Di dalam kamar, tangis Yuna langsung pecah. Ia merebahkan dirinya di kasur sambil menelungkupkan wajahnya di atas bantal agar suara tangisannya tak terdengar dari luar. Hancur sudah perasaan dan hidup Yuna sekarang. Tak hanya kehilangan citra baiknya sebagai bidan, iapun juga kehilangan tunangan dan orang yang ia kagumi selama ini.
Kata-kata Larasati sungguh menusuk-nusuk hati. Fakta bahwa Yeon dan keluarganya melupakan Yuna, terasa real bagi gadis cantik malang itu. Rasanya Yuna tak ingin percaya dan ingin terus menunggu Yeon kembali. Namun, terlepas dari apa yang sudah terjadi, tunangan dan keluarganya masih saja tak menampakkan batang hidung mereka dihadapan Yuna.
Lama juga Yuna menangis dan ia mulai sedikit tenang setelah merasa puas menumpahkan segala rasa kecewanya. Gadis itu membersit hidungnya yang memerah lalu kembali membaca surat tugas pemberian Larasati.
Mungkin yang dikatakan ibu angkatnya ini benar, tidak ada salahnya jika Yuna memutuskan untuk membuka lembaran hidup yang baru. Lagian, tidak ada gunanya pula Yuna berada di sini. Toh keluarga tunangan yang ia tunggu sekian lama tak kunjung datang juga. Akan lebih baik bagi Yuna jika di sisa hidupnya yang hampa ia gunakan untuk membantu orang lain di desa yang tertera dalam surat tugas tersebut.
Yah, itulah keputusan Yuna. ia kan pergi ke desa itu seperti apa yang diinginkan Larasati. Dan besok, ia kan menemui kepala rumah sakit untuk memersiapkan semuanya perihal keberangkatannya. Kalau bisa lebih cepat lebih baik.
“Tuan muda, apa anda yakin akan melakukan semua ini?” tanya pengawal Yeon yang berdiri dibelakangnya.
Saat ini, Yeon sedang sibuk mengamati keadaan Yuna menggunakan teropongnya dari balik jendela kafe yang kini sudah menjadi tempat tinggal Yeon sementara. Sebenarnya ia tidak tega melihat betapa sedihnya wajah calon istrinya, tapi apa mau dikata. Ini adalah ujian cinta yang Yeon ciptakan untuk wanita yang akan menjadi pendamping hidupnya kelak.
“Tentu saja, aku tak pernah main-main dengan hidupku,” cetus Yeon. Matanya terus memandangi kamar Yuna yang masih bersinar terang. Padahal ini sudah tengah malam.
Pengawal itupun tak bisa berkomentar apa-apa lagi kalau tuan mudanya sudah memutuskan apa yang terbaik untuknya walaupun ia merasa iba dengan nasib Yuna. “Bagaimana dengan orang-orang yang ada di bawah sana, Tuan? Sampai kapan kita menyekap mereka?” tanya pengawal Yeon.
Mendengar pertanyaan itu, Yeon pun menurunkan teropongnya dan berbalik badan. “Aku akan menemui mereka, kenapa kau cerewet sekali hari ini. Oh iya … besok berikan aku banyak bunga, aku akan pergi kesuatu tempat,” pinta Yeon sambil menyerahkan teropongnya pada pengawalnya dan berlalu pergi keluar ruangan begitu saja.
Yeon turun menemui seluruh keluarga Mike yang sudah berani menjebloskan Yuna ke penjara. Para sandera itu ketakutan ketika melihat sepasang langkah kaki satu persatu menuruni tangga. Mereka tidak pernah melihat pemuda tampan ini sebelumnya, tapi kenapa ia ikut campur masalah Yuna. Bahkan Yeonlah yang datang lebih dulu kekediaman orangtua Mike untuk mngancam mereka dan mengajak mereka berkerja sama sebelum Larasati dan kedua putrinya datang.
Dengan kata lain, Keluarga Mike mau mencabut tuntutannya bukan karena permohonan maaf Larasati, melainkan karena ancaman dari Yeon yang selangkah lebih cepat dari ibu angkat Yuna. Begitu laporannya dicabut dan Yuna dibebaskan dari segala macam tuduhan, Yeon memerintahkan seluruh anak buahnya untuk menyandera semua anggota keluarga Mike tanpa sepengetahuan Mike pastinya. Sebab Yeon masih belum mau menghukum pria yang sudah berani menyusahkan tunangannya, apalagi sampai menyentuhnya.
Tinggal menunggu waktu saja, Mike pasti akan mendapat hukuman setimpal dari Yeon. Saat ini, Yeon hanya fokus pada ujian cinta yang bakal dilalui Yuna bersamanya. Jika Yuna berhasil, maka Yeon akan memberikan kebahagiaan yang takkan pernah bisa Yuna bayangkan.
“Tuan, sampai kapan anda menyandera kami? Kami sudah melakukan semua hal yang anda inginkan? Kenapa kami masih disekap di sini?” tanya ayah Mike, ia dan keluarganya dituntut untut terus berlutut di lantai sambil kedua tangan diikat di depan.
“Sampai semua rencanaku berjalan dengan lancar,” ujar Yeon sambil duduk di salah satu kursi kayu. Ia masih menggunakan masker dan juga topi sehingga wajahnya tidak diketahui.
“Anda belum menjawab pertanyaanku, Tuan? Apa hubungan Tuan dengan bidan itu? Aku bahkan tidak mengerti, anakku sampai tergila-gila dengannya. Apa yang istimewa dari gadis itu? Padahal dia hanyalah gadis miskin biasa yang tak punya orang tua ….”
Belum juga ayah Mike menyelesaikan kata-katanya, Yeon langsung berdiri penuh emosi dan mencekik kuat leher pak tua itu hingga ia mengalami sesak napas.
“Beraninya kau menghina Yuna didepanku? Kau ingin tahu sipa dia? Dia … adalah calon istriku! Dan anakmu itu memang pantas kehilangan burung berharganya karena ia sudah berani kurang ajar pada Yuna!” geram Yeon sambil memelototi ayah Mike.
Para pengawal Yeon yang berdiri dibelakangnya langsung menghentikan aksi tuan mudanya sebelum ia benar-benar membunuh orang tua ini. “Tuan, lepaskan!”pengawal itu membisikkan sesuatu di telinga Yeon sehingga ia melepaskan cengkeramannya. Pria tua itu langsung terbatuk-batuk dan buru-buru mengambil napas agar ia tak lagi kesakitan.
“Jika aku mau … aku bisa mengirimmu dan seluruh keluargamu pergi keneraka sekarang juga. Sayangnya belum saatnya ajalmu tiba. Kali ini aku memaafkan perbuatanmu dan perbuatan putramu. Kalau kau sampai mengganggu kehidupan Yuna setelah ini, jangan harap kau bisa menikmati indahnya dunia lagi!” ujar Yeon masih dalam keadaan marah. Ia beralih menatap pengawalnya. “Bawa mereka semua peri dari hadapanku. Jangan sampai aku melihat wajah mereka lahi!” perintah Yeon dan langsung dilaksankan oleh para pengawalnya.
“Siap, Tuan!” seru semua pengawal itu dengan kompak. Mereka semua menggiring pergi seluruh keluarga Mike untuk keluar dari sini yang pastinay tanpa diketahui oleh siapapun.
“Robert,” panggil Yeon pada pengawal yang dikatain Yeon cerewet.
“Iya, Tuan muda. Apa ada yang bisa saya bantu?” tanya pengawal yeon yang bernama Robert.
“Bilang pada ayahku jika ia kembali dari Amerika minggu depan untuk memutus kontrak kerja dengan keluarga Micle. Alasannya apa, biar aku sendiri yang memberitahunya.”
“Baik Tuan muda,” ujar Robert sambil menundukkan kepalanya.
Yeon langsung kembali ke lantai atas dan mengamati kamar Yuna. Ia sangat terkejut karena kamarnya masih menyala dan Yuna belum tidur juga. Padahal ini sudah menjelang pagi. Ingin rasanya Yeon melompat keluar dan datang menemui Yuna di kamarnya, tapi niat itu ia urungkan karena tiba-tiba, ponsel Yeon berbunyi dan ia mendapat notif pesan dari kepala rumah sakit tempat tunangannya bekerja. Yeon langsung membuka dan membaca isi pesan itu.
Ada senyum mengembang disudut bibir Yeon. Kini ia tahu, apa alasan Yuna masih belum tidur hingga sekarang. Itu karena Yuna sedang bersiap-siap. Ia mengemasi barang-barang yang akan ia bawa ke desa tempat Yuna ditugaskan di sana.
“Kita akan seegra bertemu lagi, my dear Yuna. Beberapa jam dari sekarang!” Yeon tersenyum senang dan langsung menelepon beberapa orang. “Siapkan segala hal yang sudah kutuliskan lewat pesan!” seru Yeon saking senangnya kepada orang-orang kepercayaan Yeon yang sudah standby di suatu tempat.
BERSAMBUNG
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
Dwi apri
oke...drakornya di mulai
2023-03-21
0
Bambang Setyo
Yeon kau itu bikin gregetan... Kirain gak peduli tapi ya jangan begitulah kasian yuna..
2022-12-19
0
Yuyun Yuniari
yeon terlalu tololl untuk yuna yg butuh pelindung
2022-08-26
0