkannya diatas kepala seperti menyangkutkan kacamata saja. Ia menatap wajah dokter yang sedang duduk rileks disampingnya dan menghadapnya langsung.
“Sampai aku bisa menghancurkan orang-orang yang telah berbuat jahat pada Yuna,” ujar Yeon sambil melihat calon istrinya sedang sibuk menerima panggilan.
“Aku tidak mengerti, apa maksudmu?” tanya dokter itu. “Tiba-tiba kau menyuruhku pindah dinas kemari dan merekayasa operasi palsumu. Jika sampai keluargamu tahu, habislah aku, ayah dan pamanmu bisa membunuhku!” protesnya pada Yeon.
“Paman mungkin sudah tahu, tapi tidak dengan ayahku. Aku akan menjelaskan nanti jika paman sudah selesai dengan urusannya di dunia lain. Kalau ayah, biar si Dumbledore Rey yang menjelaskannya nanti. Lagian rencana ini juga atas ide kakak sepupuku itu,” jelas Yeon masih menatap lurus wajah Yuna yang kini terlihat panik.
“Enak sekali kau punya dua pelindung yang bisa kau jadikan tameng dari senapan ayahmu, he. Ayah dan ibumu takkan bisa berkutik kalau paman dan kakakmu sudah berdiri di depanmu.” Dokter itu mencatat semua kondisi Yeon yang sudah mulai membaik di atas kertas yang ia bawa.
Kalau dilihat dari pembicaraan mereka berdua, sepertinya antara dokter itu dengan Yeon, tak ada rahasia apapun. Bahkan dokter muda nan tampan ini, sangat tahu seperti apa karakteristik keluarga Yeon. Tak terkecuali Refald, paman kesayangan Yeon yang memang bukan manusia biasa.
"Aku memang beruntung karena lahir di tengah keluarga yang unik dan luar biasa aneh bin ajaib. Apalagi, aku bisa menyetting kisah cintaku sendiri. Keren nggak, sih?" Yeon menertawai ucapannya sendiri.
“Bukan keren, tapi gila! Apa kau tidak lihat? Lukamu sudah kering. Harusnya kau sudah boleh pulang sekarang. Tidak ada luka serius, tapi kenapa kau berpura-pura buta, ha? Bikin repot orang saja.”
“Jika aku tak bersandiwara seperti ini, Yuna akan dalam bahaya besar, Hos. Lebih baik sekarang ia terlihat hancur dan seolah kehilangan segalanya daripada dia bersamaku, tapi akan kehilanganku selamanya.”
“Tunggu … maksudmu …”
“Banyak pihak yang menginginkan kami berpisah selamanya, Hos. Itulah yang dikatakan paman dulu. Karena itulah Rey memintaku memanipulasi kehidupan kami agar takdir kami berubah dan kami bisa hidup bahagia nantinya. Lebih baik sakit diawal daripada di akhir.” Yeon memotong kalimat yang diucapkan dokternya.
“Cinta kami masih belum begitu kuat karena kami sudah lama terpisah dan tak pernah merasakan bagaimana rasanya bersama. Kami seperti orang asing yang tak mengenal satu sama lain. Hanya dengan cara inilah aku dan Yuna baru bisa memupuk kembali cinta yang terpendam, agar kami berdua siap menghadapi cobaan badai yang menerjang dalam bentuk apapun.
“Mungkin caraku salah, dan bisa dibilang gila, tapi … hanya ini yang dapat kulakukan untuk melindunginya. Semua orang akan mengejek Yuna karena bersuamikan seorang tunanetra. Saat itulah aku ingin tahu … apakah Yuna tahan dengan hinaan itu. Secara tidak langsung, orang takkan lagi mengusik kehidupan kami dengan segala kekurangan yang kami miliki.” Yeon menjelaskan panjang lebar pada temannya yang bernama Hos tentang alasan kenapa ia harus berpura-pura menjadi buta.
“Ya sudah kalau begitu, aku memang tidak begit paham … tapi apapun yang kau lakukan, aku pasti akan mendukungmu. Asal itu demi kebaikanmu. Lalu, apa rencanamu sekarang?” tanya Hos.
“Menikah!” jawab Yeon singkat dengan senyum tipisnya.
“Apa? Kapan? Secepat itu?” tanya Hos terkejut.
“Besok! Datanglah ke acara pernikahanku, aku akan menikah dan melepas masa lajang lebih dulu darimu.” Yeon terkekeh dan orang yang ada dihadapannya hanya bisa menganga mendengar rencana super duper gila dari seorang Yeon.
“Kau sinting, gila! Dasar bocah edan!” Itulah kalimat terakhir yang dikatakan Hos sebelum ia pergi dan jadi ikutan stres bila berlama-lama dengan Yeon.
***
Jika yeon sudah menyiapkan rencana besar lagi untuk mengejutkan Yuna dengan pernikahan dadakan yang bakal mereka lakukan, maka lain halnya dengan bidan cantik yang sedang dirundung masalah besar. Pihak rumah sakit Atma Jaya mendapat kabar kalau bidan desa yang ditugaskan belum datang juga hingga menjelang malam.
Alhasil kepala rumah sakit kena protes dan ia pun melampiaskan semuanya kepada Yuna akibat keteledoran yang sudah gadis itu perbuat. Yuna mencoba menjelaskan, tapi atasannya tetap tidak mau dengar. Ia malah mengomeli Yuna habis-habisan karena tidak datang tepat waktu.
Mau tidak mau, Yuna berjanji bahwa besok pagi ia akan melanjutkan perjalanan seorang diri menuju desa terpencil dan akan meminta maaf langsung pada kepala desa di sana. Setelah mendengar janji Yuna, barulah kepala rumah sakit menghentikan nyanyian tidak teraturnya.
“Aku menunggu laporanmu besok dan kirim semuanya padaku serta bukti permintaan maafmu kepada kepala desa di sana. Jika pak kepala desa itu memaafkanmu, maka akupun juga memafkanmu, tapi jika tidak, maka lisensimu akan aku cabut dan kau takkan bisa bekerja sebagai bidan lagi, camkan itu baik-baik!” panggilanpun langsung diputus tanpa sempat Yuna buka suara.
“Matilah aku sekarang! Bagaimana bisa aku lupa kalau aku ini sedang dalam tugas? Dan malah berada di sini? Kenapa malang benar jadi aku?” Yuna menghela napas panjang memikirkan nasibnya yang selalu buruk dan juga apes. Iapun masuk ke dalam untuk berpamitan pada Yeon dan terpaksa meninggalkan Yeon di rumah sakit ini sendirian.
"Ada apa?" tanya Yeon pura-pura tidak tahu raut wajah manyun Yuna.
"Sepertinya, aku harus pergi meninggalkanmu sendirian di sini sementara dan pergi ke desa lalu minta maaf pada kepala desa tempatku bekerja karena aku terlambat datang. Aku akan kembali kemari begitu urusanku di sana selesai. Aku harap, kau tidak keberatan."
Yeon tidak menjawab, ia malah menanyakan hal lain yang membuat mulut Yuna menganga. "Mahar apa yang kau inginkan?" tanya Yeon sambil tersenyum.
"Hah?" itulah kata yang keluar dari mulut Yuna mendengar pertanyaan Yeon.
BERSAMBUNG
***
Ada yang bisa bantu jawab? Kira-kira Yuna jawab apa ya?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
Abinaya Albab
padahal pas masih imut yeon kecil itu pendiam,jutek,dingin tp pas udh gede gini kok ngeselin ya 🤪
2023-10-17
0
😂😂😂😂😂😂 bocah edan
2023-02-12
0
😂😂😂😂😂😂 yeon dipanggil oncom sm tmn skolahny
2023-02-12
0