"Tidak Rachel, tidak, kau tidak boleh memiliki perasaan apapun pada Milan."
"Lebih baik aku memeriksa lamaran pekerjaanku saja." kata Rachel kemudian membuka laptopnya dan melihat kotak masuk di email nya.
Rachel pun menjerit kegirangan saat melihat ada balasan dari beberapa lamaran yang kemarin dikirimkannya. Di saat itu pula, pintu apartemen pun terbuka.
"Hei Rachel, sepertinya kau terlihat begitu bahagia, memangnya ada apa?" tanya Milan.
"Kau sudah pulang Milan, bagaimana acaramu mengantar Bella."
"Hmmm tidak usah kau tanyakan, mana ada cerita bahagia dari sebuah perpisahan."
Rachel pun tersenyum melihat Milan yang kini terlihat kesal.
"Hei kau tadi belum mengatakan padaku kenapa kau terlihat begitu bahagia?"
"Oh itu, besok aku ada wawancara kerja."
"Jadi kau melamar pekerjaan?"
"Ya, aku tidak mau terus-menerus merepotkanmu."
"Tapi bagaimana jika para preman itu masih mencarimu?"
Rachel pun kemudian terdiam, dia lalu mengambil nafas panjang kemudian menghembuskannya.
"Aku sebenarnya tidak tahu alasan preman-preman itu mengancamku, sepertinya aku tidak memiliki musuh karena aku dan mama tidak pernah ikut campur dengan kehidupan orang lain."
"Itu menurutmu, mungkin ada seseorang yang merasa terancam denganmu."
"Lalu aku harus bagaimana?"
"Lakukan semua yang kau inginkan, kau benar, kau tidak boleh terus menerus terpuruk. Masalah preman-preman itu biar aku saja yang mengurusnya, aku akan mulai mencari tahu alasan mereka mengganggu hidupmu."
"Terimakasih Milan, suatu saat aku pasti akan membalas semua kebaikanmu."
Milan pun tersenyum mendengar perkataan Rachel. 'Tapi aku tidak bisa mengembalikan kehormatan yang telah kurampas darimu Rachel.' gumam Milan sambil menatap Rachel yang kini terlihat begitu ceria.
"Tapiii."
"Tapi kenapa?"
"Maukah kau menemaniku mengambil beberapa bajuku di rumah? Saat itu aku terburu-buru dan hanya membawa baju sekedarnya. Aku lupa belum menbawa pakaian formalku."
"Tidak, itu terlalu berbahaya."
"Jadi, bagaimana besok aku bisa wawancara jika aku tidak memiliki pakaian formal."
"Kita bisa membelinya."
"Membeli? Tapi aku tidak punya uang untuk membeli baju Milan?"
"Kenapa kau bingung? Bukankah ada aku disini?"
"Tidak, aku sudah terlalu banyak merepotkanmu."
"Anggap saja kau berhutang padaku, dan kau bisa mengembalikannya saat kau sudah memiliki uang. Bukankah kita teman?" tanya Milan yang membuat Rachel kembali tersenyum.
"Nah itu jauh lebih cantik," ledek Milan yang membuat Rachel menjadi salah tingkah. Perasaan di hatinya pun kian bergemuruh.
'Tidak, tidak boleh Rachel, kau hanya akan semakin menyakiti hatimu jika kau berani mencintai Milan.' gumam Rachel sambil tersenyum kecut.
"Ayo kita pergi sekarang," ujar Milan sambil menarik tangan Rachel.
Beberapa saat kemudian mereka sudah sampai di salah satu mall di pusat ibukota. Saat Milan dan Rachel keluar dari dalam mobil dan berjalan di dalam basemen, tampak sepasang mata mengamati mereka yang sedang berjalan masuk ke dalam mall.
"Milan bersama dengan seorang wanita? Kenapa wanita itu sangat mirip dengan Rachel? Tidak semoga aku salah, tidak mungkin Milan bisa bertemu dengan Rachel. Dia pasti Helen, saudara sepupu Milan. Ya, dia pasti Helen bukan Rachel," ujar Gibran sambil menenangkan perasaannya yang tak menentu.
"Bodoh sekali aku, kenapa aku tak mengikutinya saja?" sesal Gibran kembali sambil berlari mengejar Milan. Namun sosok yang dikejarnya kini telah menghilang.
"Sial, kenapa mereka sudah tidak lagi terlihat?" sambung Gibran sambil mengusap kasar wajahnya.
"Jika wanita itu bukan Helen, sepertinya firasat burukku tentang hubungan Milan dan Bella akan menjadi kenyataan," gerutu Gibran sambil terus berjalan mencari keberadaan Milan.
***
Setelah melakukan penerbangan selama enam belas jam, akhirnya kini Bella sampai di kota London.
"Akhirnya sampai juga," ujar Bella sambil melangkahkan kakinya menuju ke pintu keluar Bandara. Netranya lalu mencari sosok yang beberapa hari ini begitu mengganggu pikirannya.
"Bella!" panggil seseorang.
"Arvin," ujar Bella kemudian berhamburan ke pelukan lelaki tampan yang kini tak jauh darinya.
"Aku rindu kamu sayang," sambung Bella sambil memeluk tubuh Arvin.
"Aku juga," bisik Arvin di telinga Bella.
"Ayo kita pergi sekarang, aku lelah dan ingin beristirahat."
Arvin kemudian mengangguk dan menggandeng tangan Bella menuju ke mobilnya.
"Bagaimana studymu di sini sayang?"
"Sangat menyenangkan, kau tahu sistem pembelajaran di sini lebih baik dibandingkan negara kita."
"Tentu saja, itulah sebabnya aku memutuskan untuk mengambil program masterku disini."
"Hahahaha tidak usah berbohong Bella, bukannya kau memutuskan kuliah di sini agar bisa terus bersamaku." kata Arvin sambil meledek Bella yang membuat dirinya tersipu malu.
"Kau bisa saja Milan," jawab Bella.
"Milan? Siapa Milan?" tanya Arvin yang mendengar sebuah nama yang disebutkan Bella.
"Oh Milan itu saudara sepupuku, sama seperti Gibran. 'Dia selalu meledekku seperti dirimu," jawab Bella sambil berkata dengan santai untuk menutupi rasa gugupnya agar Arvin tidak curiga.
"Oh." jawab Arvin singkat sambil terus berkonsentrasi mengemudikan mobilnya di tengah padatnya lalu lintas kota London.
Beberapa saat kemudian mereka pun sudah sampai di apartemen yang sudah disewa oleh Bella. "Kita sudah sampai Tuan Puteri," ucap Arvin sambil membukakan pintu mobil untuk Bella.
"Terima kasih Arvin," jawab Bella sambil tersenyum.
Arvin lalu membawa barang-barang milik Bella menuju ke apartemen yang ada di lantai sepuluh. "Kau bawa barang banyak sekali Bella," kata Arvin sambil menggerutu.
"Namanya juga perempuan," jawab Bella sambil tersenyum dan mengedipkan matanya.
"Sayang lebih baik kau membersihkan badanmu dulu," sambung Arvin saat mereka sudah ada di dalam apartemen.
"Iya sayang," jawab Bella kemudian masuk ke dalam kamar mandi.
Arvin kemudian mengambil ponsel dari sakunya. Dia kemudian tampak sibuk menelepon seseorang.
"Dia sudah sampai sayang, sekarang dia sedang membersihkan tubuhnya," ujar Arvin pada seseorang di telepon.
***
Rachel tampak begitu gugup pagi ini. Dia begitu tergesa-gesa menyiapkan sarapan kemudian menyiapkan perlengkapan untuk wawancara kerjanya.
"Kenapa kau begitu terburu-buru Rachel?" tanya Milan saat keluar dari dalam kamarnya.
"Sepertinya aku akan terlambat Milan, wawancaranya sebentar lagi, dan saat ini aku masih berada di sini. Kau tahu sendiri kan sangat sulit mendapatkan kendaraan umum di jam padat seperti ini."
Milan pun kini tertawa melihat tingkah Rachel yang terlihat semakin lucu.
"Aku pergi dulu Milan," ucap Rachel sambil berjalan ke arah pintu.
"Hei biar kuantar saja!" titah Milan sambil mencekal tangan Rachel.
"Oh tidak, mengantarku dengan menggunakan mobil bukanlah ide yang bagus, di luar pasti juga sudah macet."
"Sudah ikut saja." kata Milan sambil menarik tangan Rachel menuju ke basemen apartemen. Dia lalu menghampiri sebuah motor ber cc besar yang ada di pojok parkiran basemen.
"Kita naik motorku saja. Ayo naik."
Rachel pun menelan ludah kasar saat melihat Milan yang terlihat begitu keren saat kini duduk di atas motor.
"Kenapa kau diam saja Rachel, ayo cepat naik sebelum terlambat."
"I..Iya." jawab Rachel kemudian naik ke atas motor itu.
"Dimana alamat kantor tempat kau akan melakukan wawancara?"
"PERUSAHAAN ARKANA GRUP di komplek perkantoran Sudirman."
"APAAAA???" teriak Milan yang membuat Rachel sedikit kaget.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
ryemi
pacar q selingkuh nd ternyata selingkuhan pacar ku jga selingkuh bener2 rumit😄
2022-06-08
0
Riyani
astaga ini selingkuh segi berapa😂😂😂🤣🤣
2022-02-16
0
Miss_Queen
lanjut ttttt
2022-02-11
0