Seperti biasa, aktifitas bagi seorang korban penculikan hanyalah bisa diam dan banyak merenung.
Dira yang sudah hampir 4 bulan di culik oleh Erick masih saja di rantai dan dikurung. Seberapa kali Dira mencoba menenangkan pikirannya yang selalu kacau, tapi nihil.
Setiap detik banyak sekali pertanyaan tentang nasib buruk yang tengah ia alami. Namun hal yang paling ia takuti dari semua itu adalah kematian. Dira sangat takut Erick berbuat jahat pada dirinya. Melihat pribadi nya yang sering berubah ubah.
Dira sekeras mungkin menggunakan ingatannya. Siapakah Erick? apakah dia dan Erick pernah bertemu sebelumnya?
Tapi semua ingatannya tidak membuahkan hasil. Dira sama sekali tidak mengenal Erick. Dia tidak tau siapa Erick.
Pintu kamar terbuka. Dira dibuat kaget oleh suara pintu itu. Karena Erick biasanya tidak pernah datang pada larut malam seperti ini.
Erick melangkah menghampiri Dira yang sedang duduk di atas kasur. Erick memajang wajah cerah dan terlihat senang. Ada sesuatu yang aneh pada diri pria satu ini.
"Ayo kita makan malam," ajaknya sangat lembut pada Dira.
Dira merasa tambah aneh. Bukanya Erick selalu membawa makanan langsung ke kamar nya. Tiba tiba mengajak dia makan malam.
"Aku tidak lapar," jawab Dira bohong. Padahal perutnya mulai keroncongan.
"Mana kaki kanan mu," ucap Erick.
Dira lalu menyodorkan kaki kanannya. Dihadapan Erick kaki kurus panjang itu masih terpasang rantai. Ada sedikit luka memar dan merah pada pergelangan kakinya.
Erick menekan tombol layar kecil dan memasukan kode pada rantai.
Suara Tiiit terdengar ketika kunci rantai itu terbuka otomatis.
Erick lalu membuka rantai itu untuk pertama kalinya.
Dira terperangah, dia masih tidak percaya. Rantai itu akhirnya lepas dari kakinya!
"Ayo kita makan malam. Malah bengong," ajak Erick yang berjalan keluar dari kamar.
Dira masih belum bisa mencerna apa yang terlah terjadi padanya. Seperti mimpi, akhirnya ikatan itu lepas. Sungguh ini luar biasa.
Dira berjalan pelan keluar kamar. Akhirnya dia bisa melangkah keluar dengan lebih bebas. Akhirnya dia bisa keluar dari kamar.
Dira berjalan dengan penuh hati hati. Karena otot kakinya masih belum lentur.
Dira dibuat kagum saat ini. Ternyata isi rumah tahanan Erick begitu sangat megah. Oh betapa pusing nya Dira sekarang dengan pemandangan menakjubkan ini.
Dira berjalan terus menyusuri tangga, dengan penuh kewaspadaan. Karena Dira tidak lupa ini rumah Erick. Si penjahat keji.
Diujung tangga, Erick menunggunya. Dia melayangkan senyuman indah dan menawan. Penjahat terlalu tampan.
"Ayo," ajak Erick pada Dira yang mulai malu malu. Dira sejenak melupakan kebenciannya. Karena hatinya begitu terpana pada Erick.
Dihadapannya kini, Dira disuguhkan meja dan kursi hanya untuk mereka berdua. Suasana hangat dan penuh romantis.
Ini dinner romantis! Sungguh ini bukan main main.
"Apa apaan ini. Terlalu kekanak-kanakan." Dira masih menahan gengsinya.
"Sudahlah jangan banyak berdebat. Mumpung suasana hatiku sedang sangat baik."
Erick lalu mempersilahkan Dira untuk duduk, layaknya seorang ratu.
Dira duduk dengan kaku. Karena tak pernah sama sekali dia diperlakukan seperti cerita dongeng.
Mereka kini sudah saling berhadapan. Diapit oleh banyak makanan lezat. Lilin kecil dan bunga pun menjadi tambahan menawan.
"Ini aku masak sendiri loh," ucap Erick dengan bangga. Sepertinya Erick ingin menunjukan hal kebaikan pada diri Erick.
Dira tak percaya, jika pria jahat itu bisa masak. Dira mulai menyicipi satu potongan daging Wagyu. Rasanya sangat fantastis. Daging yang sangat juicy dan meleleh di mulut.
Dira mengunyah dengan rasa tak percaya. Masakan ini sungguh lezat.
Erick tersenyum melihat Dira begitu lahap, mengunyah tanpa jeda. Lalu Erick menuangkan wine produksi Prancis yang sangat langka.
"No no no. Aku gak pernah mau minum kaya beginian," jelas Dira yang tentu merasa aneh dan tidak biasa dengan minuman anggur.
"Coba saja Dira. Ini bakal menyenangkan bisa minum bareng kamu."
Erick tak mendengar penolakan Dira. Kini gelas itu penuh dengan wine berwarna bening kristal.
Dira diam saja. Mungkin sekarang hati nya sedang penuh tarik ulur. Minum atau tidak?
"Ah sudahlah," ucap Dira tanpa ragu meneguk langsung isi wine.
"Aaahhh.." Dira berekspresi aneh. Rasa wine mahal ternyata mengejutkan kerongkongannya
Ini adalah makan malam yang romantis. Erick tiba tiba menunjukan sifat dan pribadi yang lain. Bahkan Dira masih tidak dibuat percaya oleh kejutan ini.
Entah apa yang sedang di pikirkan Erick. Pria itu terus saja memandang wajah berseri Dira. Rasa terus bergejolak dalam hatinya. Erick merasakan sebuah hasrat yang tak terbendung.
"Kamu cantik."
Dira tertawa. Kata cantik sudah bukan hal asing baginya. Karena Dira memang terlahir dan tumbuh menjadi wanita cantik. Bahkan di usianya yang menginjak kepala 4 kulitnya masih kencang dan kenyal.
"Jadi kamu udah percayakan sama aku?" tanya Dira yang sudah menghabiskan hidangan nya.
"Mmmmm sekarang rumah ini adalah milikmu. Kamu bebas lakuin apa aja di sini."
"Aku masih penasaran. Kamu terlalu kaya, sangat muda & tampan. Ko bisa bisanya punya pikiran buat kurung aku disini."
Dira memulai interogasi pelaku kejahatan, layaknya seorang detektif polisi.
"Kamu tau film girl in the box?"
"Selera film ku tidak sejelek dirimu," celoteh Dira kesal.
"Perempuan muda di culik dan disekap hanya dalam sebuah kotak peti jenazah."
"Elizabeth Fritzl di sekap, perkosa dan siksa ayahnya sendiri sampai punya 7 anak."
"Bahkan anak laki laki pun bisa diculik. Kasus Steven Stayner. Disekap sampai 7 tahun oleh pedofil murahan."
Dira tidak bisa berkata apa apa lagi. Sulit baginya untuk bisa memahami isi pikiran Erick. Semua apa yang telah di jelaskan Erick hanya akan membuatnya patah hati.
Erick apakah ada celah di hatinya untuk bisa mengasihi Dira?
"Jadi kamu ingin aku bersyukur kepada tuhan yang maha Esa karena aku telah di culik oleh pria muda yang kaya raya hah!" jelas Dira menampik segala ucapan konyol Erick.
Erick cengengesan, baginya kemarahan Dira hanyalah sebuah lelucon remeh.
"Hei Nadira.. aku gak culik kamu. Kamu sendiri yang masuk ke mobilku. Aku bahkan tidak pernah memaksamu."
"Apa kamu bilang?" Dira marah luar biasa. Memang Erick tidak pernah membuatnya tenang sebentar saja.
Dira bangkit dari kursi. Dia dan kemarahannya mulai menghancurkan suasana indah makan malam. Dira melirik tajam Erick yang masih duduk dengan sangat santai.
"Ingat satu hal ini Erick. Jangan pernah bermimpi aku bisa bahagia dan merasa pasrah hidup terkurung bersama mu."
"Pada akhirnya, aku akan kembali berkumpul dan bahagia bersama suami & anaku."
Erick membisu. Sekarang dia tak menunjukan pembalasan seperti biasanya.
Dira pergi meninggalkan Erick seorang diri. Kini hadiah pertama Dira tak berjalan mulus. Tampaknya Erick masih belum bisa meluluhkan hati wanita lemah itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Wawan Juhana
Gimana mau luluh orang nyebelin kaya gitu 😩
2021-12-25
1
enje aje
Next, semangat kaka!!
2021-12-25
1
zahra
bergetar padahal tuh hati kayaknya
2021-12-25
0