Semenjak keributan makan malam itu terjadi, Dira terus mengurung diri dikamar.
Dia hanya menghabiskan banyak waktu untuk diam. Tidak banyak bicara, berusaha untuk terus mengindari Erick.
Hadiah pertama yang diberikan Erick tidak membuatnya lantas senang. Malah tiap hari kedua mata Dira terus sembab oleh air mata.
Wajahnya sangat lelah. Dira sangat merindukan anaknya. Rasa frustasi seorang ibu yang jauh dari anak semata wayangnya, membuat segalanya seperti di jurang neraka.
Dia terus saja menyeka air matanya. Berkali kali ia berusaha untuk tetap tenang. Memikirkan apakah ada harapan masa depan untuknya?
Terlalu larut dalam kesedihan, Dira bahkan tak sadar Erick terus berdiri di depan pintu yang selalu terbuka.
Erick berjalan & menghampiri Dira yang terus mengurung diri. Ia duduk di samping Dira.
"Hai Dira," Sapa Erick.
Dira yang tertunduk dari tadi mulai menunjukan pandanganya tepat ke arah wajah Erick.
Didepan Erick ia sudah tidak bisa menahan segala rasa sedih & gundah. Kini dia menangis tersedu sedu.
"Aku sangat merindukan Hanum. Aku gak kuat Erick," Jawabnya dengan begitu pedih.
Erick terdiam saja. Namun tanganya mulai menyentuh wajah Dira yang basah. Erick mulai menghapus air mata yang tak berhenti mengalir.
"Berhentilah menangis Dira. Aku gak tahan melihatmu terus menangis."
"Sekali saja. Aku ingin sekali bertemu Hanum. Aku janji pasti bakal nurut sama kamu. Aku janji."
Erick menggelengkan kepala. Pria itu tetap pada pendiriannya. Erick bukanlah tipe penjahat yang mudah luluh oleh tangisan wanita.
Dira tidak menyerah, dia dengan cepat bergerak untuk memohon pada Erick. Dia bersujud, bersimbah & terus memohon. Bahkan Dira tak habis pikir untuk mencium ke dua kaki Erick.
"Kalau ingin balas dendam sama keluargaku, silahkan! kamu bisa melampiaskan segalanya sama Dira."
"Tapi berikan aku kesempatan untuk bertemu Hanum."
Erick tidak tahan melihat Dira kacau seperti itu. Namun apa pun alasan Dira, bagaimana Dira memohon. Erick tidak akan memberikan belas kasih sedikitpun.
"Aku gak akan nyakitin Hanum. Bahkan selama ini kamu gak sadar. Jika kamu terus bersama Hanum itu malah membuat dia dalam bahaya."
Dira tiba tiba berdiri. Menatap Erick tajam & berani menantang segala ucapan bodohnya.
"Aku ibunya! Aku selalu memberikan yang terbaik untuknya. Bahaya? apa katamu?"
Dira melangkah maju untuk segera melepaskan segala puncak isi kesabarannya. Dira tak takut untuk menampar wajah Erick.
Erick tersenyum mendapatkan tamparan keras dari seroang wanita. Pipinya drastis berubah menjadi merah. Dia dapat merasakan sekali bagaimana sesatnya perasaan itu.
Erick maju melangkah, dari tatapannya Erick pun sama sekali tidak takut. Dira melangkah mundur, melihat gerakan Erick yang agresif.
Jujur Dira sangat takut. Karena ia berpikir akan mendapatkan balasan kejam karena perbuatanya pada Erick.
Dira menutup mata, tubuhnya pasrah.
"Kamu memang wanita bodoh," bisik Erick sambil memeluk Dira.
Dira terkejut, kenapa dia bisa memeluk Dira seperti itu?
"Kamu ibu yang sangat baik untuk Hanum. Cuman kamu terlalu polos. Kamu bahkan tidak tahu apa apa tentang keluargamu sendiri."
Dira tidak berkutik. Dia masih dalam pelukan Erick. Sekarang tubuhnya hanya bisa merelakan segalanya untuk Erick.
Percuma saja melawan. Percuma. Erick terlalu kuat. Bagi Dira ada sebuah dinding besar antara dia dan Erick.
Dira menyerah. Tiba tiba semuanya menjadi kosong & gelap.
Bahkan Hanum yang menjadi alasan terkuat Dira untuk bertahan menjadi hancur perlahan.
Adakah alasan lain untuk Dira bisa hidup?
Apakah dia harus berdamai?
****
Erick baru saja keluar dari kamarnya. Dia berdandan sangat rapih seperti biasanya. Memakai stelan jas Navy dan dasi putih. Itulah gaya sang pebisnis ulung masa kini.
Erick melihat Dira dari jauh. Wanita itu sedang duduk sendiri di meja makan. Erick menyentuh pundak Dira dengan lembut.
"Tumben kamu keluar dari kamar." Erick menatap Dira dengan senyum yang indah.
"Aku lapar." Dira membalas sambil tersenyum.
"Sarapan yang aku taruh di kamar gak enak ya?"
Dira menggelengkan kepalanya.
"Aku mau makan mie goreng. Aku suka Indomie goreng."
Erick tersenyum, baginya ini adalah sebuah perubahan yang sangat baik. Kini Dira sudah tidak menangis lagi. Wajahnya benar berbinar.
"Aku minta maaf, disini gak ada Indomie. Aku bikinkan pasta aja ya."
Dira menggeleng. Kini balik wanita itu menjadi keras kepala. Entah apa tujuan Dira bersikap seperti itu. Jelas itu membuat Erick senang. Erick ingin sekali membuat Dira bergantung padanya.
"Aku gak mau makan, kalau gak sama Indomie goreng. Titik," ancam Dira dengan tingkah aneh.
Erick mengangguk paham. Kini situasi berbalik drastis, Erick dibuat tak berkutik oleh permintaan wanita tawanannya sendiri.
"Ok aku telepon sekertaris dulu ya. Aku suruh dia buat antar Indomie nya."
Dira masih menggelengkan kepalanya.
"Aku tuh ingin nya kamu yang beli sendiri." Balas Dira dengan ekspresi datar.
"Aku?"
Dira mengangguk. Wajahnya tegas memberi perintah pada CEO yang super sibuk itu.
"Ok ok.. tapi jujur aku gak tau dimana harus beli Indomie yang sangat kamu inginkan itu."
Dira memasang muka sebal. Tuhan, masih ada manusia di bumi ini yang gak tau harus beli mie dimana.
"Beli aja di minimarket. Terserah mau Alfa atau Indo ke."
"Ke mini market pake jas keren kaya gini," protes Erick yang merasa keberatan harus pergi dengan kondisi seperti ini.
Dira mengendus dengan kesal. Baru kali ini dia harus bertemu dengan pria yang sangat aneh. Dira sudah tak tahan dengan tingkah nya, dengan paksa Dira mendorong Erick menuju pintu.
"Ayo cepat pergi. Udah ngapain bengong."
Erick tidak bisa berbuat apa apa lagi. Bahkan ini pertama kalinya ia diperintah oleh seorang wanita.
"Ok I have to go."
Erick mulai membuka pintu keamanan. Pintu yang mustahil Dira bisa buka. Perlu banyak sensor untuk membukanya. Seperti kode, sidik jari & infra mata.
Sebelum pintu itu terbuka, Dira membisikan sesuatu hal yang tak bisa Erick duga.
"Aku lagi mens. Sekalian belikan pembalut ya."
Erick membeku. Semua aliran darahnya tiba tiba berhenti. Jantungnya berdebar sangat kencang.
"DIRAAAAAAAA," teriak Erick dengan histeris.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Aqiyu
hati-hati sama wanira yang lagi PMS.....
😁😁😁
2022-05-08
0
Fania Imuetz
lanjut thor
2021-12-26
0
Wawan Juhana
Terus pantau.. semangat Kaka
2021-12-26
0