"TIDAAAAAKKKK HANCUR SEMUA!" teriak Bella di dalam kamarnya.
Arvin pun menghampirinya. "Bella sudahlah, bukankah kau juga tidak mencintainya?" ujar Arvin sambil memeluk Bella.
"Ya, aku memang tidak mencintainya tapi semua rencanaku jadi hancur berantakan karena dia mengetahui hubungan kita. Mama dan Gibran pasti marah jika tahu semua ini. Tidak... Tidak, aku tidak akan membiarkan semua ini terjadi. Arvin tolong tinggalkan aku secepatnya, aku harus pulang ke Indonesia untuk menyelesaikan semua masalah ini!"
"Tapi Bellaaaa..."
"Arvin, tolong kau tinggalkan aku sekarang juga," sambung Bella disertai raut wajah yang begitu berantakan. "Jadi kau besok mau pulang?"
"Ya, aku akan pulang besok dengan penerbangan paling pagi."
"Baik jika itu maumu, berhati-hatilah, aku pulang dulu." Bella pun menganggukkan kepalanya. Setelah Arvin pergi, dia pun kembali berteriak di dalam kamarnya dan membanting barang-barang yang ada di kamar itu.
"BRENGSEKKKK KENAPA SEMUA INI HARUS TERJADI!!" teriak Bella. Sementara Arvin keluar dari apartemen Bella dengan raut wajah begitu bahagia. Dia lalu tersenyum kemudian mengambil ponsel di saku celananya.
[Halo Vania.]
[Ya, ada apa Arvin?]
[Sesuatu telah terjadi disini Vania, ini kesempatan kita untuk menyelesaikan semua ini dengan mereka.]
[Apa maksudmu, Arvin?]
[Milan telah mengetahui hubungan kami, tadi dia datang ke apartemen Bella dan melihat kami yang sedang bermesraan.]
[Wow, luar biasa.]
[Besok pagi Bella akan pulang ke Jakarta tanpa sepengetahuan Gibran karena dia tahu Gibran dan mamanya pasti akan marah besar kepadanya jika mereka tahu Milan sudah mengetahui semua rahasia Bella. Vania sayang, ini kesempatan kita, aku memiliki rekaman saat Milan marah pada Bella, sebentar lagi kukirimkan ke ponselmu lalu kau berikan video itu pada Gibran.]
[Wowwww ide bagus Arvin, ini benar-benar luar biasa. Saat hati dan pikiran Gibrann kacau karena perbuatan Bella, akan kupengaruhi dia untuk menandatangani pengalihan kekayaannya atas namaku.]
[Betul Vania, lakukan pekerjaanmu dengan baik, besok sore aku juga akan pulang ke Indonesia, dan setelah semua selesai kita bisa hidup bersama-sama. Hahahaha.]
Vania pun kemudian tersenyum, dia lalu menutup panggilan dari Arvin lalu mengambil ponsel rahasia miliknya yang nomernya tidak diketahui oleh Gibran. Dia lalu membuka video yang dikirimkan oleh Arvin sambil tersenyum.
'Mampus kau Bella,' batin Vania saat mengirimkan video itu ke ponsel Gibran. Vania kemudian keluar dari kamar mandi dan melihat Gibran yang sudah melihat video yang dia kirimkan.
"BREENGSEK!!! DASAR BODOH!!! BUKANKAH SUDAH BERULANGKALI KUKATAKAN AGAR BERHATI-HATI TAPI DIA MELAKUKAN KESALAHAN SEBESAR INI!!!" teriak Gibran dalam kamar.
Vania kemudian mendekat pada Gibran. "Sabar sayang, apa yang sebenarnya sudah terjadi?"
"Lihat ini Vania, Milan sudah tahu jika Bella memiliki kekasih lain selain dirinya!" teriak Gibran dengan begitu emosi.
"Oh tidak," jawab Vania berpura-pura terkejut sambil menutup mulutnya. "Bagaimana semua ini bisa terjadi Gibran?"
"Aku tidak tahu Vania, tiba-tiba saja aku mendapat kiriman video ini dari orang tak dikenal, tapi aku yakin ini semua terjadi pasti karena kesalahan Bella! Dia memang begitu ceroboh, dia pasti sudah terbuai dengan hubungannya dengan Arvin sampai melupakan Milan sehingga Milan mendatanginya ke London!"
"Kau benar Gibran, lalu kita harus bagaimana?"
"Kita harus memberi perhitungan dengan Bella!"
"Bagaimana caranya?"
"Aku yakin, besok dia pasti pulang ke sini, aku akan langsung membuat perhitungan dengannya setelah dia sampai di Indonesia!" teriak Gibran dengan begitu kesal.
"Sabar Gibran," ucap Vania sambil tersenyum menyeringai di belakang Gibran.
***
Milan masuk ke dalam kamar hotel dengan begitu marah, beberapa kali dia tampak mengumpat sambil mengusap kasar wajahnya.
Berulangkali dia mencoba memejamkan matanya tapi perasaannya yang begitu berkecamuk membuat dirinya begitu sulit memejamkan matanya.
"Brenggsek, aku jadi tidak bisa tidur!" umpat Milan. Dia kemudian mengambil ponselnya kemudian mencoba menghubungi Rachel. Beberapa saat kemudian, panggilannya pada Rachel pun dijawab.
[Halo Rachel.]
[Milan, ada apa?]
[Rachel, aku tidak bisa tidur.]
[Memangnya kau kenapa sampai tidak bisa tidur? Apa Bella tidak mau memutuskan hubungannya denganmu?]
[Bukan, bukan itu Ra.]
[Lalu?]
[Ra ternyata Bella sudah banyak berbohong padaku, aku bukanlah satu-satunya kekasihnya.]
[Apa? Yang benar? Tapi kenapa kau harus marah, bukannya kau juga menghianati Bella dengan memiliki hubungan denganku?] jawab Rachel sambil terkekeh.
[Itu beda cerita Ra, karena aku tidak pernah membohongimu jika aku sudah memiliki kekasih, sedangkan dia saat menjalin hubungan denganku dia sudah memiliki kekasih lain.]
[Hah, jadi sebelum berpacaran denganmu dia sudah memiliki seorang kekasih?]
[Iya benar Ra, itu yang membuatku marah. Aku marah padanya karena sudah berbohong padaku bukan karena dia menghianati diriku.]
[Lalu mengapa dia sampai melakukan hal seperti itu?]
[Mungkin benar apa kata papa, Bella mendekatiku karena memiliki maksud tertentu, ini terkait bisnis keluarga kami Ra.]
[Astaga aku tak menyangka Bella mampu bertindak seperti itu. Milan aku mau berangkat ke kantor, lebih baik kau sekarang tenangkan dirimu lalu tidur, besok pagi kau pulang dengan penerbangan paling pagi kan?]
[Iya Ra, aku tidur dulu ya]
[Iya.] jawab Rachel kemudian menutup telepon dari Milan.
***
Vania tampak mendekat pada Gibran yang kini sedang merokok di dekat kolam renang dengan tatapan mata penuh kemarahan.
"Gibran!" panggil Vania.
"Iya kenapa sayang?"
"Gibran, aku mengerti permasalahan yang sedang kau hadapi. Rencana kalian untuk menjadi perusahaan terbesar mengalahkan perusahaan Milan sudah hancur berantakan. Tapi sungguh ada yang aku takutkan sekarang."
"Apa yang kau takutkan Vania?"
"Kau tahu Tante Hana, mamanya Bella, bukankah dia sangat berambisi untuk mengambil alih perusahaan yang kau pegang milik almarhum papamu."
"Lalu?"
"Aku takut suatu saat nanti dia berusaha mengakusisi yang menjadi hakmu menjadi milik mereka karena mereka sudah terpojok, bukankah kau tahu beberapa anak perusahaan yang dipegang Tante Hana diambang kebangkrutan dan nilai sahamnya sangat rendah sedangkan kesempatan dia menyelamatkan perusahaannya sudah sirna karena Milan sudah mengetahui semua rahasia Bella."
"Kau benar juga Vania, posisiku semakin terancam saat ini, bukan hanya rencanaku yang hancur tapi juga kepemilikan perusahaan milikku juga terancam karena Tante Hana bisa saja bermain licik untuk mengambil yang menjadi milikku saat ini. Lalu menurutmu aku harus bagaimana Vania?"
"Gibran sebaiknya perusahaan beserta semua asetnya kau alihkan kepemilikannya menjadi namaku. Jika perusahaan itu atas namaku Tante Hana pasti tidak bisa berkutik karena aku sama sekali tidak memiliki ikatan darah dengannya. Semua asetmu aman, Gibran. Lagipula suatu saat nanti aku akan hamil darah dagingmu, tentu semua itu akan menjadi milik anak kita kan?"
"Kau benar sayang, baik besok aku akan pergi ke notaris untuk mengubah kepemilikan semua aset yang kumiliki."
"Terima kasih Gibran sayang," jawab Vania sambil tersenyum menyeringai.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
nadya_hime
Karma atas keserakahan lu Gibran..
2024-04-14
0
Candra Ningtyas
itu nama nya org bodoh di bidohin LG 😂😂😂😂
2022-02-17
1
Lilis Indrawati
wong bodoh di bodohi
2022-02-06
0