Di kantor polisi, Natalie duduk lesu dan tak berdaya. Selama di interogasi dia tidak menjawab sepatah katapun.
Bahkan Natalie dengan keras kepala menolak untuk melakukan tes urin. Wanita itu terus mengalami syok berat akibat ulang sang pacar.
Andi tidak menyerah untuk terus menginterogasi Natalie. Andi yakin jika wanita ini selalu membuat masalah di manapun.
"Jadi dimana kamu sembunyikan pacar mu itu?" tanya Andi dengan paksa.
Natalie masih bergeming.
"Darimana kamu dapat barang haram ini?"
Natalie terus bergeming dalam kebisuan malam.
"Masih mau sangkal ini bukan milik kamu? OK kita buktikan. Tapi buat apa kamu terus menolak untuk melakukan tes urin itu malah bikin kamu bunuh diri," Andi terus mendesak Natalie sampai menyerah.
Natalie menatap Andi, bayangan wajah Andi mengingatkan nya pada polisi di Amerika.
Seketika Natalie mengalami delusi, rasa trauma di masa lalu kembali terulang.
Dia bahkan mengingat jelas bagaimana dulu ia berurusan dengan polisi Amerika. Bagaimana mereka memperlakukan nya secara kasar. Bagaimana dulu ia di kepung dan di masukan kedalam mobil polisi.
Rasa takut itu terus saja muncul dalam hati nya. Tiba tiba dadanya sesak dan sakit. Dia tidak bisa mengatur tubuhnya dengan baik. Pertahanan nya ambruk.
"Haaah sekarang kamu berpura pura agar terlihat sakit agar kami bisa melepaskan begitu saja," ledek Andi dengan rasa tidak percaya.
Mendengar nya Natalie begitu marah, dia memang sangat membenci polisi.
"Tau apa kamu?" ancam Natalie sambil memegang dada nya yang sakit.
Andi hanya bisa tersenyum, memang wanita ini sangat kasar dan beda.
Zaki datang menghampiri mereka berdua, dia memberikan air putih untuk Natalie.
"Minumlah, aku tau Jakarta memang sangat panas," ucap Zaki sambil tersenyum.
"Gimana dengan wali nya? apa masih belum datang juga," tanya Andi.
"Tuh," jawab Zaki sambil menunjuk ke arah pintu. Erick dan Jesica datang sebagai wali.
Natalie terkejut melihat mereka datang, sungguh dia sangat takut. Takut melihat kaka nya yang sebentar lagi akan berubah jadi monster.
Tanpa ada satu kata untuk Natalie, Erick langsung duduk di samping adik nya. Dengan wajah gelisah bercampur marah dia harus segera menyelesaikan masalah ini.
"So, kenapa dia ada di kantor polisi? bikin masalah apa lagi," tanya Erick tanpa basa basi, dia langsung pada inti nya.
"Saudari bapak ketahuan membawa narkoba di dalam tas nya." jelas Andi.
Erick sungguh geram mendengar nya, dia sampai tak habis pikir adiknya selalu saja membuat masalah. Terlebih ini adalah narkoba, bukan suatu hal yang baru bagi Natalie.
"What? Drugs again Natalie?" kamu gila ya."
Kedua mata Natalie tidak tahan lagi, dia langsung menghamburkan seluruh air mata nya.
"No.. itu bukan punya ku. Sumpah aku di jebak sama Deva! Please kali ini percaya sama aku," ucap Natalie dengan sangat rapuh.
Jesica pun ikut frustasi, dia tahu bahwa Natalie baru saja menyelesaikan masa rehabilitasi di Amerika. Tapi kenapa dia harus mengulangi hal konyol lagi.
"Apa gak cukup kamu berurusan dengan hukum dan polisi? 2 tahun Nat kamu di rehab!" tambah Jesica yang semakin membuat Natalie hilang arah.
Andi menghela nafas, sungguh semua ini di luar dugaan. Natalie ternyata adalah mantan pecandu yang sudah berhasil di rehabilitasi.
Kini keadaan menjadi lebih rumit, dengan semua rekam jejak kriminal Natalie.
"Aku hanya perlu kamu membuktikannya," tantang Erick.
Tentu Natalie menolak, dia selalu menggeleng kan kepala berulang kali.
"Kenapa? hayo buktikan?" tantang Erick lagi sambil menatap Natalie dengan tajam.
Semakin Natalie di tekan seperti itu, dia pun semakin anarkis. Dia menangis dan menjerit jerit, bahkan ia membanting kursi dengan keras.
"NO, I CAN'T," jerit Natalie semakin menjadi.
Erick lalu mendekati Natalie, dia terus menatap adik nya dengan marah. Ekspresi Erick tidak main main. Ada hal yang tak bisa Erick ucapkan secara langsung untuk adik nya.
"YOU MUST!"
Natalie menggelengkan kepala. Dia terus menangis, mata nya berlinang penuh ketakutan.
"Aku takut,"
"Don't be afraid. You'r not alone," jelas Erick perlahan menurunkan intonasi suara dengan pelan dan lembut. Sebuah kalimat yang mampu meredakan segala emosi di antara adik dan kaka.
Natalie mengangguk, dia akhir nya setuju dengan tes urin. Dia harus bisa membuktikan pada semua orang bahwa dia bukan pecandu lagi. Dia harus bersih dari segala tuduhan.
Sekitar 30 menit mereka menunggu di ruang kerja polisi. Karena ini sudah sangat larut malam, tidak ada banyak aktifitas terlihat di kantor ini.
Andi masuk kedalam ruangan sambil membawa selembar kertas. Dia berdiri di hadapan mereka dengan sebuah tatapan heran dan aneh.
"Kamu boleh pergi," perintah Andi pada Natalie.
Seketika wajah Natalie berubah menjadi lega. Dia menarik nafas dan kembali bisa menghapus kegelisahan.
"Hasilnya Negatif?" tanya Jesica.
"Negatif," balas Andi singkat.
Mendengar hasil tes urin ternyata negatif, Erick lalu bergegas berjalan keluar. Di ikuti Jesica dari belakang.
Natalie sangat merasa bersalah pada kaka nya, dia cepat menyusul Erick.
Dia berlari menyusul Erick yang sudah hampir menyentuh gagang pintu.
"Kaka, tolong maafin Nanat." Pinta nya dengan penuh ketulusan.
Erick melihat Natalie dengan rasa sedikit iba, namun rasa benci nya belum bisa meluluhkan seluruh ego nya.
"Jes cepat kamu urus pria itu, hancurkan karir dan kehidupan nya," jelas Erick dengan nada mengancam.
"Jangan ka! Ayolah," ucap Natalie yang terus membela Devandra.
"Cukup Nat! Jangan pernah lagi kamu ketemu sama pria pengecut seperti dia," tambah Jesica yang tidak mau melihat Natalie terpuruk lagi.
Erick lalu masuk ke dalam mobil. Dia dan Jesica akhirnya pergi meninggalkan Natalie sendiri di kantor polisi.
Pukul 1 malam, Natalie masih duduk sendiri di depan kantor polisi. Walau urusanya sudah selesai namun hati nya masih saja kacau balau.
Dia masih tidak menyangka jika hidup nya selalu penuh dengan masalah. Terlebih dia menyesal terus saja menyeret Erick dalam hidup nya.
"Bodoh bodoh kamu Nat," Natalie berbicara sendiri, dia terus berulang kali memukul kepalanya.
Andi tiba tiba saja ada di samping nya, seperti nya ini adalah jam dia selesai kerja.
Dia cukup kasihan melihat gadis ini, badanya sangat rapuh dan terombang ambing.
"Pulang lah, ini sudah sangat malam," ujar Andi dengan tenang.
Natalie menoleh ke atas, dia melihat Andi.
"Jangan bicara pada ku lagi," balasnya.
Sudah tida ada alasan lagi untuk terus ada di samping nya. Akhirnya Andi pun segera pergi meninggalkan dia sendiri. Namun kali ini sebagai pria biasa, dia tidak tega melihat wanita duduk sendiri.
"Ayo masuk mobil ku, biar ku antar pulang. Sepertinya kaka mu sudah menghapus nama mu dari kartu keluarga," ajak Andi.
Kali ini pria itu menjadi lunak. Itu sebabnya Natalie merasa polisi yang ada di depanya bukan seburuk yang ia pikirkan.
Andi dan Natalie sudah dalam perjalanan pulang. Mereka duduk bersampingan di bangku depan. Natalie masih bergeming dan wajahnya mulai memburuk.
Kali ini dia benar benar menangis.
Mau gimana lagi, Andi tidak bisa memprotes wanita malang. Dia biarkan wanita itu menangis sepanjang jalan.
Dia memberikan tisu kepada Natalie.
"Hasilnya negatif, tapi karena keras kepalamu semua pekerjaan ku jadi lembur," ucap Andi dengan jengkel.
"Aku cuman takut kalau semua orang bakal ninggalin aku lagi," balas nya dengan suara serak dan parau.
Polisi itu paham, dia melihat begitu banyak trauma psikologis dalam diri Natalie.
"Cuman itu alasan kamu nangis?" Andi memang selalu kepo urusan orang lain.
Mendengar nya Natalie semakin menjadi jadi, dia terus saja menangis.
"DEVAAAAAAAAA TEGA KAMU! PADAHAL AKU SAYANG BANGET SAMA KAMU!" teriak Natalie tidak tahu malu.
Bagaimanapun kacau nya hari ini, tetap saja Natalie selalu di perbudak dalam cinta.
"Ahhhh dasar wanita bodoh," ujar Andi dengan tawa indah nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Aqiyu
Natalie bawa mobil Jesica yang dipakai waktu penculikan Dira
2022-05-08
1
nonaAurora
Semangat kak up nya 😊
2022-01-08
0
Wawan Juhana
Good Job Thor 👍🥰
2022-01-08
0