Erick menatap Dira dengan sumringah. Kali ini mereka akan menghabiskan waktu bersama di depan kompor.
Semoga saja, momen kebersamaan ini tidak berantakan seperti biasanya.
Biasanya yang selalu berujung pertengkaran hebat.
"Jadi hari ini kamu mau ngajarin aku?" Erick mencoba meremehkannya.
"Kamu tau ga sih Erick, cuman orang bodoh yang gak tau cara masak mie instan." Dira tidak ingin kalah.
Erick sedikit tersinggung dan malu di buatnya. sebenarnya dalam hati Erick ingin sekali terlihat multitalent. Serba bisa di andalkan oleh wanita.
Nyatanya, mie instan ini membuat rencana nya hancur total.
"Buka bungkusnya keluar kan bumbunya panaskan air tunggu sampai mendidih lalu masukan mie tunggu 10 menit angkat tiriskan aduk dengan bumbu di pering selesai," jelasnya secara singkat & padat.
Erick tidak bisa menangkap apapun. Sekata saja ia tidak bisa mencerna. Apalagi sampai paham.
"Kamu ngomong apa sih Dira. Ko ngajarin kaya gitu," protes Erick.
"Namanya juga masak mie instan, ya jelasin harus instan juga." Dira sengaja membuat Erick jengkel.
Erick terdiam & mulai menangkan pikiran nya yang tegang. Seluruh urat kepalanya hampir putus. Erick mencoba untuk terus menjaga situasi ini agar tidak kacau seperti sebelumnya.
"Ok.. aku masak ya." Erick tersenyum. Secara paksa.
Kali ini dia membiarkan ego nya turun. Dia harus mengalah apapun yang terjadi.
"Baca aja itu di belakang bungkusnya. Kan ada instruksinya." Dira terkadang memang tidak tercipta untuk menjadi manusia jahat.
Dira duduk saja, melihat Erick mencoba menghidangkan sesuatu yang sebenarnya mudah.
Erick melihat instruksi singkat dengan ukuran tulisan sangat kecil. Erick terus saja bolak balik melihat bungkus mie instan.
Dira melihatnya pun mulai capek. Lama lama dia tidak tega harus melihat nya menderita.
"Bisa gak Rick." Dira mulai tidak sabar.
"Iya ini bisa ko. Cuman di rebus aja kan?" Erick mencoba santai & terlihat cool.
Erick tersenyum lebar. Mengacungkan spatula dan melambaikan tangan untuk Dira. Dira tersenyum aneh, mencoba membalas lambaian nya.
Walaupun gerakan Erick sedikit lambat & berantakan. Wajahnya tidak pernah terlihat jelek. Dia memang terlahir begitu rupawan.
Ditambah momen harus mengeluarkan 3 bumbu fenomenal. Saos, kecap & minyak. Itu adalah level yang paling mematikan.
Bayangkan saja seorang pimpinan perusahaan rela untuk dibuat susah oleh seorang Dira.
Dira masih duduk tepat di hadapannya. Lama lama Dira mulai terhanyut melihat setiap gerakan tubuh Erick. Sangat atletis & seksi.
Kaos yang ketat, membuat perutnya yang sixpack terlihat jelas. Rahangnya yang kuat dan wajah oval nya sempurna.
Dira menjadi tak fokus.
"Apaan sih kamu Dir. Sadar sadar dia itu penjahat bermuka seribu," ucap nya dalam hati.
Dira yang masih dalam lamunan dikagetkan oleh wajah Erick yang nyaris dekat dengan matanya.
"Yu makan. Nih udah jadi." Erick tersenyum.
Senyuman itu membuat Dira membeku. Dira harus segera sadar. Hayo Dira bangun, jangan kalah!
****
Ini namanya bukan sarapan. Melainkan Brunch. Waktu sudah menunjukan pukul 11 siang.
Erick & Dira sedang duduk saling berhadapan. Dihadapan mereka sudah ada piring dengan mie berwarna merah menumpuk.
"Jadi ini namanya mie goreng?" Erick mulai menilai selera Dira seperti apa.
"Ayo makan." Dira menantang Erick.
Erick menggunakan garpu silver, mengambil selembar mie goreng dengan hati hati.
Dia masih belum memasukannya dalam mulut. Ada banyak keraguan di dalam hatinya.
Erick makan dengan sangat pelan. Mengunyah satu dua tiga kali.
"Pedes pedes..."
Erick tiba tiba tersedak. Mulutnya seperti terbakar. Erick langsung minum air putih dengan buru buru.
Dira tertawa lepas, dia sangat senang melihat wajah Erick merah & bibirnya dower.
Dira lalu berjalan meninggalkan kursinya. Dia mengambil sepiring nasi ke piring. Diberikannya piring isi nasi di depan Erick.
"Coba makan pakai nasi."
"Mie campur nasi?" tanya Erick heran. Mulutnya masih belum bisa kembali normal.
Erick mencoba memasukan nasi kedalam mie. Dicampurkan dua elemen berbeda itu. Erick benar mencoba tips Dira.
"Beneran Dir.. ini gak terlalu pedas." Erick senang, dia tak malu untuk memasukan suapan yang ke berapa kali.
Dira tertawa kecil, dalam hati nya Erick bisa berubah menjadi anak kecil. Erick memang penjahat bermuka seribu.
Dira menyusul Erick untuk makan. Mereka makan mie goreng campur nasi dengan tenang. Inilah awal ketenangan mereka bersama.
Ternyata, Indomie lah yang bisa menyatukan selera mereka. Tidak ada keributan atau tangisan. Steak & wine mahal pun lewat.
Dira melihat lagi Erick. Dia menilai Erick sedang dalam mood yang sangat baik. Mungkin inilah waktu tepat untuk berbincang. Secara serius.
Ini kesempatan. Dira akan berusaha terus menggali informasi dari Erick sendiri. Dira harus tahu siapa Erick & apa tujuan dia menculik nya.
"Mmmmm gimana enak?" tanya Dira dengan hati hati.
"Lumayan." Erick menganggukkan kepalanya.
"Emang ayah sama ibu kamu gak pernah masakin mie instan gitu?"
Dira kali ini harus tepat memilah setiap kalimat.
Erick tiba tiba berhenti makan. Tangan dan garpu masih belum bergerak lagi.
"Dari kecil aku cuman liat pelayan dan chef datang ke meja makan."
"Aku cuman makan aja. Gak ada yang nanya juga aku mau makan apa. Makan ya makan."
Erick mengatakan dengan wajah cukup sedih. Apa mungkin ia mulai merindukan orang tua nya sendiri.
Dira mengangguk, tentu ia paham bahwa Erick bukanlah orang biasa. Dia pasti dilahirkan dari keluarga ber sendok emas.
Dira melanjutkan makan. Erick pun melanjutkan. Kini suasana agak sedikit berbeda setelah percakapan keluarga.
"Hidup kamu pasti sudah terjamin ya Rick. Segala sesuatu pasti sudah dirancang dengan sangat baik. Pendidikan, lingkungan sosial bahkan karir."
Erick tertawa setelah mendengar pendapat Dira tentang hidupnya.
"Mungkin iya, cuman aku memilih karir dan bisnis yang berbeda dengan ayahku saat ini. Sekarang kita jalan dengan kaki masing masing."
"Bisnis apa kamu?"
"Menjual Masa depan," jawab Erick.
"Apaan sih Rick. Orang nanya serius juga."
"Ya emang bener. Bisnis aku tuh cuman menjual masa depan," ucap Erick dengan santai.
"Alaah gak usah banyak bohong deh. Aku tuh yakin banget kalau bisnis kamu pasti haram. Kamu pasti ketua kartel narkoba,'' celetuk Dira dengan nada mengolok olok.
"Masa iya tampang kaya gini jadi mafia?"
"Bos mafia itu ya kejam kaya kamu. Gak ada hati nurani. Bisanya bikin orang menderita."
Erick tertawa sangat lepas. Erick benar benar tidak tahan dengan imajinasi Dira. Sebuah pemikiran yang jauh bisa ia tebak.
"Aku juga yakin banget. Cewek simpanan kamu itu dimana mana. Dari berbagai negara kamu pasti pernah coba. Bos mafia plus penjahat kelamin."
"Dira... Dira... emang bener ya cewek tuh kalau menghayal nya kejauhan."
Erick bangkit dari kursinya. Ia menghampiri Dira yang masih duduk. Erick mendadak jongkok di samping nya.
Tangannya yang lebar menyentuh telapak tangan Dira. Erick melihat Dira dengan tatapan dalam. Dira masih diam, tanganya kini mulai terasa hangat.
"Wanita yang kucintai setelah ibu ku sendiri adalah kamu. Nadira. Cuman kamu seorang."
Dira terkejut mendengarnya. Dia langsung saja melepaskan genggaman tangan Erick. Dira memang tidak bisa sepenuhnya jatuh pada Erick.
"Yang ku tau, cinta itu gak pernah saling menyakiti Erick."
"Aku sama sekali gak pernah menyakiti. Bahkan aku gak pernah memaksamu buat tidur. Penjahat kelamin? itu maksudmu."
Dira berdiri dan ingin segera meninggalkan acara makan ini. Segalanya berubah menjadi tegang.
"Terimakasih untuk makanan nya."
Dira pergi melangkah meninggalkan Erick sendirian lagi. Selalu saja meja makan menjadi tempat sial mereka.
Erick kali ini tidak diam. Dia menyusul Dira dari belakang. Erick ingin sekali menahan Dira. Dalam hatinya, Erick tidak ingin ditinggalkan wanita itu.
Erick memeluk Dira dari belakang.
"Suatu saat kamu pasti akan paham. Gak ada cinta yang bisa terus membuat mu bahagia."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Aqiyu
thor jadi kaya iklan mie yang di tv
2022-05-08
0
ekadelima dela
semangat😊
2021-12-30
3
ekadelima dela
ayo thor up lagi
semangat thot🙏💪
gak sabar nih,penasaran cerita selanjutnya....jangan lupa balas dan terseyum selalu😊
2021-12-30
2