Sekeras apapun, Dira akhirnya menyerah. Tangis dan ketakutannya kini mulai reda. Matanya memerah dan sembab. Helaian rambut yang tadinya tergerai indah kini menjadi acak kadut. Tubuhnya tergeletak lunglai begitu saja. Tidak bisa berpikir dengan jernih, semua isi kepala nya kini kacau balau.
Akhirnya pintu kamar terbuka. Di Sana, pria itu berjalan dengan langkah kaki yang menakutkan. Pria itu, ya dialah pelaku keji yang telah menculik Dira selama ini. Supir taksi online yang sangat tampan dan bermata dingin.
Dira menyadari pria itu datang tepat di depannya. Melihat wajahnya saja, langsung naik pitam dan membuat hatinya begitu sakit.
"Kau!!! Berani-beraninya bawa aku ke sini."
Pria itu tidak menjawab sekalipun. Masih menatap lurus dengan beku.
"Hah, baru kali ini aku lihat supir taksi pakai tuksedo Italia yang sangat mahal."
"Siapa kamu.. ? pesaing bisnis? hahahahaha Gak mungkin, mustahil. Restoran burger itu masih kecil. mustahil. Lalu anda siapa Hah!"
Seluruh ucapan serta omelan kini membuat darahnya naik.Pria itu menghampiri Dira yang masih duduk dan terikat oleh rantai. Pria misterius dengan sentuhan tajam dan menusuk mulai mencium bibir Dira dengan paksa. Tentu saja refleks menjauh dan menghindar. Sayangnya, kekuatan tubuh pria itu tak bisa mengalahkan gerakan Dira yang lemah.Pria itu terus memaksa, sampai ia dibuat menangis begitu pilu. Bibirnya kini mulai basah oleh air mata yang jatuh.
"Cukup. Aku bilang cukup, berhenti."
Pria itu berhenti mencium Dira. Dipandang kedua bola mata wanita itu. Terdapat begitu banyak kebencian dan penderitaan.
"Tolong.. kali ini saja. Biarkan aku pergi dari sini. Anakku Hanum."
Pria itu menghela nafas.
"Makanlah dulu, aku gak mau kamu mati kelaparan."
Pria itu bangkit dan segera mendorong kereta makanan berisi steak dan wine yang terlihat menggoda. Dira tertawa melihatnya, selanjutnya melayangkan sebuah pandangan penuh kebencian terhadapnya.
"Aku lebih baik mati daripada harus bertemu sama wajahmu lagi," balas Dira murka.
"Kamu mati maka anakmu bakal mati," ancam pria itu tidak main main.
Dira mendadak histeris mendengar anaknya diancam seperti itu. Dira mulai bergerak tidak karuan, mencoba menghancurkan rantai besi dengan tangan kosong. Tapi kita semua tahu, itu hanya usaha yang sia sia. Pria asing yang begitu keji dan menakutkan. Tak ada belas kasih pada wanita itu. Hanya menatap diam tak berkutik. Melihat Dira kini hancur berkeping keping, sepertinya perasaanya penuh dengan kepuasan.
****
Seminggu telah berlalu. Hari demi hari yang sangat berat dilalui oleh Dira. Selama seminggu lamanya Dira tak menyentuh makanan sedikitpun. Mungkin, Dira adalah wanita ajaib yang kuat tak makan selama satu minggu penuh. Pria asing itu setiap hari datang ke kamar untuk menyapa. Membawa makanan lezat, minuman menyegarkan bahkan cemilan cemilan yang menggiurkan lidah. Tak terlewatkan, Dira selalu membiarkan makanan itu basi bahkan busuk dengan sendirinya.
Karena bagi Dira semua itu hanyalah sampah, ilusi dan racun. Dalam jiwanya sudah bertekad ingin segera mati dalam rumah terkutuk ini. Pria asing kembali masuk kedalam kamarnya. Memakai kaos neck lengan panjang berwarna hitam. Rambut klimis nan wangi. Mendorong meja makan berisikan lobster segar dan beberapa sajian seafood lainnya.
"Makanlah."
Kini Dira balik terdiam. Matanya cekung lesu, kulitnya mulai kasar dan kering. Badannya bau dan kurus kerontang.
"Bunuh saja aku," jawabnya lirih. Dira meminta dengan tulus.
"Kau gak boleh mati. Hiduplah demi ku," balasnya datar.
"Setiap detik aku terus berpikir, kenapa, mengapa, kenapa, mengapa, kenapa, mengapa. Tapi semakin aku berpikir aku bakal menjadi gila."
Dira tidak menangis, kini dia hanya mulai berbicara tanpa arah. Dengan senyum lalu terdiam.
"Bunuh saja!!! setidaknya kamu letakkan mayat ku di sungai. Aku ingin Hanum dan suami tahu bahwa aku telah pulang."
Dira frustasi dan sangat menderita sekali. Tak tahan lagi, air mata mulai keluar dari pelupuk matanya. Pria asing tak bereaksi apapun. Dia hanya menyodorkan air putih dalam gelas padanya.
"Minumlah. "
Dira hanya menggelengkan kepalanya berulang kali. Pria itu mencoba kembali menawarkan air putih padanya. Namun selalu mendapat penolakan, bahkan Dira menebas gelas hingga airnya tumpah. Tak bosan dan penuh kesabaran, dia mulai mengisi air kedalam gelas. Kembali melakukan hal yang sama yaitu menyodorkan kepada Dira. Masih dalam pendirian, Dira tetap menolak dengan lebih kasar. Tanpa di duga, Pria itu langsung mencekik leher Dira dengan sangat kuat. Sehingga nafasnya menjadi tersedak-sedak.
"Aku bilang hiduplah demi ku."
Pria itu kini mengancam dengan amarah dan kemurkaan. Dira pun tampak tak takut dengan cekikan itu. Ada kesempatan, Dira bisa memecahkan gelas di tangan pria itu. Serpihan kaca tersebar di segala penjuru arah kamar. Dengan sangat sigap tangan Dira memegang satu serpihan kecil. Dengan serpihan kecil di genggamannya, mulai menyayat pergelangan tangan nya sampai berdarah.Pria asing kaget, secepat itu dia mulai menghadang aksi Dira. Dira dan pertahanan nya runtuh. Dia kembali pingsan dengan luka dan darah bercucuran.
****
Pria asing duduk di atas kasur besar. Disampingnya ada Dira yang masih pingsan tak sadarkan diri. Ditangan ada infus bercampur darah dan selang terpasang di area hidung. Pria asing masih menatapnya dalam. Melihat wanita penuh keindahan kini telah goyah tak ter ayak. Matanya yang tajam, perlahan berubah menjadi sendu dan hangat.
Dira akhirnya sadar. Membuka kedua matanya dengan pelan. Pria asing itu segera membantu Dira untuk bersandar di tumpukan bantal.
Akhirnya mereka saling bertatapan. Tanpa kata, tanpa balasan. Seakan tatapan itu adalah kekuatan mereka untuk saling memahami satu sama lain.
"Aku ingin anakku. Baiklah, aku pasti makan & minum asal aku tahu kabar anakku bagaimana."
Pria asing itu mengangguk paham. Tanpa pikir panjang langsung menyalakan layar besar di hadapan mereka. Diputarkan tayangan dimana Hanum sedang bermain di taman sekolah. Melihat Hanum sedang bermain gembira bersama teman-teman, membuatnya menangis terharu dan membuat hati nya perlahan bangkit. Dira mulai menyeka air mata, melahap segala hidangan yang ada di hadapannya. Sangat lahap dan tanpa henti mengunyah semua jenis makanan yang masuk.
Dira mulai tersenyum, berusaha untuk lebih banyak tersenyum. Dalam hatinya dia harus bertahan demi Hanum. Inilah pertama kali bisa memasukan makanan ke perutnya. Baginya ini adalah sebuah awal kekuatan.
"Masalah Hanum kamu gak usah khawatir. Sebentar lagi dia akan masuk sekolah elit yang selama ini kamu incar," jelas nya.
Mendengar penjelasan Pria asing, Dira semakin bersemangat untuk menghabiskan sisa hidangan. Berusaha sekuat tenaga untuk. bertahan hidup.
"Aku gak minta apapun sama kamu Dira. Cukup kamu buat di sisiku selamanya."
"Kapan kamu bisa melepas rantai di kakiku?" tanya Dila dengan rasa penasaran. Siapa juga yang tidak penasaran dengan pria aneh ini.
"Setelah aku bisa mempercayaimu. Dira sayang."
Mendengar pria itu mengucapkan kata sayang membuat Dira ingin muntah. Namun ia berusaha untuk selalu tersenyum di depannya.
"Bagaimana aku bisa di percaya oleh mu. Aku saja gak tau siapa nama kamu. Wahai tuan supir. Supir penculik."
" Erick," jawabnya datar.
Setelah mengetahui nama pria itu adalah Erick. Dira mulai tahu apa yang harus dilakukan untuk selanjutnya. Bagi Dira, merebut hati Erick adalah salah satu cara agar dirinya bisa keluar dari rumah besar ini. Namun apakah Dira sanggup menghadapi Erick seorang diri? Erick yang perkasa dan mematikan. Mungkin Dira tak sepantasnya terlalu percaya diri. Karena dia belum tahu siapa Erick sesungguhnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Yani Cuhayanih
Apakah wajah dira mirip dgn kekasih erick terdahulu sehinnga erick nekat menculik dira.
2022-10-24
0
Aqiyu
teman sekolahkah/pemuja rahasia
2022-05-07
0
Fahril Riana
keren
2022-01-19
1