Dua orang penjaga berbadan kekar kini sedang memegang dua tangan Erick. Erick tidak bisa bergerak, tidak bisa melawan sekalipun.
Erick berdiri di sebuah ruangan tengah. Dia harus berhadapan dengan ke dua orang tua nya secara langsung
Erick mencoba untuk melawan, namun itu sia sia mereka lebih kuat.
"Lepaskan." Erick berkata dengan kesal.
Erick terus melawan, dia tidak suka harus di perlakukan seperti ini.
Pak ketua Tomi lalu memberikan perintah kepada dua penjaga itu untuk melepaskan.
Kedua tangan Erick kini bebas.
"Kamu sadar Erick, perilaku mu tadi sungguh membuat malu keluarga!" bentak pak ketua Tomi dengan murka.
"Aku yang bikin malu keluarga? Bukanya ayah yang selama ini bikin malu?"
"Apa?" tanya Pak ketua Tomi dengan heran.
"Setelah berhasil menikahi nenek tua itu ayah berani berani nya mau ganti resort ini dengan hotel?"
Nyonya Dewi tidak senang dengan anak tiri nya, dia selalu menyebut dirinya nenek tua.
Nyonya Dewi menghampiri Erick. Dia lalu menatap Erick dengan perasaan jijik.
"Jangan merengek seperti bocah, kalau kamu ingin menghentikan proyek ini pertahankan! Lindungi dengan nyawamu sendiri."
Erick tertawa, kini tawanya terbahak bahak, membahana seperti singa yang terancam.
Erick bukanlah seorang anak kecil di masa lalu, dia sudah tidak bisa lagi menahan nya.
Dengan keras dia mendorong nyonya Dewi ke dinding, Erick kembali menatap nyonya Dewi dengan sangat tajam.
"Kamu pikir aku tidak tahu rencana mu? Apa kamu tidak puas setelah berhasil menyingkirkan ibu?"
"Ayah mu sendiri yang memilih aku, aku tidak merebut apapun dari kalian," jawab nyonya Dewi dengan berani.
"Jangan sentuh apapun, bahkan kamu gak berhak menyingkirkan debu sekalipun. Ingat itu!" ancam Erick dengan sangat serius, dia tidak main main.
Dua penjaga itu mulai menghadang Erick namun Erick kini melawan mereka. Dia tidak bisa lagi berpura pura lemah.
Pak ketua Tomi hanya diam saja, sebenarnya dalam diam pikirannya sedang kacau balau. Dia merasakan sedih karena Erick masih belum berubah.
Dia masih belum menganggap Erick adalah laki laki Dewasa. Dia masih sama seperti bocah saat puluhan tahun yang lalu.
Pak ketua Tomi lalu memerintahkan para penjaga lain nya untuk membuat Erick kapok. Dia sudah tidak segan lagi memberinya pelajaran.
"Bawa keruangan ku, SEKARANG!!"
Erick yang sudah babak belur dan tidak berdaya di seret untuk masuk kedalam ruangan khusus. Sebuah ruangan dimana Erick tahu bahwa itu akan terulang kembali
****
Sebuah ruangan gelap dan kosong. Hanya ada satu lampu penerang di dalamnya.
Kini hanya ada mereka berdua. Ayah dan anak.
Pak ketua Tomi berdiri dengan sebuah tatapan hampa. Dia melihat Erick hanya duduk dengan segala luka yang tengah di alaminya.
Kepalanya bercucuran darah, semua tulang nya terasa remuk dan kulitnya terkelupas.
Namun dari itu semua, luka di hati nya menjadi lebih sakit. Ada sebuah lubang besar yang semakin menjadi dalam.
"Kamu itu adalah laki laki, kamu harus kuat dan tidak tertandingi. Itulah yang ayah harapkan dari hidupmu."
Erick tidak menjawab, dia masih duduk termenung.
"Tapi kamu sama sekali tidak berubah Erick. Kamu lemah! Kamu pengecut! Dirimu masih saja tenggelam dengan masa lalu. Ayah masih tidak percaya bisa bisanya kamu selalu menjadikan ibu mu sebagai alasan untuk bersikap konyol seperti ini!!" bentak pak ketua Tomi.
Erick kini memberikan sebuah reaksi menakutkan. Dia menangis sambil tertawa. Dia tertawa sambil menangis.
"Harusnya malam itu aku membunuh ayah," ucap Erick dengan tanpa takut.
Pak ketua Tomi terkejut, mata nya mengelak.
"Kamu pikir selama ini aku hanya bocah bodoh? Aku tahu ayah.. ibuku yang setia dan selalu patuh dengan ayah adalah wanita yang selama ini ingin kau singkirkan. AKU TAHU AYAH YANG TELAH MEMBUNUH IBU," teriak Erick dengan semua beban yang selama ini ia pendam dari waktu yang lama.
"Berani nya kamu... anak tidak tahu diri."
Pak ketua Tomi mulai memegang dadanya yang sakit. Dia sudah tua, jantung nya mulai melemah.
Tanpa sebuah pemikiran panjang lagi. Pak ketua Tomi mengambil stick golf di samping nya.
Dia lalu melayangkan stick golf itu mengayun di depan muka Erick.
Erick menahan stick golf itu, dia tersenyum.
"Pukul? AYO PUKUL AKU!!" Erick menantang sang ayah yang masih mematung.
Pak ketua Tomi tiba tiba menjadi kuat kembali. Ada sebuah energi yang tak terbendung. Dia dengan cepat langsung menjatuhkan Erick.
Erick tersungkur, dia tahu ini akan kembali terulang. Tubuhnya di buat lumpuh dan kaku.
Bukan dia tidak bisa melawan kembali orang tua itu. Hanya saja dia kembali mengingat masa lalu.
Erick takut. Sangat takut dengan kenangan itu.
Pak ketua Tomi lalu memukul Erick dengan stick golf nya. Dia walau sudah tua bangka, tak ada belas kasih padanya.
Membabi buta menyiksa anak nya sendiri.
Sudah berapa banyak pukulan yang ia terima, dari semua bagian tubuh tak terlewatkan. Darah semakin mengucur dan lebam biru dimana mana.
Tubuh Erick sungguh di buat tak berdaya, dia hanya bisa merangkul tubuh nya sendiri.
Jiwanya sudah tersesat, pikirannya sudah kalang kabut.
"Ayah, Erick janji gak akan nakal."
"Ayah, Erick janji bakal jadi anak yang baik," ucap nya begitu saja.
Mungkin Erick sedang mengalami trauma yang berat, hingga pandangan asli nya hilang. Dia melayang layang mengingat masa lalu.
FLASHBACK
Erick kecil yang masih berumur 11 tahun. Saat itu dia masih menggunakan baju hitam berkabung.
Didalam kamarnya yang sangat besar, dia hanya duduk di sudut ruangan. Tangannya terus saja memegang bingkai foto dia dan ibu nya sedang berpelukan.
Matanya terus saja menangis, sembab sekali pelupuk matanya.
Anak kecil itu sedang merindukan ibu nya.
Seorang pelayan pribadi tiba tiba datang masuk ke kamar. Dia membawa nampan berisikan buah dan cemilan.
"Tuan muda, ayo dong makan," bujuk nya dengan penuh kesabaran.
Erick kecil terus saja menolaknya.
"Terus Erick mau nya apa?"
"Erick mau makan sama ayah aja," jawabnya polos.
Erick dengan lincah mengambil beberapa potongan cokelat dan permen. Lalu dia berlari keluar kamar untuk mencari ayah nya.
Anak kecil itu masuk ke kamar ayah nya, namun disana dia tidak menemukan apa apa.
Segera Erick kembali mencari ke ruang keluarga, namun isi nya selalu kosong.
Dia tidak menyerah, tiba tiba saja terlintas sesuatu di benak nya.
"Mungkin ayah sedang ada di kamar ibu."
Erick berlari sekencang mungkin, dia yakin sekali bahwa ayah nya sedang disana.
Ketika Erick masuk, tiba tiba di sebuah ruangan tempat ibu nya menyimpan perhiasan.
Di celah pintu yang masih terbuka. Dia melihat ada dua orang yang sedang tertawa.
Erick melihat nya lebih seksama. Dia mengintip dengan hati hati.
Dengan mata kecilnya dia melihat ayah nya sedang memakai kan kalung safir biru ke leher seorang wanita asing.
Mereka kembali tertawa dan saling berpelukan menghadap cermin besar.
Erick kecil terkejut, tiba tiba ia menjatuhkan semua cokelat dan permen ke atas karpet. Dia tidak sengaja menginjak nya.
Mereka menyadari ada yang mengintip. Dengan tatapan marah, Pak ketua Tomi yang masih muda melihat Erick sedang berada di belakang pintu.
"Ngapain kamu disini!" teriak ayahnya sendiri.
"Ayah siapa wanita itu? Kenapa dia bisa masuk ke kamar ibu."
Pak ketua Tomi menarik nafas panjang. Dia masih tidak percaya anak itu bisa mengintip.
"Sayang lihat kelakukan anak kecil itu, dia bikin kotor karpetnya. Padahal kan aku baru aja ganti," rengek manja Nona Dewi.
"Siapa kamu? dasar nenek tua," balas Erick.
"Apa! Berani nya kamu panggil aku nenek tua. Saaayaaang lihat kan anak kamu ini sangat kurang ajar." Nona Dewi sangat senang mengadu domba keadaan.
Pak ketua Tomi lalu dengan amarah nya menyeret Erick ke luar.
Dia dibawa ke sebuah ruangan kosong. Di sana dia lalu di pukuli oleh stick golf.
Erick terus saja di siksa, tanpa ada rasa kasih dan sayang. Ayah yang kejam itu menjadi buta hanya karena cinta.
"Ayah tolong maafin Erick. Jangan pukul Erick," Erick terus memohon pada ayah nya. Dia menangis sambil memeluk kaki ayahnya.
"Ayah, Erick janji gak akan nakal."
"Ayah, Erick janji bakal jadi anak yang baik."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Istri Tuan Muda
cpetan update thor, semoga sukses ☺
2022-01-02
1
nonaAurora
keren kak, aku singgah lagi 😁
2022-01-01
0