Entah ini pagi atau sore. Dira tidak bisa merasakan apapun. Kulitnya mulai memucat, karena sinar matahari pun tak diijinkan masuk kedalam kamar. Dua bulan lamanya Dira masih terkurung di dalam kamar. Kaki pun masih terikat kuat oleh rantai layaknya hewan peliharaan. Tubuhnya terpenjara dan jiwa nya mati. Dira berbaring tengkurap di atas kasur, kepalanya dimiringkan agar bisa saling menatap wajah Erick yang tampan. Erick pun melakukan hal yang sama dengan Dira. Berbaring & saling bertatap.
"Kamu mau nanya apa, Dira?"
Kini suaranya lembut. Erick yang terlihat sangat sangar bisa berubah seperti kucing betina.
"Aku sudah gak tau lagi harus nanya apa? semua pikiranku buntu."
"Tanya saja, bebas!"
Erick tersenyum tipis tanpa merasa berdosa.
"Kenapa kamu bisa menculik seorang wanita payah seperti Dira."
Erick mulai tertawa, giginya rapih berjejer bahkan terlihat membuatnya makin tampan.
"Karena aku mencintaimu."
Dira mendengus kesal dengan jawaban konyol dan bodoh itu. Cinta? apa benar pria jahat seperti Erick bisa merasakan cinta.
"Baik, sekarang giliran ku nanya sama kamu."
Dira tegang. Dia takut tidak bisa menjawab.
"Apa yang sedang kamu pikirkan sekarang?"
Dengan tegas dan lugas Dira menjawab.
"Ayah dari anakku, Suamiku. Harry."
Erick terdiam dengan jawaban itu. Namun jawaban itu tak sekali membuatnya gentar. Malah ia terlihat sangat tertarik membahas Hary.
"Menurut kamu Dir.. suami kamu itu lagi dimana? Apa dia mencari istrinya dimana?"
Penuh berani dan tanpa takut Dira tahu apa jawaban pasti dari pertanyaan Erick.
"Kamu tau Erick, dia bakal terus mencari ku sampai kiamat. Dia pasti menemukan rumah sialan ini. Lihat saja, sebentar lagi. Tunggu!!! Habislah nyawa mu."
Erick bangkit dari kasur & berjalan memutar kamar. Spontan dia mengeluarkan tawa dan tertawa terbahak-bahak terdengar ke setiap sudut ruangan itu.Dira bertambah kesal, apa yang di tertawakan Erick saat ini membuatnya ingin segera menyumpahi isi mulutnya.
"Ok Ok aku sudah gak tahan lagi sama cerita konyol mu itu," ucap Erick yang masih sekuat tenaga menahan tawa.
"Sekarang kamu ketawa Erick! Emang bener kamu pria menjijikan."
"Ok, Let see something big for you."
Erick mengambil remote kecil dari sakunya. Remote kecil adalah kunci untuk segala isi rumah mewah ini. Remote itu menyalakan layar besar di hadapan mereka. Layar besar kini sedang memperlihatkan berita utama di IND news. Sebuah berita viral yang akan membuat Dira kaget. Tentu para penonton dan pemirsa di rumah pasti menyukai berita kriminal semacam ini. Penuh konspirasi dan teka teki yang terus menjadi bola liar yang panas.
"Hary!" Dira teriak dengan tatapan aneh.
Dalam berita di salah satu siaran TV. Hary kini menjadi sosok yang sedang viral dan dicari di semua jurnalistik tanah air. Apa yang membuat Hary begitu bisa dikenal banyak orang? Dira pun bertambah kaget, ketika suaminya tengah dikerumuni banyak orang-orang. Hatinya mendidih hebat ketika melihat Hary banyak di wawancara reporter. Di bagian bawah ada sebuah tag headline berita.
MAYAT DIRA MASIH BELUM DITEMUKAN
Dalam wawancara itu, Hary menangis sangat tersedu-sedu. Wajahnya jelas memancarkan banyak kesedihan dan kemalangan. Siapapun yang menyaksikan tayangan ini, pasti menaruh simpati besar terhadap suami tak berdaya. Dia sedang banyak bercerita betapa sedihnya seorang suami ditinggalkan isteri tercinta. Mana ada yang tahan kehilangan sosok isteri dan ibu yang sangat luar biasa. Bak pahlawan sejati yang tak pernah mendapatkan penghargaan apapun. Harry berkata pada semua wartawan dengan suara pelan dan serak.
"Sudah 2 bulan isteri ku masih belum ditemukan. Aku cuman berharap kalau mayatnya segera ditemukan. Aku dan keluarga besar ingin mengadakan pemakaman indah untuknya."
Dira marah mendengar perkataan suami nya di dalam wawancara TV.
"Tidak Hary.. aku di sini masih hidup! Aku belum mati. Oh Tuhaaaannn!!!"
Dira menangis bercampur kesal. Dia kini menatap Erick dengan tajam. Segera Dira melangkah menghadap Erick.
"Jahat.. kamu jahat Erick," ucapnya sambil menarik kerah baju Erick.
Erick hanya tersenyum sinis. Baginya kini Dira begitu terlihat cantik saat emosi.
"Lihatlah suami mu itu, hanya dia satu satunya mahluk di bumi ini yang ingin kamu kembali menjadi mayat."
"Diam Erick! Ini semua adalah salahmu. Kamu lah yang membuatku menghilang dan menjauh dari keluargaku."
Erick tak peduli dengan semua kemarahan Dira. Tangannya malah memeluk erat wanita itu. Penuh dengan emosi dan hasrat yang menggebu-gebu dalam sebuah dekapan.
"Lepaskan!" teriak Dira kesakitan.
Semakin Dira berteriak, Erick akan semakin erat memeluknya.
"Dengarkan aku Dira. Jangan harap kamu bisa keluar dari sini. Siapapun itu, mereka gak akan pernah bisa menemukan mu. Ingat, sekarang kau adalah sebuah MAYAT!"
Dengan tatapan tajam Erick mulai menjambak rambut Dira dengan kasar. Tatapan yang tidak main main. Dira pun sangat takut melihat tatapan Erick yang berubah ubah. Dia bisa berubah seperti malaikat yang manis namun dalam sekejap bisa berubah menjadi iblis jahat bertanduk satu. Benar-benar pria yang sangat mengerikan, salah melangkah saja nyawanya bisa dalam bahaya.
"Jangan bermimpi bisa kabur dari ku. Kamu adalah milikku."
Dengan sangat kasar, Erick menjatuhkan Dira ke dasar lantai. Dira dibuat menangis lagi dan lagi, siapa yang tidak tahan diperlakukan kasar dan hina seperti ini. Tangisan wanita yang membuat hasrat Erick semakin berkecamuk dan senang. Dia tertunduk dan meratapi nasib nya yang suram. Erick membalikkan kakinya, dia ingin segera meninggalkan Dira sendiri. Namun Dira mencoba menahan Erick untuk pergi, kedua kaki pria itu tertahan dengan kedua tanganya.
"Baiklah.. aku akan hidup untuk mu Erick. Aku adalah milikmu Erick. Tolong jangan tinggalkan aku."
Dira sangat memohon pada Erick. Dia benar-benar diambang kematian, tidak ada pilihan lagi kecuali menuruti semua perkataanya. Erick tak bereaksi apapun, terlalu dingin dan kosong. Dia bahkan tak melihat wajah Dira yang sudah sangat bersimpuh padanya. Erick hanya bisa melepaskan tangan wanita itu. Lalu dia pergi meninggalkan Dira seorang diri lagi. Mengetahui dirinya diabaikan seperti tadi, Dira akhirnya menjerit jerit kesetanan. Dia sudah tidak tahan dengan sikap terkutuk Erick.
"Maafkan aku Erick. Eriiicccckkk! Maaf, Maaf!"
Sayang, pintu itu telah tertutup lagi dengan sangat rapat. kesempatan untuk meluluhkan hati pria itu selalu gagal. Karena manusia normal seperti dirinya mana bisa berkompromi dengan hati seorang penjahat keji.
****
Hary duduk santai di sebuah bangku taman kota yang sepi. Sambil merokok, dia memandang langit kota Jakarta yang redup. Tanpa ada bintang satu pun. Seorang wanita duduk disampingnya, membawa dua cangkir kertas kopi panas. Wanita berambut ikal dan kulit sawo matang mulai tersenyum padanya.
"Aku gak tau selera kopi kamu kaya apa."
Hary tersenyum, sambil menyeruput kopi panas itu.
"Hanya isteri ku yang tahu."
Wanita itu bernama Laras. Dari ekspresi dan pandanganya, dia seperti sudah mengenal Hary sangat lama. Laras menyerahkan sebuah dokumen pada Hary. Dokumen itu membuat Hary mendadak tersenyum.
"Berapa harga yang harus aku yang bayar?" tanya Hary dengan serius pada Laras.
Laras tersenyum tipis, sambil meniupkan asap rokok dari mulutnya.
"Gak usah buru buru.. buka saja dulu."
Hary lalu membuka isi amplop cokelat di tangannya. Menarik sebuah kertas tipis dari dalam. Kertas itu dilihatnya cukup lama. Sebuah kertas yang menunjukan bahwa itu adalah surat kematian Dira.
"Bagaimana sama mayatnya?"
"Semua orang tahu kalau mobil merah itu terparkir di pinggir hutan. Hutan belantara Hary! Polisi, para ahli & hakim memutuskan mayat Dira dimakan binatang buas."
"Kematian tanpa mayat. Itu cukup menarik." lanjut Laras.
"Tapi mereka masih belum nemu pelakunya." ujar Hary risau dan khawatir.
"Gak ada satupun yang bisa menemukanya."
Hary mengangguk paham. Namun dalam pikirannya ia tahu bahwa ada sesuatu yang janggal dalam pikirannya selama ini.
"Lalu dimana sebenarnya Dira?"
Ternyata tatapan melotot Hary masih belum bisa menenangkan pikirannya.
"Dira sudah mati. Kau harus melupakan Dira!" tegas Laras dengan nada emosi.
Hary menarik nafas panjang dan mulai mengatur ritme jantung nya yang terus berdetak kencang. Dia harus segera mewaraskan dirinya dari situasi kacau balau ini. Tentu sebuah situasi yang sebenarnya menguntungkan dirinya sebagai suami.
"Maafkan aku Laras. Aku cuman takut," timpal Hary.
"Kamu pikir mendapatkan dokumen ini gampang Hary! kita sudah melangkah sejauh ini. Apa yang harus kita takutkan lagi!"
Hary mulai ingin menenangkan Laras yang tersulut rasa emosi dan cemburu. Hary tahu, bahwa Laras sangat membenci Dira. Hary memeluk tubuh Laras. Dia mencium kening wajah Laras dengan lembut. Laras sangat menikmati tubuh hangat Hary. Baginya ini adalah pertama kali dia bisa bebas memeluk Hary.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Yani Cuhayanih
pura2 setia kau harry ternyata suami biadab
2022-10-24
0
Aqiyu
Erick tahu suami Dira selingkuh
2022-05-07
0
Fahril Riana
salam dari bunga kematian kak
2022-01-19
1