Hidangan unik yang ada dihadapan Yuna sangat menggugah selera. Yuna yang tadinya tidak merasa lapar, tiba-tiba perutnya mendadak keroncongan dan ingin segera minta diisi dengan makanan unik itu. Ada sepiring makanan yang disajikan dengan nasi putih yang dilengkapi dengan udang goreng, telur orak arik, serta ayam suwir ditambah dengan sambal terasi yang nikmat, benar-benar membuat Yuna ingin segara menyantapnya.
Senyum mengembang menghiasi sudut bibir Yeon tatkala melihat wanita yang dicintainya menyukai menu makanan yang dipilihnya. Beberapa terakhir ini Yuna kurang memperhatikan kesehatannya sehingga Yeon jadi sedikit khawatir. Ada baiknya juga ia membuntuti Yuna kemanapun ia pergi. Dengan begitu, Yeon bisa memberikan sedikit perhatian pada tunangannya sebagai pengganti waktu yang hilang karena tak bisa menemani Yuna selama ini.
“Makanlah, ini sangat enak. Menu ini adalah makanan khas daerah sini. Rasanya jauh lebih enak bila kita makan sambil memandangi area hutan yang ada di sekitar sini.” Yeon memerhatikan sekeliling yang dipenuhi hijaunya tanaman pohon jati.
Tanpa berkata sepatah katapun, Yuna yang sedang kelaparan langsung menyantap hidangan unik yang ada di depannya. Dikatakan unik, karena makanannya disajikan di atas daun pisang dan diletakkan diatas piring. Rasanya benar-benar berbeda dari rasa makanan yang pernah Yuna makan selama ini. Otomatis, Yuna langsung senang karena memang rasanya benar-benar enak.
“Bagaimana?” tanya Yeon melihat Yuna makan dengan lahap bahkan dalam sekejap, hidangan itu cepat habis.
“Enak, apa nama makanan ini? Sungguh, aku baru pertama kali menyantap hidangan seenak ini. tampilannay sedehhana, tapi rasanya tak kalah enak dengan makanan yang ada di kota.” Yuna tersenyum menatap Yeon tapi langsung terkejut karena Yeon dengan penuh perhatiannya mengusap sisa nasi yang ada di sudut bibir Yuna.
“Aku tidak tahu persis apa nama hidangan ini, karena aku bukan asli orang sini, tapi pemilik rumah makan ini merekomendasikan makanan ini untuk kita santap. Kalau tidak salah ... nama makanan ini adalah nasi Flambe.”
“Nama yang unik, tapi sangat enak.” Yuna melanjutkan aksi makannya hingga habis tak tersisa.
“Pelan-pelan makannya, kau bisa tersedak.” Yeon menyodorkan nasi Flambe miliknya dihadapan Yuna. “Ini, makan punyaku juga kalau kau mau.”
Siapa yang bisa menolak memakan hidangan seenak ini, rasanya perut Yuna masih ingin tambah dan tambah terus. Mendadak, ia merasa tidak enak hati karena baru sadar kalau ia malah menghabiskan makanan orang yang baru saja ia temui. Rasa canggung yang begitu besar mulai menyerang Yuna. Ini pertama kalinya ia makan dihadapan seorang pria apalagi pria itu sampai mengusapkan sisa nasi yang menempel di sudut bibirnya. Sungguh ini sangat memalukan bagi seorang Yuna.
“Bagaimana denganmu? Apa kau tidak makan?” tanya Yuna mencoba mengusir rasa canggungnya.
“Aku sudah kenyang. Jangan khawatirkan aku. Apa kau mau tambah lagi? Sepertinya kau sangat lapar sekali.”
“Tidak, ini sudah cukup, aku harus hemat karena aku tak punya banyak uang untuk membayar semua makanan ini.”
“Tenang saja, makanan ini sangat murah meriah, dan kau tak perlu bayar karena aku sudah membayarnya tadi.”
“Terimakasih, tapi lain kali jangan lakukan ini lagi, aku tak terbiasa berhutang budi pada orang lain.” Yuna menundukan kepalanya dan kembali memikirkan tunangannya.
Harusnya yang ada dihadapan Yuna adalah calon suaminya, harusnya yang membayar makanan ini adalah Yeon, harusnya yang datang dan melindunginya adalah tunangan yang ia rindukan, harusnya yang mencium dan menyentuhnya pertama kali adalah Yeon. Tapi kenapa malah orang asing ini yang selalu ada untuk Yuna. Yuna bahkan tidak tahu siapa orang asing ini sebenarnya. Apakah Yuna tak berjodoh dengan Yeon? Mungkinkah Diluar sana, Yeon juga makan seperti ini dengan wanita lain selain dirinya?
Itulah yang ada di hati Yuna saat ini, ia galau dan juga sedih. Rasanya ingin menangis tapi tidak mungkin ia menangis dihadapan pria yang sebenarnya adalah Yeon … orang yang sedang dipikirkan Yuna.
***
Setelah rehat sejenak, dua insan inipun bermaksud kembali melanjutkan perjalanan, tapi perhatian Yuna teralih pada suami istri yang sedang bertengkar tak jauh dari lokasi Yuna dan Yeon berdiri saat ini. Yuna langsung mengenali si wanita karena ia sedang menggendong bayinya. Yah, tidak salah lagi, wanita itu adalah wanita yang ditolong Yuna saat ia hendak melahirkan di dalam bis. Wanita malang itu adalah bibi yang tempo hari melahirkan dan ia sedang bersama dengan bayinya serta orang yang Yuna yakini sebagai suaminya.
Alih-alih berbahagia karena buah hati mereka telah lahir ke dunia, pasangan suami istri itu malah bertengkar hebat dan ternyata alasannya adalah hadirnya orang ketiga. Raut wajah Yuna langsung menegang tatkala memerhatikan apa yang terjadi diantara mereka. Ibu satu anak itu menangis dihadapan suaminya. Dan dengan kejamnya, si suami malah menggandeng erat tangan wanita lain yang jauh lebih muda dan lebih cantik dari istrinya.
“Mas, jangan pergi! Jangan tinggalin aku, Mas!” seru wanita itu sambil menangis pilu.
Satu tangannya mencekal kuat lengan suaminya dan menahannya agar tidak pergi meninggalkannya. Sementara tangannya yang lain menggendong bayi yang masih berusia beberapa hari. Bayi itu mulai menangis dan semua orang yang ada di sini memerhatikan pertengkaran mereka. Sebagian besar langsung merasa iba namun mereka juga tak berani ikut campur urusan rumah tangga orang.
“Lepasin! Kita sudah cerai! Jangan ganggu hidupku lagi! Pergi!” usir pria kejam itu dan menepis tangan si wanita dengan kasar. Bahkan pria itu tega mendorong tubuh istrinya sendiri hingga terjatuh. Untung ia dan bayinya tidak apa-apa karena ibunya sigap melindunginya walau hatinya sedang terluka.
Sontak, Yuna yang melihat kejadian menyedihkan itu langsung berlari dan menolong wanita itu. Tangisan bayi mungil tak berdosa semakin kencang terdengar, tapi si suami tak peduli. Dengan wajah tanpa dosa, pria itu malah masuk ke dalam mobil dengan gundiknya.
“Bibi, Bibi tidak apa-apa?” seru Yuna sedikit cemas. Ia membantu ibu itu berdiri dan mendudukkannya di salah satu cup mobil yang terparkir didekatnya. Entah mobil itu milik siapa Yuna tidak tahu. “Bibi, tenangkan dulu bayi Bibi, kasihan dia karena mungkin terkejut,” pinta Yuna dan ibu itu langsung menyusui anaknya sambil berlinang air mata.
“Nona, suamiku … dia akan pergi dengan wanita lain! Aku tak bisa membarkan itu terjadi Nona …” ibu itu menangis sedih tapi juga tak bisa berbuat apa-apa.
Orang yang dicintainya pergi dengan wanita lain tepat di depan mata kepalanya sendiri dan disaat putra mereka lahir ke dunia. Hati wanita mana yang tidak hancur bila diperlakukan tidak adil begini. Sang suami bukannya iba, malah mulai menyalakan mesin mobilnya dan hendak pergi dengan selingkuhannya.
“Serahkan saja padaku, Bi!” Geram Yuna menatap tajam mobil yang hendak beranjak pergi itu.
Napas Yuna kembang kempis dan siap melakukan sesuatu. Kedua tangan Yuna mengepal kuat menatap tajam pria yang sudah berani membuang istrinya sendiri demi bersama dengan wanita lain. Benar-benar tidak bisa dibiarkan.
BERSAMBUNG
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
Teh Yen
mo d apain tuh suami c bibinya sama Yuna yah
2025-01-23
0
Bambang Setyo
Suami bibi gak patut dicontoh... Enaknya diapain ya tu orang..
2022-12-19
0
Lee 😉
jdi dejavu aku, makan beralaskan daun pisang 😊😇
2022-03-11
0