Kepergian pria yang masih enggan memberitahukan namanya itu, membuat Yuna jadi semakin tidak enak. Ada sesuatu yang mengganjal di hatinya, tetapi ia tidak tahu apa itu. Ada banyak sekali pertanyaan yang ingin ia tanyakan tapi tidak bisa ia utarakan. Alhasil, Yuna hanya bisa menatap punggung pria yang semakin lama, semakin menjauh darinya. Yuna mengamati jaket pemberian pria yang sebenarnya tak lain dan tak bukan adalah Yeon, tunangannya sendiri. Ia baru sadar kalau jaket ini adalah jaket unlimited edisi terbatas dan hanya kalangan anak sultan saja yang bisa mendapatkan jaket ini.
Secara, Yuna langsung tersentak karena jaket ini bukanlah jaket biasa. Ini salah satu jaket termahal buatan Eropa. Semakin penasaranlah Yuna akan sosok pria misterius yang baru saja meninggalkannya. Dan yang lebih membingungkan lagi adalah, bagaimana bisa ia mengenal almarhum ayah angkatnya. Seingat Yuna, semasa hidup, Rizal tak pernah memberitahu kalau punya kenalam pria muda yang kalau dilhat dari jaket ini, pasti bukanlah pria berasal dari kalangan biasa.
Semakin lama dipikirkan, Yuna semakin bingung saja. Namun sekarang, bukan saatnya ia memikirkan pria lain. Gadis itu duduk di samping makam Rizal dan memanjatkan doa untuknya sekaligus untuk berpamitan.
“Ayah, maafkan aku … mungkin ini … terakhir kalinya aku datang kemari. Setelah ini, aku tidak tahu apakah aku akan kembali ke desa ini lagi atau tidak. Aku sudah memutuskan untuk pergi dan melupakan semuanya. Aku rasa … Yeon dan bibi Shena sudah melupakanku, dan aku … juga sudah gagal membuktikan bahwa aku pantas menjadi bagian dari keluarga Pyordova. Kenyataannya adalah, kini aku di cap sebagai kriminal Ayah.” Yuna menundukkan kepala sambil mengusap bulir airmatanya yang mulai berjatuhan ke tanah.
“Aku sadar, mana mungkin keluarga Yeon mau memiliki menantu seorang kriminal sepertiku. Karena itulah aku mundur, aku akan pergi dan menghilang. Dan jika suatu hari nanti kami dipertemukan kembali, aku akan mengembalikan cincin pertunangan ini padanya.” Yuna menyentuh lehernya sendiri dimana di balik kerah bajunya ada kalung pertunangannya dengan Yeon.
"Selamat tinggal Ayah, semoga kau hidup tenang di alam sana." Yuna menyiram makam Rizal sebelum ia berdiri.
Pedih, perih dan terluka memang dirasakan Yuna saat ia memutuskan hal terberat dalam hidupnya. Apalagi ia sudah benar-benar gagal dan sudah banyak melanggar janjinya pada Shena. Gadis malang ini merasa kalau ia tak punya muka lagi untuk bisa menatap wajah wanita yang amat sangat dikaguminya. Pergi dan menghilang, mungkin adalah jalan terbaik bagi Yuna saat ini.
Setelah puas berada di makam alamharhum ayah angkat Yuna, akhirnya gadis itu beranjak berdiri dan hendak melanjutkan perjalanan menuju desa terpencil yang akan menjadi tempat tinggalnya sekarang. Entah apakah Yuna bisa beradaptasi di tempat asing yang belum pernah ia kunjungi sebelumnya. Namun, ia sudah membulatkan tekad untuk terus melanjutkan hidup dan membuka lembaran baru di tempatnya bekerja.
Lama juga Yuna menunggu di halte bis, ia tak punya pilihan lain lagi selain memlih bis sebagai alat transportasinya menuju ke desa terpencil. Sebab, mulai sekarang ia harus berhemat. Uang yang Yuna punya tidak banyak, belum lagi ia tidak tahu apakah di sana nanti disediakan tempat tinggal ataukah harus menyewa tempat sendiri. Yuna tidak mendapat informasi apapun. Ia hanya berharap sudah ada tempat yang disedikan untuknya selama mengabdi di sana.
Akhirnya, bis yang ditunggu-tunggu sudah datang dan tanpa pikir panjang, Yuna pun masuk ke dalam bis itu. Awalnya, Yuna tidak terlalu curiga pada penumpang bis yang ternyata semuanya adalah pria. Pria-pria itu terlihat sangar dan menakutkan, mereka semua menatap Yuna dengan tatapan aneh dan mencurigakan. Syukurlah Yuna memilih duduk di belakang kondektur untuk cari aman. Namun ternyata, hal itu tidak menjamin keselamatan Yuna.
30 menit sudah berlalu dalam diam selama perjalanan. Tiba-tiba beberapa pria berkulit hitam dan berbadan besar mendekati Yuna dan memaksa duduk disebelah Yuna. Gadis itu menolak dan meminta pria itu untuk pergi mejauh darinya.
“Maaf, Pak? Bisakah anda pergi dari sini?” pinta Yuna sambil mendekatkan dirinya di jendela. Ia benar-benar terpojok sekarang, apalagi beberapa pria besar berdiri tegak seakan terlihat mengantri di belakang pria yang duduk di sebelah Yuna.
“Memangnya ini kursi nenekmu? Terserah aku mau duduk di mana.” Pria itu mencoba medekati Yuna dan menyentuh tangannya.
“Jangan kurang ajar ya, Pak! Pergi dari sini!” bentak Yuna kasar dan ia beralih ke kondektur yang sok cuek di dekat Yuna. “Pak kondektur, bisa usir orang ini? Saya sungguh keberatan jika dia duduk di sini?”
“Biarkan saja Nona, kursi disebelahmu kan kosong, lagian bapak itu cuma pengen duduk di situ, apa salahnya?”
Jawaban kondektur itu bikin mulut Yuna menganga tak percaya, kondektur itu bukannya melindungi malah mendukung pria-pria bangsaat ini.
“Dia kurang ajar sama saya, Pak!” pekik Yuna, tapi kondektur itu malah pergi meninggalkan Yuna dan pindah tempat kebelakang seolah membiarkan para pria-pria sangar ini bebas melakukan apa saja pada Yuna.
Semakin tercenganglah Yuna melihat hal ini. Pantas saja banyak wanita yang takut kalau naik bis sendirian, rupanya inilah yang terjadi.
“Hai Nona cantik, mau bersenang-senang dengan kami tidak?” tanya pria itu mencoba genit pada Yuna.
“Tolong menjauhlah dari saya, Pak!” pinta Yuna sekali lagi dengan sopan, ia tidak ingin memancing kemarahan orang-orang sangar yang ada dihadapannya agar tidak terjadi hal-hal yang diinginkan.
“Aku malah ingin bermain-main denganmu sebentar, enak loh … “ pria itu mencoba mendekat ke arah Yuna yang sudah ketakutan setengah mati. Ia tahu dirinya sedang dalam bahaya besar tapi tak bisa berbuat apa-apa.
Dalam keadaan genting begini, Yuna berencana mengambil ancang-ancang untuk menendang alat vital pria yang mencoba mencelakainya dan langsung kabur dari sini, meskipun mungkin hal itu tidak mudah ia lakukan mengingat banyaknya orang yang mengepungnya. Namun, belum juga Yuna melancarkan rencananya, tiba-tiba saja dari belakang, dua buah tangan mencengkeram kuat leher pria-pria yang berdiri tegak di dekat Yuna lalu melempar mereka semua keluar dari dalam bis ke jalanan.
Begitu kedua orang itu terlempar dan terguling-guling di jalan, terlihatlah siapa pria yang berani bertindak seperti itu terhadap pria-pria sangar ini. Dia … siapa lagi kalau bukan Yeon, tunangan Yuna yang masih belum disadari oleh Yuna sendiri.
Ada rasa syok dan juga kagum melihat kehadiran Yeon yang bak pahlawan kesiangan. Meskipun Yuna tidak tahu Yeon datang darimana, ia tetap senang karena dewa penyelamatnya sudah datang. Tak hanya sekali pria yang masih belum diketahui namanya oleh Yuna ini menolongnya disaat genting, tapi berkali-kali.
“Kau tidak apa-apa? Istriku?” ujar pria asing itu dan Yuna langsung bingung bukan kepalang mendengar pengakuan penyelamatnya yang begitu mengejutkan.
“Hah?” ujar Yuna jadi kikuk.
Tak hanya Yuna saja yang tersentak, seluruh pria yang ada di sini juga kaget mengetahui kalau ternyata, gadis yang mereka dekati, sudah bersuami. Padahal kenyataannya belum. Yeon hanya mengaku-ngaku saja meskipun sebentar lagi, mereka berdua memang benar-benar akan menikah.
BERSAMBUNG
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
Teh Yen
kynya cowo yg sangar itu body guard nya c yeon yg d suruh yeon godain Yuna yah hihii
2025-01-23
0
Bambang Setyo
Kirain tu cowokw sangar yg ditugasin yeon buat melindungi yuna.. Tapi ko begitu jadinya..
2022-12-19
0
Shakila Rassya Azahra
dasar yeon bengek itu yuna masih sedih eh malah bikin kaget dia dengan menyebut istriku tambah shock aja itu si yuna memang nantinya bener si yuna jadi istri kamu tapi ujian cinta yg kamu kasih ke yuna membagongkan tauk 🤭😁😁😁
2022-02-15
0