Setibanya di dapur, Farra segera membukakan bungkusan nasi dengan ayam goreng kesukaan Aksa tersebut dan meletakkannya ke atas piring.
"Makanlah, Dek."
Farra tersenyum sembari meletakkan piring tersebut ke hadapan Aksa yang sudah tidak sabar menikmati ayam gorengnya.
"Nasinya dihabiskan juga, ya. Jangan sampai bersisa," ucap Farra.
"Ya, Kak."
Setelah membaca doa makan, Aksa pun segera menikmati makanannya. Farra bahagia melihat wajah semringah Aksa saat itu. Perutnya yang tadinya lapar, sekarang terasa kenyang. Ada kepuasan tersendiri di hatinya ketika melihat adik kecilnya tersebut bahagia.
"Tuhan, terima kasih atas rejekimu hari ini," ucap Farra dalam hati.
"Kakak mau? Biar Aksa suapin, ya?" ucap Aksa ketika sadar bahwa Farra hanya menatapnya sejak tadi.
"Tidak, Dek. Tidak usah. Adek makan aja sampai kenyang, itu sudah cukup buat Kakak."
"Satu suap."
Aksa menyuapi Farra sesendok nasi lengkap dengan lauknya dan Farra pun menyambutnya dengan senang hati. Kemudian merekapun tertawa bersama di ruangan itu.
Malam pun menjelang.
Setelah selesai mempersiapkan semua bahan-bahan yang akan ia gunakan untuk membuat kue, Farra pun mulai merehatkan tubuh lelahnya di kasur lusuh yang ia tempati bersama Aksa. Saat itu Aksa sudah terlelap di alam mimpinya.
Baru saja Farra ingin memejamkan matanya, tiba-tiba ia teringat akan uang bulanan Aksa yang belum di bayarkan. Seketika matanya menjadi terang benderang dan rasa ngantuknya sirna entah kemana.
"Ya Tuhan, kemana aku harus mencari uang untuk membayar uang sekolah Aksa?" gumam Farra dalam hati.
Kini mata gadis itu tertuju pada sebuah celengan plastik berbentuk ayam yang terletak di atas lemari pakaiannya. Tabungan yang akan ia gunakan untuk memasukkan Aksa ke sekolah SD favoritnya.
Karena otak Farra sudah buntu dan tidak bisa berpikir lagi, sedangkan waktu terakhir pembayarannya adalah lusa. Farra pun terpaksa harus mengambil sedikit uang simpanannya yang berada di dalam celengan tersebut untuk membayarkan uang sekolah Aksa.
Farra bangkit kemudian menghampiri celengan tersebut dan meraihnya. Ketika Farra meraih celengan tersebut, ia merasa ada yang aneh pada benda tersebut. Farra mengguncang celengan itu dan bunyinya pun terdengar sangat mencurigakan.
"Loh, bukannya uang di celengan ini lumayan banyak? Kan sudah sejak lama aku mengumpulkan uangku disini. Tapi, kok kayak tinggal sedikit, sih?" gumam Farra sambil menautkan kedua alisnya ketika memperhatikan benda itu.
Farra membolak-balik benda itu dan ternyata apa yang dikhawatirkan olehnya adalah benar. Dibagian bawah benda itu terdapat sebuah goresan besar yang sepertinya sengaja dibuat oleh seseorang dan kemudian ditutup lagi dengan menggunakan lakban.
"Tante Mala!" gumam Farra dengan airmata yang mulai bercucuran dikedua pipinya.
Dada Farra terasa sangat sakit ketika ia tahu bahwa uang yang selama bertahun-tahun ia kumpulkan, raib begitu saja. Dengan langkah cepat, Farra menuju kamar Nurmala. Setibanya di kamar itu, ternyata Nurmala masih berjaga. Wanita itu terlihat sedang berbaring di atas tempat tidur sambil memegangi ponselnya.
"Tante!" panggil Farra
Nurmala menoleh kepada Farra yang kini berdiri tepat di ambang pintu kamarnya yang terbuka lebar. Wanita itu memasang wajah malas ketika bertatap mata dengan gadis itu.
"Apa?" ketus Nurmala sembari memalingkan wajahnya kembali ke ponsel.
"Tante yang mengambil semua uangku di celengan ini, 'kan?" ucap Farra sambil terisak.
Nurmala kembali menoleh gadis itu kemudian ia bangkit dari tempat tidur. Ia berjalan menghampiri Farra dengan wajah kesal kemudian menghardiknya.
"Heh! Kamu kira aku maling, apa?! Kenapa kamu menuduhku mengambil uangmu yang tidak seberapa itu?"
"Karena tidak ada sesiapa lagi di rumah ini selain Tante. Tante, Aku mohon kembalikan uangku! Uang itu untuk biaya masuk sekolah Aksa tahun depan dan sekarang aku butuh untuk membayar uang bulanan sekolahnya yang sudah telat aku bayarkan," lirih Farra dengan airmata berlinang membasahi kedua pipinya.
Nurmala tersenyum sinis.
"Dasar gadis tidak tahu di untung! Seharusnya kamu itu berterima kasih padaku karena sudah bersedia menampung kalian di rumah ini! Seandainya dulu aku tidak bersedia menampung kalian, mungkin sekarang kalian sudah menjadi gembel! Atau yang lebih parahnya lagi kamu akan menjadi jalangg yang menjajakan dirinya dengan murah meriah di pinggir jalan! Hanya karena uang yang tidak seberapa itu kamu sudah berani padaku. Dasar gadis tidak beguna, pembawa sial!" hardik Nurmala sambil mendorong tubuh Farra hingga gadis itu tersungkur di lantai kamar.
Farra terisak sambil memeluk celengan yang masih melekat erat di tangannya. Farra terdiam kemudian memikirkan ucapan tantenya itu.
Walaupun terdengar sangat menyakitkan, tetapi apa yang dikatakan oleh Nurmala benar. Seandainya wanita paruh baya itu tidak menerima dirinya dan Aksa lima tahun lalu, mungkin dia dan adiknya sudah menjadi gembel di jalanan.
"Sekarang kembali ke kamarmu, sebelum aku benar-benar emosi dan melakukan sesuatu yang lebih mengerikan lagi padamu!" ancam Nurmala.
Farra menyeka air matanya kemudian bangkit dari tempat itu. Ia melangkah dengan gontai kembali ke kamar sempitnya.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Erny Manangkari
dasar tu Tante mata duitan
2023-01-17
0
Erny Manangkari
dasar tu Tante mata duitan
2023-01-17
0
Zifa Zifa
ish tante nya kayak nenek lampir 😒😔😒😔😒😔😒😔😒😔😒😔😒😔😒😔😒😔😒😔
2022-04-10
1