Berdebat dengan Peter membuat tekanan darah Rachel meningkat. Namun, seberusaha mungkin Rachel bersikap anggun dan sopan agar tak terlihat buruk di mata ayah dan aunty kesayangannya.
Sedangkan pria disampingnya jelas senang, bibirnya tersenyum menatap ayahnya penuh arti. Seolah memberi jawaban lewat tatapan itu.
"Apa yang kalian bicarakan, sayang?" tanya Kanaya penasaran, pasalnya putra tunggalnya itu tampak senang dan tak melunturkan senyum tipisnya itu.
Tentu sedikit membuat Kanaya merasa curiga, takut jika Peter melakukan sesuatu yang buruk pada calon menantunya.
"Tidak papa mom, kami membicarakan masalah pernikahan!" jawab Peter melantur.
"Kau benar-benar setuju dengan perjodohan ini sayang?" tanya Kanaya, kali ini ia tunjukkan pada wanita cantik yang berdiri di sebelah putranya.
"Iya aunty, Rachel setuju!" jawab Rachel sekenanya. Semua orang nampak bahagia, tidak dengan Darion. Pria paruh baya itu nampak murung seolah tak setuju dengan keputusan putrinya.
Bukan Peter yang menjadi masalah, Darion tahu anak tunggal sahabatnya itu baik dan tidak sekejam ayahnya. Tapi yang menjadi masalah disini adalah pekerjaan Peter. Pekerjaan bahaya yang bisa membuat putrinya terluka.
"Kita adakan acara pernikahan satu pekan lagi!" suara bariton Dominic ikut menyahut. Semua orang menatapnya shock, bahkan Rachel sendiri rasanya ingin pingsan sekarang.
Nafasnya tercekat seolah ada batu besar yang menghimpit dadanya. Takdir yang begitu gila, ia tak membayangkan jika pernikahan tertulis dalam takdirnya. Parahnya dengan keadaan terpaksa.
"Honey, itu terlalu cepat. Kita belum menyiapkan apapun!" seru Kanaya protes dengan keputusan sang suami.
"Kau tidak perlu menyiapkan apapun, cukup duduk manis dan nikmati kopi mu. Anak buah ku yang akan menyiapkan segalanya. Kau lupa jika suamimu ini punya banyak uang!" sombong Dominic membuat Darion berdecak.
"Terserah kau saja! kau mau kan Rachel sayang?" Rachel terdiam, ia tidak tahu harus menjawab apa. Apa harus diadakan secepat ini. Sontak matanya melirik sang ayah meminta persetujuan.
Namun, pria paruh baya itu ikut diam juga menunggu keputusannya. "Aku terserah pada kalian saja!" lirih Rachel pasrah.
Kanaya langsung memeluk Rachel dengan lembut, wanita itu tak henti-hentinya mengucapkan terimakasih karena Rachel mau menikah dengan anaknya yang kasar.
Kanaya percaya Rachel bisa menjinakkan Peter yang liar dan keras kepala. Apalagi setelah melihat Peter tersenyum, membuatnya semakin yakin jika keputusan yang di ambilnya itu benar.
...🍁🍁🍁🍁...
Di sepinya malam Rachel berbaring di atas ranjang menatap langit-langit kamar. Pikirannya tertuju pada perjodohan yang telah di tetapkan.
Sebenarnya ia tak takut dengan Peter, hanya saja hatinya sedikit ragu. Apalagi melihat wajah ayahnya yang terus terang memperlihatkan ketidaksukaan akan keputusannya, seakan membuatnya merasa terbebani. Takut salah dalam mengambil keputusan.
Sebenarnya apa yang membuat ayahnya tidak suka dengan Peter. Di lihat dari covernya, Peter itu penyayang terbukti dengan menyuruhnya menerima perjodohan itu agar ibunya tak kecewa.
Dari harga dan model pakaian yang dikenakannya pun menunjukkan jika pria itu bukanlah orang biasa. Juga Nampak sekali aura wibawa yang mendominasi.
Lagi pula Grandvinea company adalah perusahaan ayahnya bukan. Sudah pasti pria itu yang memimpin sekarang. Lalu apa yang membuat ayahnya merasa cemas.
Peter lelaki tampan dan mapan persis seperti spek menantu idaman emak-emak.
Grace, seandainya kau ada disini. Mungkin aku tidak akan merasa sendiri dan se-depresi ini. Apa kau baik-baik saja di sana. Aku merindukanmu sekarang. Aku butuh bahu mu untuk ku bersandar.
Tak terasa setitik air mata mengalir melalui ujung kelopak matanya. Ia menangis karena rasa rindunya. Rasanya baru kemarin ia menggendong Xavier. Tapi sekarang kedua orang itu telah pergi jauh, dan mungkin bisa bertemu jika ia menikah dengan Peter. Mengingat pria itu adalah sepupu Damian.
"Kau belum tidur, sayang?" tiba-tiba suara berat ayahnya membuat Rachel terkejut. Ia bergegas mengusap bekas air matanya.
"Aku belum mengantuk dad!" jawab Rachel sambil merubah posisinya menjadi duduk.
Darion tersenyum, ia duduk disamping Rachel dan memeluk erat tubuh tinggi putrinya. Lalu membiarkan anak gadisnya itu tidur dengan memakai pahanya sebagai bantalan nyaman.
"Jangan khawatir, semuanya akan baik-baik saja!"
"Apa dad kecewa dengan keputusan ku?"
Darion menggelengkan kepalanya cepat, " tentu tidak nak. Memangnya daddy pernah merasa kecewa padamu?"
Mungkin dulunya aku tidak pernah mengecewakan mu, tapi setelah mendengar aku tidur dengan pria tanpa status yang resmi kau akan kecewa padaku dad.
"Tidak usah bersedih sayang! aku yakin kau bisa mengatasi masalah ini sendiri. Mungkin sudah waktunya aku melepas mu pergi. Membiarkan mu melangkah tanpa berpegang pada tangan ku!" ucap Darion lembut. Tangannya mengusap rambut Rachel dengan penuh kasih sayang.
"Beruntungnya aku mendapatkan ayah seperti mu, dad."
"Aku lebih beruntung lagi princess, bisa memiliki malaikat kecil yang setangguh dirimu!" sahut Darion, lalu mencubit hidung mancung Rachel.
"Sekarang tidurlah, dad akan menemani sampai kau tertidur!" Rachel mendongak, ia memeluk erat kaki ayahnya.
"Lalu, dad tidak tidur?"
"Bagaimana bisa aku tidur jika mendengar isak tangis putriku yang begitu nyaring bahkan sampai merusak gendang telinga ku ini!" Rachel tersenyum kecil mendengar gurauan sang ayah. Memang pria tua itu adalah yang terbaik.
"Aku rindu Grace!"
"Kenapa kau memikirkan orang lain, pikirkan dirimu sendiri princess!"
"Bagaimana aku bisa memikirkan diri sendiri dad, sedangkan sahabat malang ku itu selalu memikirkan aku dan mengutamakan diri ku sebelum dirinya sendiri!" jawab Rachel lirih rasa kantuk mulai menghampiri.
"Yah kalian memang sepaket, yang satu liar dan keras kepala. Yang satunya lagi sok berani dan nekat!" sahut Darion, membuat Rachel tertawa kecil.
"Tapi Grace adalah yang terbaik dad. Dia menerimaku tanpa melihat ku dari status dan harta ku. Ia bahkan menerimaku dan mengabaikan semua kekurangan ku!" Rachel menyanggah, tak terima Grace di hina meskipun itu sebuah candaan semata.
"Yah aku tahu princess, maafkan daddy okey! sekarang tidurlah, kau akan bangun kesiangan nanti jika tidak tidur sekarang!" Rachel mengangguk.
"I love you dad!"
"I love you to princess!"Darion mencium singkat dahi Rachel, membiarkan wanita itu memejamkan mata mulai menyelami mimpi.
...🍁🍁🍁🍁...
Setelah penetapan tanggal pernikahan telah di tentukan. Keesokan paginya seluruh keluarga Abbey pulang ke Las Vegas. Tentu Darion dan Rachel juga ikut bersama mereka.
Hanya saja yang membedakan disini, Rachel ikut pesawat pribadi Peter. Sedangkan Darion ikut pesawat Dominic dan Kanaya.
Keduanya harus pergi sekarang, karena mereka belum menyiapkan apapun untuk acara pesta pernikahan nanti. Baju dan perhiasan yang akan di pakai Rachel pun belum Kanaya pesan, semua harus ia siapkan secara mendadak.
Saat ini kedua calon mempelai saling diam tak bertegur sapa. Rachel menatap keluar jendela, melihat awan putih yang menggumpal indah.
Sedangkan Peter, pria itu asik memandang Rachel sembari menunggu Keenan membawa pengacara yang di mintanya tadi.
"Tuan, ini pengacara yang anda minta!" suara berat Keenan membuatnya terkejut, matanya langsung menajam menatap asistennya sengit.
Bukannya takut Keenan malah melengos tak berniat menanggapi. "Kerjakan tugas mu!" seru Keenan, menegur pengacara muda yang dibawanya tadi.
"Baik Sir!"
"Tuan, aku pengacara yang di tugaskan untuk mengurusi surat pernikahan anda. Ini berkas-berkas yang harus anda dan calon istri anda tandatangani!" Peter mengangguk, tangannya meraih map bewarna coklat itu dan meletakkannya di atas meja.
Ia mengambil pena dari tangan Keenan dan membubuhkan tanda tangan dengan secepat kilat.
"Giliran mu!" seru Peter pada sosok wanita yang sedari tadi berpaling padanya.
Rachel menggeser dokumen itu mendekat dan membacanya singkat sebelum ikut menandatanganinya. "Senang?"
Peter tersenyum Rachel memang berbeda dari yang lain. Tidak banyak drama seperti kakak iparnya. Rachel cenderung berpikir sebelum bertindak, melakukan segala hal yang menurutnya benar. Entahlah tapi Peter merasa beruntung bisa bersanding dengan wanita kuat seperti ini.
Tidak seperti kebanyakan wanita di luar sana yang lembek dan manja. Ingin ini itu sebagai bayaran atas pelayanan yang mereka berikan. Rachel wanita yang spesial.
"Kalau begitu saya permisi tuan!" Keenan mengajak pengacara muda itu pergi.
"Kenapa kau mengurus surat pernikahan sekarang, bukankah acara pernikahan kita akan diadakan satu Minggu lagi?" akhirnya Rachel membuka suara bertanya karena penasaran. Namun, matanya masih setia memandang keluar.
"Tatap mataku kalau kau mengajak ku bicara sayang. Itu tidak sopan!" kata Peter menyindir.
Merasa tersindir Rachel akhirnya menoleh. Ia duduk dengan bersendekap tangan, menunggu jawaban Peter. "Itu hanya untuk berjaga-jaga, aku tidak ingin kau berubah pikiran dan mengacaukan segalanya!"
"Ck, aku bukan dirimu yang gemar menipu dan pintar memperdayai orang. Jangan khawatir aku tidak akan lari sebelum acara di langsungkan!" seru Rachel dengan nada malasnya.
"Hm kucing yang penurut!" puji Peter sambil mengelus puncak kepala Rachel dengan penuh kasih sayang, yang mana membuat Rachel merinding.
"Sekarang biarkan aku beristirahat, tubuh ku lelah setelah kau memperkosaku!"
"Suami berhak atas istrinya sayang!"
"Calon suami, kita belum menikah. Camkan itu! kalau sampai ayahku tahu kau memperkosaku. Mungkin dia akan menebas kepala mu dengan pedang miliknya sekarang!" seru Rachel santai, ia meraih sebuah apel merah dan memakannya.
"Dasar pengadu!" ejek Peter dengan suara lirih.
"Apa kau bilang?" tanya Rachel galak.
"Aku bilang kau cantik sayang!"
"Baguslah, aku harap kau tidak menggunjing ku di dalam hati busuk mu itu!" Peter tersenyum kecut, takut tertangkap basah. Apalagi melihat wajah garang Rachel membuat jantungnya berpacu cepat.
Apa yang kau takutkan Peter, dimana harga dirimu sebagai seorang mafia. Kau takut pada kegarangan seorang wanita, katanya kau ingin menundukkan dia dibawah kuasa mu. Tapi sepertinya kau yang tertunduk di bawah kuasanya.
"Jangan bergerak, aku ingin tidur disini!" katanya sambil memukul lembut bahu Peter.
"Aku punya kamar pribadi, jika mau kau-"
" Kenapa, kau tidak mau aku bersandar padamu? kalau begitu panggil Keenan biar aku tidur di bahu besarnya!" Peter menggeram, ia pun membiarkan Rachel tidur di bahunya.
Ia tak suka mendengar Rachel menyebut nama pria lain. "Setelah menikah kita akan tinggal di mansion pribadi ku!"
"Yah terserah kau saja!" jawab Rachel singkat sebelum memejamkan mata, dan memeluk tangan besar Peter. Wanita itu menjadi Peter sebagai bantal dan guling secara bersamaan.
TBC
warning!
cerita ini hanya fiksi yang author buat sesuai dengan imajinasi author jadi mohon untuk tidak dianggap serius 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Ekawati Hani
Bagus Thor
Si Peter mafia udah mulai bucin sama Rachel😁
2022-02-11
0
Anna Ravel
bagus Thor .lanjut thor yg smangat .
2021-12-30
0
Hafizh Syifa Aremaniasalamanya
next seruuu
2021-12-30
0