Benar dugaan Yuna. Sesampainya di rumah, ia langsung diomeli habis-habisan oleh kedua kakak-kakak angkatnya karena Yuna sudah sangat terlambat pulang. Selama ini, kakak angkat Yuna dan ibunya selalu saja mencari-cari kesalahan Yuna agar bisa mereka gunakan untuk mengintimidasi gadis cantik itu. Terlebih lagi, mereka juga iri karena Yuna memiliki tunangan tajir melintir dan sudah jadi sultan sejak lahir.
Meskipun dimasa lalu, keluarga angkat Yuna berhasil memisahkan Yuna dengan tunangannya melalui sebuah kesepakatan. Tetap saja, pernikahan mereka takkan bisa dihindarkan lagi. Sesuai perjanjian kedua belah pihak keluarga, Yuna dan Yeon tunangannya, akan menikah begitu Yuna menyelesaikan pendidikannya.
Dan sekaranglah Harusnya Yuna menikah. Hanya saja, Yeon yang ditunggu-tunggu, masih belum datang menemui Yuna hingga sekarang. Padahal, Yuna sudah lulus kuliah dan bekerja sebagai bidan di rumah sakit ternama.
Mereka tidak tahu saja kalau sebenarnya, Yeon sudah ada disekitar rumah mereka. Namun, tunangan Yuna itu masih belum mau menampakkan diri. Entah rencana apa yang akan dilakukan Yeon untuk mengejutkan keluarga ini termasuk Yuna sendiri.
“Hooo, sekarang kau sudah berani pulang malam, heh? Mau jadi wanita nakal kau ha? Huh, kalau saja calon suamimu itu tahu seperti apa kelakuanmu di sini, dia pasti tidak mau berhubungan lagi denganmu,” tuduh Viona, kakak angkat pertama Yuna. Baru datang sudah dikira yang bukan-bukan.
“Heh, Yuna. Sekarang kami mengerti kenapa tunanganmu belum juga datang kemari sesuai janji. Mungkin dia tahu seperti apa kau sebenarnya. Kau berani mengkhianatinya dengan berkencan dengan pria lain, kan?” kakak kedua Yuna yang bernama Viola ini malah semakin kejam kalau bicara. Walau ini bukan pertama kalinya Viola mengatai Yuna yang bukan-bukan, tetap saja telinga bisa jadi sangat panas bila mendengarnya.
“Atas dasar apa kalian berdua menuduhku yang bukan-bukan?” tanya Yuna masih mencoba tenang menghadapi kakak-kakaknya yang resek. Hampir setiap hari seperti ini, jadi Yuna sudah terbiasa dan juga kebal.
“Apa kau tak ngaca, ha? Lihat penampilanmu itu? Kau sudah tidak virgin lagi, kan? Dasar murahan!” sungguh kata-kata Viola pedas gila, lebih pedas dari cabe sungguhan.
“Kakak!” nada suara Yuna meninggi karena tuduhan kakaknya sudah kelewatan.
“Jangan berteriak! Kau pikir kau itu siapa?” bentak Viola.
“Kau sudah kelewatan!” Yuna mulai kesal.
“Lalu ini apa?” Viola menarik baju Yuna yang dipenuhi dengan noda darah.
Akhirnya Yuna paham kenapa kakaknya memberikan tuduhan yang menyakitkan.“Hanya karena pakaianku seperti ini, bukan berarti kau bisa menuduhku yang tidak-tidak. Aku baru saja membantu orang melahirkan di jalanan, kau jangan lupa apa prosfesiku sekarang. Wajar bagiku jika aku pulang dalam keadaan kotor begini.
"Sebagai manusia yang punya hati nurani, aku takkan mungkin membiarkan ibu itu melahirkan tanpa bantuanku. Jika kau menuduhku yang bukan-bukan lagi, kau benar-benar bukan manusia!” geram Yuna dan langsung menerobos tubuh Viola dengan kasar lalu berlalu pergi kekamarnya.
“Mau ke mana kau! Aku belum selesai bicara denganmu! Kau pikir kami percaya pada apa yang kau katakan barusan, ha!” teriak Viona tapi Yuna tidak peduli. Ia tetap melenggang pergi. Lebih baik Yuna membersihkan diri daripada mendengarkan tuduhan kakaknya yang nggak jelas.
Mulut Viola masih menganga lebar mendengar kata-kata terakhir Yuna yang menyebutnya ‘bukan manusia’. Ia hendak pergi menyusul Yuna dan cari gara-gara dengannya. Namun, langkahnya ditahan oleh kakaknya dengan mencekal kuat lengan Viola.
“Lepaskan aku, Kak. Akan aku beri pelajaran gadis tengil itu! Mentang-mentang sudah jadi bidan, sombongnya nggak ketulungan!” geramnya.
“Jangan! Kau bisa kena masalah kalau keluarga tunangannya tahu kau menyakitinya. Kita akan pikirkan cara untuk membalas gadis menyebalkan itu, supaya ia tak bisa menegakkan kepalanya lagi di depan kita. Dulu kita berhasil membuat Yuna terpisah dari tunangannya, kali ini … kita juga harus berhasil membuat Yuna gagal menikah dengan tunangannya.” Lirikan tajam Viona terlihat sangat licik.
“Apa kau punya ide?” tanya Viola senang.
“Ada, baru saja terlintas. Tapi … kita butuh bantuan ibu juga.” Viona menggamit lengan Viola menuju kamar ibunya yang kini tengah sakit-sakitan sejak kematian suaminya.
Yeon menurunkan teropongnya dan tersenyum sinis mendengar pembicaraan orang-orang yang ada di dalam rumah Yuna. Pandangan matanya menatap lurus kamar Yuna yang menyala terang meskipun ini sudah hampir tengah malam.
“Bagaimana kalau kita bereskan juga kedua kakak angkat nona Yuna, Tuan muda?” tanya pria yang berdiri di belakang Yeon. “Mereka terus saja mengganggu Nona dan cari gara-gara dengannya. Kami sengaja diam karena Nona bisa mengatasinya sendiri selama ini. Tapi mereka benar-benar sudah kelewat batas.”
“Jangan, sementara ini … jangan ikut campur urusan Yuna dulu. Aku ada tugas untuk kalian berdua setelah ini. Dan agak berat untuk dilaksanakan. Mungkin ayah dan ibuku akan muntab bila tahu apa rencanaku, tapi inilah yang aku inginkan. Masalah kakak-kakak Yuna, mereka akan mendapatkan balsan setimpal bila saatnya tiba. Kalian berdua … siapkan semuanya dan juga … apa tidak ada rumah kosong di sekitar tempat ini?” tanya Yeon menatap sekeliling yang di dominasi dengan tanaman teh.
“Hanya ada kafe ini saja, Tuan. Itupun sudah kami beli atas perintah Tuan."
“Ya sudah, aku akan tinggal di sini sementara sambil memantau keadaan Yuna. Aku dengar dia masih berduka atas meninggalnya ayah angkatnya.”
“Kami akan siapkan tempat yang nyaman untuk anda, Tuan. Permisi,” pengawal ber jas hitam itu pamit undur diri meskipun tak ada sahutan dari Yeon.
“Aku sudah datang my dear Yuna. Kau hanya akan sedikit mengalami kesulitan sebelum akhirnya bahagia bersamaku. Tunggu dan lihat saja …” gumam Yeon sambil menggunakan kembali teropongnya melihat Yuna yang baru saja selesai mandi.
Entah apa yang direncanakan Yeon untuk Yuna, tidak ada yang tahu selain Yeon sendiri. Yuna pun masih belum sadar kalau ia sedang diawasi. Begitu selesai mengeringkan rambutnya, ia mengamati jaket hitam yang terpajang rapi di dinding kamarnya. Melihat jaket tesebut, Yuna jadi terbayang pada pemuda asing yang tadi sudah banyak membantunya.
Ini aneh bagi Yuna. Biasanya ia tak pernah memikirkan pria lain selain Yeon, tapi mengingat aksi pemuda saat melindunginya, cara bicaranya dan juga tatapan matanya, membuat Yuna tak bisa melupakan bayang-bayang pria yang sebenarnya adalah Yeon. Yuna langsung tersadar dan menepuk pelan wajahnya.
“Apa yang terjadi padaku? Kenapa aku memikirkan orang itu? Sadarlah Yuna … pikirkan saja Yeon, dan abaikan yang lain.” Yuna menepuk-nepuk pelan pipinya sendiri dan lebih memilih tidur karena besok ia harus berangkat bekerja lagi.
Mungkin Yuna tidak tahu, kalau dari kejauhan ada seorang pria tersenyum simpul mendengar gumamannya. Dan pria itupun masuk ke dalam kamar yang sudah disiapkan untuknya. Yeon, ikutan istirahat seperti Yuna dengan hati riang gembira.
BERSAMBUNG
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
ehh Viola ada JG Lu th yg murahan cihh ngtain yuna murahan lalu apa bedanya dgn Lu emgny Lu cantik manis imut hah ga kan? 😏
2023-02-11
0
Bambang Setyo
Kayanya yg baik sama yuna cuma ayah angkatnya aja ya...
2022-12-18
0
📚Riͥrͬiͥyꙷaⷶaⷶ🌼🅠🅛⍣⃝కꫝ🎸
si yeon nyari rumah kosong buat apaan yak?
2022-10-09
3