Mobil Lamborghini berwarna hitam keluaran paling terbaru. Hanya dimiliki segelintir orang Indonesia. Terparkir di depan minimarket berwarna merah.
Didalam mobil, Erick masih belum memutuskan. Apakah dia harus merelakan harga dirinya hanya untuk permintaan wanita.
Matanya masih melihat kondisi sekitar minimarket. Sebisa mungkin dia harus menunggu sepi pengunjung. Jangan sampai citra CEO yang berkarisma runtuh dalam seketika.
Sangat lama Erick menunggu momen yang pas. Namun sialnya minimarket selalu saja penuh dengan pengunjung.
Tiba tiba datang seorang tukang parkir mengetok pintu kaca mobil. Erick dibuat terkejut dengan suara itu.
Erick membuka kaca agar bisa mendengar celotehan si tukang parkir.
"Eh lu ngapain disini. Mau belanja atau pamer mobil," celetuk si tukang parkir.
"Iya saya mau belanja. Tunggu ya pak," balas Erick dengan sedikit rasa was was.
"Ya udah sana lu, keluar," sentak si tukang parkir dengan ciri khas gaya nya koboi.
Erick baru kali ini merasa terpojok. Tekanan tukang parkir dapat menganggu mentalnya. Bapak ini tidak tahu saja di luar sana semua orang sangat takut Erick.
Hanya di minimarket semua kehormatannya sebagai keluarga konglomerat hilang sekejap.
Akhirnya dengan langkah yang berat Erick keluar dari mobil kesayangan. Dia menarik nafas sangat panjang membuka pintu minimarket si serba merah.
Erick merasa cukup lega. Karena didalam, dia belum melihat siapapun. Erick dengan langkah tegap & kekarnya mulai berjalan mengitari rak rak barang.
Masalahnya sudah 10 kali dia berputar. Namun dia tidak tahu bagaimana wujud asli dari pembalut wanita.
Dia ingat, seharusnya ia melihat bungkusan pembalut wanita dari internet. Tapi sial HP nya ia masih simpan di tas kerja. Tas itu dia simpan di kamar.
Erick cemas & kebingungan.
Tiba tiba dia dikejutkan lagi oleh salah satu pegawai mini market. Petugas wanita itu bertanya dengan sangat sopan.
"Maaf pak ada yang bisa saya bantu. Dari tadi muter muter aja. Mau cari apa pak?"
"Duh kenapa harus cewek sih," ucap Erick kesal dalam hati.
"Itu loh mba, apa yaah duh lupa." Pura pura lupa Erick.
"Pembalut," jawabnya sangat pelan & gugup.
Pegawai mini market mulai tertawa dan tersenyum.
"Itu pak di pojok sana. Dekat peralatan bayi." Sambil menunjuk area yang dimaksud.
"Ok."
Erick berjalan menghampiri intruksi pegawai mini market. Dia melihat deretan peralatan bayi. Lalu di sampingnya berjejer rapih dengan bungkusan berbentuk kotak & persegi panjang.
Namun sial dan sial. Seorang ibu berbadan besar sedang menenteng tas Gucci KW, ikut berada di jajaran pembalut.
Ibu tersebut pun otomatis melihat Erick hanya mematung di sampingnya. Menatap penuh aneh & curiga pada pria tampan ini.
Tanpa basa basi, khas emak emak yang suka gosip. Ibu ini mulai membuka pembicaraan.
"Eh mas buat sape nih? Pacar, isteri atau selingkuhan," ucapnya tengil dan pecicilan.
Sungguh ini hari yang amat buruk pikir Erick. Kenapa semua orang disini sangat banyak ingin tahu.
"Buat isteri bu," jawab Erick datar.
"Idih udah cakep, keren, macho ternyata SUSI."
"SUSI? maksudnya," tanya Erick kesal & penasaran juga.
"SUAMI TAKUT ISTERI hahahaha."
Suara tawa ibu ini seketika membahana. Suasana minimarket mendadak menjadi horor. Erick sudah ingin segera mengakhiri percakapan super bodoh ini.
"Udah ya bu saya duluan."
Erick lalu megambil acak semua jenis pembalut wanita. Apapun merek yang ada di semua pandanganya ia masukan keranjang. Namun ibu itu malah makin ingin menjahili Erick.
"Duh duh ko buru buru amat sih. Masa pembalutnya di borong semua. Emang gak tanya apa gitu sama isterinya mau merek apa? Motif nya apa?" tanya ibu itu dengan penuh drama dan kerusuhan.
Erick sudah sangat tidak tahan dengan mulut besar nya. Apapun yang terjadi dia harus segera pergi dari sini.
"Ibu isteri saya itu sangat demokratis. Apapun merek, warna & motif dia pakai semua. Gak usah banyak syarat. Emang kaya ibu rasis apa apa harus sesuai selera."
"Waduh beneran di pakai semua?"
"Iya bu sekaligus!" Akhir nya seorang pria cerdas seperti Erick terpancing emak emak.
"Lebih suka pake sayap atau enggak," tambah ibu yang ingin menambah perdebatan.
Erick benar benar muak. Bahkan ia tak habis pikir apa hubungannya sayap dengan pembalut.
"Ngapain pakai sayap. Isteri saya pakai Helicopter!"
Erick buru buru kabur. Dia segera melarikan diri dan bersembunyi di rak lain.
"Aman Aman," ucapnya sambil mengatur nafas & keringat yang bercucuran.
Tiba tiba dia ingat sesuatu.
"Duh Indomie lagi."
Tanpa basa basi, Erick mencari lagi dimana letak jajaran mie instan.
"Ketemu juga," ucap Erick dengan girang.
Erick mulai memilih satu persatu varian rasa dari setiap merek. Hampir rata rata bungkus mie berbentuk sama. Namun jenis rasa nya yang bikin Erick bingung.
"Apa apaan ini.. soto, empal gentong, rendang."
Erick menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Hah!! mie ramen cuman 15 ribu. Ramen macam apa ini!"
"Duh Dira ada ada aja sih. Mie goreng banyak banget rasanya."
Erick kini sudah tidak peduli lagi. Dia ambil saja sembarangan mie goreng yang menurutnya dia suka.
Semua pesanan sudah terkumpul dalam keranjang. Erick menarik nafas panjang, ada rasa bangga bisa menaklukan semua permintaan Dira.
Erick menjinjing keranjang menuju kasir pembayaran. Di sana tidak ada banyak orang. Syukurlah, proses pembayaran sepertinya akan berjalan cepat. Hanya ada 3 bocah sedang berdiskusi membuat lingkaran kecil.
Erick berdiri menunggu antrian di belakang ke 3 bocah. Samar samar Erick mendengar obrolan sengit mereka. Apa yang mereka bicarakan adalah masalah uang.
Bocah 1, "Lu sih ngapain beli Es krim segala. Tuh kan jadinya kurang 10 ribu."
Bocah 2 yang pegang es krim pun membela,
"Gw kan iuran paling gede. Itu tuh si Baim cuman iuran gocap doang."
Bocah 3 bernama Baim ikut tidak mau disalahkan, " Yah kan kemarin Gw traktir, Lu tuh yang gak modal apa apa."
Erick masih tidak paham dengan obrolan macam anak masa depan penerus bangsa ini. Sungguh bocah pembuat masalah saja.
"Kalian bocah ribut-ribut segala. Kalau uang nya kurang ya balik lagi aja besok. Kumpulin uang nya sampai dapat." Erick tiba tiba menyela diskusi mereka. Menampilkan wajah yang sok paling bijaksana.
"Apaan sih lo, ikut campur segala," celetuk bocah 1 yang mempunyai karakter paling bawel.
Erick jengkel sekali dibuatnya. Bocah ingusan seperti mereka memang sudah tidak bisa menghormati.
Petugas kasir pun mulai menegur mereka. Karena dengan rapat ala bocah hanya menganggu konsumen lainya.
"Maaf ya adik adik, untuk pembelian voucher game nya jadi gak?"
"Bentar dulu dong mba, pokonya tunggu. Kalau gak bisa beli sekarang sayang dong! Ini tuh senjata nya limited edition," balas bocah 3 bernama Baim.
Erick sudah tidak mau bernegosiasi apapun lagi. Sungguh ternyata kumpulan bocah ini adalah yang paling menyebalkan diantara semua nya.
Erick terpaksa mengusir mereka. Erick bubarkan formasi lingkaran yang selama ini membuatnya harus berdiri selama 30 menit.
Bocah nomor 2 yang dari tadi pegang es krim menangis dibuatnya. Dia merasa apa yang telah di lakukan Erick itu sangatlah kasar.
Kedua bocah itu mulai merangkul teman satu nya yang menangis. Mereka lalu menatap tajam Erick. Ada sebuah dendam luar biasa tersimpan di dalamnya.
"Udah apa sih kalian, pergi sana," bentak Erick.
Mereka masih belum pergi. Ketiganya kompak untuk melototi Erick. Entah kenapa bocah ini begitu berani melawan Erick. Tanpa mereka tahu kalau Erick adalah penjahat.
"Udah deh jangan ribut ribut game mending tuh kalian kerja kelompok, belajar bener. Lihat dong om dulu kecil gak tengil kaya kalian. Rajin belajarnya. Mobil Lamborghini yang di parkir sana tuh milik om. Karena apa? dulu tuh om gak ribet mikirin voucher, beli senjata lah."
Ketiga bocah itu melirik mobil Lamborghini hitam yang masih terparkir disana.
"Awas ya om. Kami bukan bocah lemah," ancam bocil nomor 3.
Mereka lalu pergi tanpa kata perpisahan yang indah. Erick menang, akhirnya bisa mengusir bocah ingusan.
Erick pun segera membayar total belanjaan. Dia mengeluarkan kartu debit hitam. Semua sudah beres. Pesanan Dira sudah lengkap dan saatnya pulang.
Erick dengan hati yang sudah sangat tenang. Membawa kantong kresek cap lebah dengan penuh kesombongan. Entahlah bagi nya, ini adalah pengalaman yang seru. Banyak bertemu dengan orang orang kelas bawah.
Tiba tiba terdengar suara bising tak jauh dari jarak nya. Ternyata itu adalah suara emergency Lamborghini. Erick melongo dan tak percaya. Bahwa 3 bocah sialan itu telah balik memukul.
"Dasar bocah tengik." Langkah Erick dipercepat, dia ingin segera mengusir ketiga bocah yang mencoba merusak mobilnya.
Ketiga bocah itu tertawa riang. Seperti sedang memainkan sebuah game online, mereka dapat merusak pertahanan musuh.
Mereka naik keatas mobil Lamborghini. Meloncat loncat diatas mobil puluhan miliar. Merusak bagian cat mobil yang berharga dengan sebilah paku. Lalu Es krim berserakan mengotori hampir semua permukaan kaca depan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Aqiyu
ya ampun dasar bocah.....
ga tahu aja siapa yang dihadapi
2022-05-08
0
Fania Imuetz
next
2021-12-27
0
Wawan Juhana
Alfamart kali ya
2021-12-26
0