15 jam berada di pesawat, akhirnya pesawat yang di tumpangi Peter mendarat sempurna di bandara kota Valencia. Disana, tangan kanan Darion menjemput mereka pulang.
Dan saat mobil mereka sampai di mansion, Peter langsung masuk kedalam. Langkahnya terhenti di ruang tamu, saat melihat ayah mertuanya tengah duduk sambil menikmati secangkir kopi. Seolah sedang menunggu kedatangannya.
“Kau tidak ingin menyambut menantu mu, dad?” Tegur Peter, membuat pria tua itu menautkan sebelah alisnya sambil menatapnya datar.
Tanpa dipersilahkan Peter, duduk bersilang dada di depan Darion. “Dimana putri ku? Kau tidak mengajaknya?" tanya Darion celingukan, berharap putri kesayangannya itu ikut.
“Aku menyuruhnya istirahat, tahu sendiri kan kami ini pengantin baru. Jadi sering menghabiskan malam bersama!” pamer Peter dengan tak tahu malunya.
“Cih, aku harap kau tidak menyakitinya. Dia putri ku satu-satunya, andai kau melukainya sedikit saja, aku pastikan lehermu itu menggelinding dari tempatnya,” serunya santai, namun menyiratkan ketegasan dan peringatan yang pasti.
“ Aku tidak akan menyakitinya, karena dia adalah hidup ku. Jika aku melukainya, itu sama saja dengan aku menyakiti diriku sendiri!”balas Peter, serius dengan ucapannya.
“ Aku tahu, tapi sayangnya putri ku itu tidak mencintai mu. Dia terpaksa menerima pernikahan itu, karena punya pilihan lain!” ejek Darion, tidak tahu jika Rachel mulai membuka hati.
“ Sok tahu sekali!” cibir Peter kesal, pasalnya Darion mengingatkannya akan fakta pahit itu.
“ Siapa yang sok tahu, faktanya memang begitu kan?” Peter memutar bola matanya malas. Niatnya yang ingin membahas black butterfly terlupakan begitu saja, malah tergantikan dengan mengajak mertuanya berdebat.
" Hm!" Peter berdehem dan mengambil kopi Darion dari atas meja, serta menyesapnya sampai habis.
" Katakan, apa yang ingin kau tanyakan?" seru Darion to the poin. Kemarin malam, Dominic sudah mengabarinya perihal masalah tersebut.
" Huh, ayah memberitahu mu?" tanya Peter.
" Ya, kau tahu sendiri kan Dominic selalu khawatir dengan keluarganya!" jawab Darion sekenanya, sambil menyuruh pelayan maid mengambil dua cangkir kopi lagi, dengan lewat isyarat mata.
" Liontin ini, kau tahu sesuatu?" tanya Peter seraya mengulurkan tangan, memperlihatkan sebuah liontin perak yang ditemukan Keenan.
" Ini??" Darion tampak murung, namun tetap menerima dan menatap liontin itu dengan sangat lama.
Kilas balik masa lalunya seolah kembali dan berputar dalam benaknya. Tak terasa ujung kelopak matanya berair, kala mengingat masa lalunya yang menyakitkan itu.
" Dad, kau tidak papa?" Peter mengguncangkan lengan Darion, menyadarkan pria itu dari dunianya.
" Aku tidak papa!" diusaplah setitik air yang berada di ujung matanya.
" Dari mana, kau mendapatkan liontin ini?" tanya Darion, wajahnya terlihat serius bercampur dengan rasa khawatir yang jelas.
" Dari seorang perentas, tadinya perentas itu Ingin membobol sistem keamanan ku, dan mencuri semua data anggota Gold Lion. Tapi Keenan, berhasil menangkap dan mengintrogasi perentas itu!"
" Dan kau, langsung menyimpulkan bahwa perentas itu adalah seorang mafia?" refleks Peter mengangguk, mengiyakan.
" Cih, kau sama seperti ayahmu, terlalu gegabah!" timpal Darion, mengejek.
" Tapi, benarkan mereka itu kelompok mafia!" cibir Peter malas.
" Iya, tapi tetap saja kau berpikir gegabah!" kata Darion lagi. Entahlah, tapi Darion suka mencari masalah dengan menantunya itu.
" Terserah, yang waras mengalah!" sahut Peter malas.
" Cih, kau mengatai ku. Aku mertua mu, jadi sopan lah sedikit. Atau aku akan mengadu pada putriku soal sikapmu ini. Aku bisa pastikan, kau akan puasa selama satu bulan penuh!"
Hening, Peter mengepalkan tangan dan menatap ayah mertuanya dengan tatapan mematikan. Namun, yang ditatap hanya tersenyum sambil menyeruput kopi yang baru di bawakan pelayan dengan santai.
" Hentikan, aku hanya bercanda!" seru Darion, setelah melihat jari kuku Peter memutih, karena terlalu lama mengepalkan tangan.
" Tapi, candaan mu tidak lucu, ayah mertua!" jawab Peter, menekankan kalimat terakhirnya.
" Sudahlah, lebih baik kita membahas liontin ini!"
" Yang memulai pertengkaran adalah kau, bukan aku!" sewot Peter, Darion tertawa kecil lalu menyodorkan kopi.
" Harus ku mulai dari mana kisah ini, sebenarnya yang kau katakan benar adanya. BB adalah kelompok mafia. Dan cerita sedihnya, pemimpin mereka adalah kekasih gelap istri ku!"
Sontak Peter membulatkan matanya, terkejut. " Apa?"
" Ya, tepat setelah wanita itu melahirkan Rachel. Disaat yang sama pula, dia memberikan Rachel padaku, bersamaan dengan selembar kertas surat perceraian!"
" Malam itu, Thomas yang merupakan pemimpin Black butterfly datang dan membawanya pergi!"
" Dengan senyum sinis dan sorot mata benci, wanita itu pergi tanpa memikirkan perasaanku dan kehidupan anaknya." Darion menceritakan masa lalunya.
" Lalu, kenapa kau tidak membunuh pria itu saja. Maka semua masalah mu berakhir bukan?"
" Tentu, aku ingin membunuhnya malam itu. Namun, disaat ibu jari ku ingin menekan pelatuk, Rachel tiba-tiba saja menangis sambil memegang tangan ku. Seolah dia berkeinginan agar aku tidak membunuh mereka. Karena tak tahan dengan tangisan Rachel, akhirnya aku pergi membawa putri kecil ku pulang. Dan mulai saat itu, aku memutuskan untuk membesarkannya sendirian tanpa bantuan pengasuh ataupun wanita itu. Aku ingin membuktikan padanya, bahwa aku bisa menjadi ayah sekaligus ibu bagi putrinya. "
Peter terhenyak, tak bisa di pungkiri jika hatinya terenyuh mendengar perjuangan ayah mertuanya. Pantas saja Rachel begitu amat mencintai pria di hadapannya ini.
" Aku tidak menyangka kelompok mafianya masih ada sampai sekarang. Berhati-hatilah, karena Thomas pandai memainkan tipu muslihat dan sangat licik. Aku berharap kau tidak terluka olehnya, terlebih sekarang kau adalah suami putri ku." kata Darion, memberi saran.
Peter menarik kedua ujung bibirnya keatas, memperlihatkan senyuman tipis. " Jangan khawatir dad, aku tidak akan mengecewakan mu," ujarnya dengan suara lantang tanpa ragu.
Tidak akan Peter biarkan, pria murahan itu berhasil melukainya. Karena jauh dari dalam hatinya, Peter, tahu jika Rachel mulai bertaut hati padanya
Apalagi Rachel, wanita yang ia perjuangkan sampai titik ini. Tidak mungkin, Peter biarkan terluka begitu saja meskipun hanya sebatas luka goresan tipis.
" Lalu, mengapa Keenan yang merupakan perentas ahli tidak bisa melacak ataupun mencari informasi mengenai kelompok itu?" tanya Peter lagi.
" Ada dua faktor yang menyebabkan BB tidak bisa dilacak. pertama, BB bukanlah kelompok mafia besar yang sukses. Tidak banyak yang tahu nama kelompok mereka. Yang kedua, Thomas bukanlah figur publik meskipun dia adalah pengusaha terkenal. Selain itu, sistem keamanan yang di terapkan Thomas. Hampir menyerupai milik kita. Tidak hanya itu, BB juga mempunyai perentas jenius yang melebihi kepintaran seorang Keenan," jelasnya panjang lebar.
" Siapa nama perentas itu, apa kau tahu dad?" ingin rasanya Peter, mengupas seluruh rahasia kelompok itu dan memusnahkannya secepat mungkin.
" Namanya, Alessandro Achilleo. Perentas jenius yang berasal dari Italia! aku rasa dia pernah bersaing dengan asisten mu!"
" Keenan?"
" Hm!" Darion mengangguk, seraya menyeruput kopinya kembali.
" Bersaing dalam hal apa?"
" Aku pernah dengar, mereka saling bersaing berebut perhatian kakeknya."
" Hah, kakeknya? apa maksud dad mereka.."
" Ya, mereka saudara. Allesandro merupakan adik tiri Keenan. Elijah, tidak sengaja menghabiskan malam bersama seorang pelacur tanpa mengenakan pengaman. Alhasil, hubungan semalam mereka menghasilkan sebuah kehidupan baru. Sialnya, pelacur itu mempertahankan kandungannya, meskipun sudah di beri jutaan dolar oleh Elijah!" sanggah Darion menjelaskan.
" Kenapa Keenan tidak memberitahu ku," gumamnya kesal. Peter menoleh kesamping kanan dan kiri. Namun, tak menemukan keberadaan asistennya itu.
" Aku rasa Keenan tidak ingin kau tahu tentang kehidupan rumitnya. Lagi pula masalah itu sudah berlalu, Alesandro kalah dan pergi meninggalkan keluarga Demitrius. Marga Demitrius juga tidak ia pakai sampai sekarang!" Darion menyahut, seolah mendengar gumaman menantunya.
" Kalau begitu, aku akan pulang dad!" pamit Peter lalu menegak kopinya hingga tandas.
" Kenapa tidak menginap, ini sudah malam. Kau tidak lelah?" tanya Darion heran.
" Aku tidak ingin meninggalkan istri ku terlalu lama," pungkasnya.
" Dasar psycopat bucin!" desis Darion. Namun, Peter tidak mengindahkan dan berlalu lalang meninggalkannya seorang diri.
TBC
Jika menurut kalian karya author bagus silahkan vote dan kasih hadiah, jika jelek gak usah author gk memaksa tapi like dan komen ya makasih! 🙂🙂🤗🤗🤗
warning!
cerita ini hanya fiksi yang author buat sesuai dengan imajinasi author jadi mohon untuk tidak dianggap serius. 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Tati Cahya
akur banget sih mertua sama menantu 🤭
2022-05-02
2
Yunia Afida
semangat terus💪💪💪💪💪
2022-01-24
1
Triiyyaazz Ajuach
mertua dan menantu ngobrolnya santuy bgt
2022-01-17
0