Hanum, anak gadis yang periang dan cantik seperti ibu nya. Dia sedang asik menikmati sepotong stroberi cake dan Milkshake.
Laras duduk berhadapan dengan Hanum. Memandang anak itu dengan bahagia.
"Tante aku boleh nambah kue nya lagi gak?"
"Boleh banget banget sayang. Apapun yang Hanum minta pasti tante kabulkan," rayu Laras.
"Asiiikkk.. tante baik banget deh."
Laras tersenyum bangga. Dia mengelus rambut hitam panjang Hanum.
"Kenapa Hanum gak coba panggil tante Bunda."
"Bunda." Laras mengulangi nya lagi, agar bisa meyakinkan Hanum.
Hanum terheran dengan permintaan Laras. Tentu anak kecil itu masih tidak tahu apa apa.
"Kan Hanum punya bunda. Bunda Dira," jawabnya dengan polos.
"Kan Bunda Dira udah lama gak pulang. Sekarang itu tugasnya tante buat jagain Hanum."
"Gak mau.. bunda pasti pulang!" jawab anak kecil dengan jengkel. Merengek manja.
Laras menghela nafas panjang. Mengkerut kan kening besar nya. Mungkin dia memang tidak ahli dalam menghadapi anak kecil.
Hary datang dari arah belakang. Menghampiri mereka yang sedang terlihat akur.
"Kenapa Ras, ko keliatan kesel gitu," tanya Hary yang heran melihat wajah Laras.
"Bete aja sih mas. Aku udah bujuk, deketin terus Hanum. Tapi masa dia gak mau manggil aku Bunda. Apa apa tante, tante!"
"Ya udahlah, sabar aja sih. Hanum kan masih kecil apalagi dia gak tau apa apa," bela Hary.
Hary dengan tangan lembutnya mengelus elus rambut Laras. Meyakinkan perempuan itu bahwa semua akan baik baik saja.
"Gimana nak, enak kan cake nya?" tanya Hary pada anak perempuan nya itu.
Hanum mengangguk senang,
"Yah tadi teleponan sama bunda kan? Kapan bunda bisa pulang?"
Laras mulai melirik Hary, mengedipkan mata adalah kode untuk berbohong.
"Gak sayang bukan. Eh ayah ada kabar bagus nih buat Hanum."
"Wah apa itu!" Hanum kegirangan mendengar nya, memang dia suka dengan kejutan.
"Udah makan dari sini, kita harus pergi ke suatu tempat," jelas Hary pada Hanum & Laras.
"Kemana sih mas? Ko kaya penting banget." sambung Laras yang sama penasarannya.
"Barusan ayah di telepon sama sekertaris pemilik Group apa yaaahh duh ayah lupa."
Laras & Hanum kecewa, karena Hary memberikan informasi yang tidak lengkap.
"Apa dong yah Hanum gak ngerti."
"Oh iya... Denka Group. Itu loh perusahaan transportasi online yang sering ada di HP kita."
Laras tertegun, mencoba mengingat nama perusahaan tersebut.
"Jadi gini.. presdir pemilik group Denka mau memberikan beasiswa pendidikan buat Hanum." Hary tentu kegirangan mendengar kabar baik itu.
"Wah bagus dong mas. Tapi ko bisa dia ngasih beasiswa pendidikan buat Hanum," tanya Laras dengan sangat penasaran.
"Udah nanti kita kesana aja. Jangan banyak mikir kalau masalah ginian. Yuk ah kita harus buru buru," jelas Hary.
****
Mereka bertiga sedang duduk menunggu di sebuah ruangan khusus. Ruangan itu dijaga ketat oleh banyak bodyguard.
Bodyguard berbadan besar & kekar menjaga di setiap sudut ruangan. Seakan akan ruangan ini khusus milik seorang presiden. Pengamanan yang sangat ketat.
Munculah seorang wanita langsing dan berambut pirang panjang menghampiri mereka bertiga. Hanum, Laras & Hary.
Wanita yang menjadi sekertaris pribadi CEO pemilik Denka Group mulai menyapa tamu spesial yang ada di hadapannya.
"Maaf tuan & nyonya sebelum masuk keruangan Presdir saya minta untuk semuanya di periksa terlebih dahulu."
Mereka bertiga berdiri berjajar layaknya tentara. 1 bodyguard mulai melakukan pengecekan terhadap semua tubuh menggunakan alat detektor khusus. 3 bodyguard lainya mulai meraba raba bagian baju dan setiap bagian tubuh. Semua ini aturan untuk menghindari hal yang tidak di inginkan.
"Aman," ucap salah satu bodyguard setelah selesai melakukan tugas mereka.
Asisten mengangguk paham.
"Mohon ikut saya," ajak sekertaris.
Mereka bertiga mulai berjalan mengikuti arahan asisten cantik itu. Masuklah mereka ke sebuah ruangan kerja seorang bos besar. Ruangan yang begitu megah.
Hary dibuat gugup oleh kemegahan ruang kerja ini. Bahkan ruangan ini langsung bisa melihat seluruh isi kota Jakarta.
CEO itu masih membalikan badan. Pria tinggi & kekar sedang melihat langit yang indah dari balik kaca.
"Tuan.. mereka sudah sampai," ucap sekertaris.
CEO itu membalikan badan. Pandanganya kini jelas terarah pada kehadiran mereka.
"Duduklah," jawab CEO sambil tersenyum ramah.
Mereka bertiga duduk di atas sofa mahal. CEO itu pun ikut duduk bersama.
"Hai Hanum. Cantik banget sih kamu."
"Terimakasih paman," jawab anak kecil dengan sopan.
Hanum tak sengaja melihat ada akuarium besar di salah satu pojok ruangan. Matanya berbinar melihat ikan ikan hias mahal berenang kesana kemari.
"Paman apa boleh Hanum liat ikan ikan disana."
"Oh tentu saja," balasnya dengan tenang.
"Asyiiiikk.."
Hanum girang sekali, dia berjalan menuju akuarium besar dan mengamati setiap gerakan ikan ikan disana.
Hary tertawa, melihat anaknya diperlakukan baik oleh orang kelas atas.
"Oh ya. Tadi pasti sekertaris saya sudah mejelaskan apa maksud dan tujuan kalian datang ke kantor saya," jelas CEO dengan penuh percaya diri. Kini mereka berbicara sedikit serius.
"Tentu tuan muda, sebuah kehormatan bisa menerima bantuan pendidikan untuk anaku," jawab Hary.
"Maaf tuan muda, sebelumnya kenapa anda bisa memilih Hanum sebagai penerima beasiswa pendidikan dari perusahaan anda." Laras menambahkan pertanyaan yang membuat mereka sangat penasaran.
"Well sebelumnya saya sangat berduka cita atas musibah yang bapak & Hanum sedang alami. Kehilangan seorang isteri & ibu memang sangat menyakitkan."
CEO melanjutkan, "Saya merasa bersalah atas kejadian penculikan ini, karena seharusnya taksi online yang Dira pesan tidak datang terlambat. Berhubung taksi online saat malam itu adalah salah satu dari driver perusahaan saya."
Laras & Hary terperangah mendengar maksud dan tujuan dari pemberian beasiswa pendidikan Hanum. Sungguh, hal ini di luar dugaan mereka.
"Aduh saya jadi gak enak tuan muda. Semua kejadian ini bukan salah anda. Ini semua murni sudah menjadi nasib keluarga saya." Hary membalas dengan wajah sendu. Sebuah akting uang luar biasa.
"Saya hanya ingin membantu Hanum. Karena saya tau pasti Ibunya telah lama bekerja keras hanya untuk anaknya bisa sekolah dengan baik," ujar CEO itu.
Sekertaris datang menghampiri Laras & Hary. Disodorkan lah beberapa dokumen penting beasiswa untuk mereka setujui.
"Silahkan baca baca saja.. jangan terburu buru."
Laras dan Hary dengan sangat cekatan mengambil dokumen berharga itu. Tanpa pikir panjang Hary selaku orang tua sah Hanum menandatangani perjanjian beasiswa.
"Sudah?" tanya CEO dengan sedikit kaget.
"Sudah. Gak usah banyak baca ini itu tuan muda. Saya yakin apa yang berikan oleh tuan adalah yang terbaik."
Sekertaris lalu menutup semua dokumen itu dan merapihkan ya kembali.
"Ok semuanya sudah clear dan beres."
"Terimakasih tuan.. sekali lagi banyak terimakasih."
"Oh ya, maaf nyonya. Anda siapa nya Hanum?"
Laras kaget karena ia sekarang mulai diperhatikan oleh bos besar. Dengan percaya diri ia ingin sekali CEO itu merasa puas dengan jawabanya.
"Aku hanya wanita biasa saja tuan. Hanum sudah saya anggap anak sendiri. Hahahaha."
Mereka ikut tertawa. Padahal itu semua hanyalah omong kosong.
"Kalian sangat cocok. Aku tunggu undangan pernikahan kalian."
Mendengarnya Laras bahagia bukan main. Baginya pernikahan dengan Hary adalah hal utama dari tujuan hidupnya kali ini.
Hary memanggil Hanum untuk pulang. Mereka bertiga akan segera pamit dari ruangan ini. Hanum pun dipeluk oleh Laras dengan girang. Karena ia tahu, Hanum adalah pembawa hoki untuk dirinya.
"Oh iya iya satu lagi. Saya lupa. Ini paling penting dari beasiswa Hanum."
Mata serakah Laras & Hary melotot. Terdengar mereka akan segera mendapatkan hadiah lotre yang amat besar.
"Saya tahu kalau anda selaku suami Dira sedang mengajukan polis asuransi kematian isteri anda kan?"
"Iya betul." jawab Hary.
"Dira isteri anda, sudah lama menjadi anggota asuransi di perusahaan asuransi milik saya. Tentu saya akan mempermudah polis itu segera cair."
Hary kali ini benar menangis. Dia mengeluarkan air mata bahagia. Karena tujuan utama nya hampir menjadi sebuah kenyataan.
Hary kini tak segan menodongkan tanganya untuk bersalaman dengan CEO tampan di depanya.
"Apa yang membuat anda begitu baik pada kami tuan. Sungguh balasan apa yang harus kami berikan pada anda," tuturnya dengan kesedihan mendalam.
Sambil bersalaman CEO itu menjawabnya,
"Tidak usah. Karena sekarang aku sudah memilikinya."
" Hidup baru."
Laras & Hary bingung dengan jawaban CEO, tapi itu adalah hal yang tidak mungkin dipikirkan oleh pasangan itu. Karena sekarang mereka akan segera menjadi orang kaya raya.
Hanum tersenyum pada CEO. Dia memancarkan mata yang indah seperti Dira.
"Kalau nama paman siapa?" tanya Hanum polos.
"Hanum. Mulai sekarang kamu panggil saja paman ini dengan nama Paman Erick. OK"
"Ok paman Erick!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
zahra
semangat kak. lanjut yang banyak
2021-12-25
2