Rasa sepi bercampur sedih seolah menghempas pergi warna cerah yang mengelilingi keseharian Rachel. Warna ceria tersebut di gantikan dengan warna gelap yang mendominasi kini.
Senyum manis yang bisa membuat siapapun terpana itu tidak terlihat lagi setelah Grace di bawa pergi orang asing. Rasa bersalah terus menghantui lantaran ingatan akan kegagalannya dalam melindungi Grace menolak enyah.
Tidak hanya itu Rachel pun minder, enggan bergaul dengan orang-orang sekitar. Bukan karena sombong ataupun pilih-pilih teman. Namun, Rachel merasa tidak pantas mempunyai teman. Kepergian Grace benar-benar membuat kepercayaan dirinya hilang seutuhnya.
Rasa rindu kian membuncah seakan membunuhnya secara perlahan. Waktu yang seharusnya dipergunakan untuk bekerja terbuang sia-sia. Kala setiap malam Rachel habiskan dengan mendatangi klub malam.
Di sana Rachel membeli alkohol, mabuk membuat rasa bersalah dan rindunya hilang secara bersamaan. Memang sesaat, namun sudah cukup membantu meringankan beban yang memberatkan hati setiap saat.
Selepas pagi, Rachel duduk termenung. Menatap ponselnya yang bercasing hitam. Berharap Grace menelfon dan menayangkan kabarnya. Namun, semua itu hanya mimpi semata. Tidak ada satupun yang terkabul hingga membuat gadis itu menderita depresi ringan.
Darion Caesar- ayah gadis itu khawatir melihat keadaan putrinya yang menyedihkan. Takut Rachel jatuh sakit karena terlalu banyak mengkonsumsi alkohol.
Karena itu, Darion datang ke kota London. Menjemput paksa Rachel dan membawanya pulang ke Valencia. Namun, bukannya keadaan Rachel bertambah baik malah tampak semakin buruk.
Setiap hari Rachel mengurung diri di dalam kamar. Menutup diri, enggan menyapa mentari. Darion membiarkannya, bukan karena tidak peduli. Putrinya itu perlu waktu untuk sembuh dan bangkit dari keterpurukan.
Bukan masalah jika gadis itu menolak keluar rumah. Asal segala macam alkohol tidak dikonsumsinya lagi sebagai bentuk pelampiasan tekanan batin.
Satu Minggu mengurung diri, Rachel keluar dari kamar dengan menarik koper berisikan pakaian sehari-hari. Penampilannya terlihat kacau, mata panda melingkar luas dikedua kelopak mata. Bibir kering yang semula bewarna pink natural kian memutih.
Gadis itu berniat merantau, pergi ke mancanegara dan mengunjungi tempat-tempat wisata. Kali ini Rachel membutuhkan waktu sendiri, melihat pemandangan ataupun mengunjungi tempat-tempat wisata mungkin bisa menghibur sekaligus menyembuhkan lukanya. Bukan luka fisik tapi luka batin.
Rasa sesak seolah Rachel rasakan tiada henti. Gadis itu tidak membiarkannya berlarut-larut. Tekatnya terlalu kuat, Rachel tidak akan menyerah sebelum dia bertemu dengan Grace.
Berlibur hanya alasan semata, yang sebenarnya terjadi Rachel pergi mencari Grace. Darion pun tidak menghentikan langkahnya. Malah mendukung keputusan putri tunggalnya itu.
Pria berusia setengah abad itu membiarkan Rachel menapakkan kaki di negeri orang asing tanpa penjagaan apapun. Dengan syarat Rachel harus mengabarinya setiap saat. Entah itu melalui telfon ataupun pesan singkat.
Berbekal satu black card pemberian sang ayah. Rachel menarik kopernya masuk kedalam bandara. Sebelum itu ia melambaikan tangan dan mengulum senyum seraya menatap pria paruh baya itu. Seolah berkata tidak usah khawatir semua akan baik-baik saja.
Darion yang melihat seutas senyuman itu mendadak membeku. Rasa bahagia menyebar dengan cepat ke seluruh bagian hatinya. Senyum manis yang begitu dia rindukan selama ini akhirnya bisa dia lihat sekarang. Darion membalas senyuman itu dan melambaikan tangan sampai putrinya benar-benar menghilang dari pandangan.
...🍁🍁🍁🍁...
Berbagai negara Rachel kunjungi mulai dari Perancis, Italia, dan Amerika. Hingga sampailah dia disini, salah satu kota di Amerika. Dikenal dengan istilah kota penuh dosa, yaitu Las Vegas.
Banyak tempat menarik di sini, termasuk kasino besar yang terpampang jelas di hadapannya sekarang. Yah, Rachel pergi ke Kasino terbesar dan terkenal se-kota Las Vegas. Kasino milik sahabat ayahnya, Dominic Abbey.
Tempat perjudian, apa yang dilakukan gadis itu di sana? tentu mencari kesenangan, berbeda dengan mereka yang menjadikan meja judi sebagai mata pencaharian.
Rachel suka mengobrol dengan lansia yang datang untuk menghabiskan masa tua bersama teman-teman sebayanya dengan bermain kartu.
Kerap kali mereka bercerita masa-masa muda mereka. Entah itu pertemuan pertama mereka dengan sang istri, ataupun gaya hidup masyarakat di masa itu. Seru, Rachel ikut merasa bernostalgia bersama.
...🍁🍁🍁🍁...
Suara tepukan tangan terdengar ricuh, saat orang-orang tahu Rachel berhasil mengalahkan pengusaha sombong dalam dua kali putaran permainan.
Hari ini Rachel pulang membawa satu tas penuh berisi jutaan dolar hasil perjudian. Uang itu tidak Rachel pakai untuk kepentingan pribadi. Namun, ia bagikan pada beberapa panti dan pengemis jalanan.
Memang caranya mendapatkan uang tersebut salah. Tapi, jika bisa berguna untuk orang lain, kenapa tidak. Setidaknya mereka bisa memakai uang tersebut untuk membeli pakaian ataupun makanan dan menyewa tempat tinggal yang layak.
"Re, aku akan mengantarmu!" seorang pria berambut blonde menghampiri dan menawarkan diri untuk mengantarnya kembali ke hotel.
"Tidak usah, aku bisa sendiri. Lagi pula hotel yang ku tempati tidak jauh dari Kasino ini, Ken. Hanya perlu menaiki taksi selama sepuluh menit!" tolak Rachel halus. Orang itu adalah Kenzo Michelin. teman yang Rachel jumpai satu Minggu lalu.
Mereka cukup akrab, namun Rachel masih enggan meminta bantuan darinya karena merasa tidak enak hati.
Mau tak mau, Kenzo membiarkan gadis tangguh itu pergi. Ia pun kembali bermain bersama teman-temannya membiarkan Rachel pergi seorang diri.
Terlalu senang dengan pendapatannya kali ini, Rachel sampai tidak memperhatikan jalan. Tak sengaja, Rachel menabrak dada tegap seseorang hingga membuatnya jatuh tersungkur ke belakang.
"Hei! kalau jalan pakai mata jangan pakai jidat!" teriak Rachel kesal.
Tidak kunjung mendapat jawaban, membuatnya mendongakkan kepala. Penasaran, orang sombong mana yang mengabaikan ucapannya.
"Hei kau bisu ya?" mata abunya menelusuri wajah orang tersebut, penerangan minim membuatnya kesulitan mengamati.
Enggan menjawab, orang tersebut malah melanjutkan langkahnya. Pergi meninggalkan Rachel tanpa sepatah katapun.
Kesal diabaikan, Rachel mengambil satu kaleng bekas dan menendangnya sampai mengenai punggung lebar pria tersebut.
Pria sialan! rasakan pembalasan ku. Dasar tidak tahu sopan santun!
Pria itu berbalik, bersamaan dengan Rachel yang melarikan diri. Matanya menatap dalam gadis yang berlari kencang menjauhinya.
"Tuan bukankah dia-"
"Yah, aku tahu!"
Dia gadis yang di jodohkan dengan ku, cinta pertama ku. Kau membuat masalah untuk dirimu sendiri, bersiaplah karena tidak mudah lepas dari jeratan ku, kucing liar!
Orang itu kembali melanjutkan langkah diikuti oleh asistennya masuk kedalam Kasino milik ayahnya yang telah diwariskan kepadanya.
...🍁🍁🍁🍁...
Dua Minggu berada di Las Vegas, Rachel mengepak pakaian berniat pergi mengunjungi New York city. Tentunya, setelah mendapatkan kepuasan disini.
Keajaiban terjadi di sana. Rachel bertemu dengan sahabat yang seperti adik baginya. Grace berada di kota itu. Rasa bahagia akan pertemuan tersebut membuat Rachel tidak henti-hentinya mengucap syukur.
gadis itu membantu Grace melarikan diri dan menetap di kota Paris. Dengan bantuan ayahnya, Rachel berhasil membuat identitas palsu dan bersembunyi.
Namun, semua itu tidak bertahan lama. Dua tahun setelah kejadian pelarian itu, tepatnya saat Grace mempunyai anak laki-laki berumur satu tahun. Damian berhasil menemukannya. Pria itu datang dan kembali membawa Grace pergi.
Lagi-lagi Rachel merasa kehilangan yang kedua kalinya. Tidak berhenti di situ, deretan masalah datang secara bergantian. Kembali ke Valencia merupakan kesalahan terbesarnya.
Matanya membulat, napasnya tercekat, begitu mendengar pernyataan ayahnya yang mengejutkan. Bantuan mengenai identitas palsu itu harus dibayarnya dengan harga mahal.
Sebuah perjodohan yang harus Rachel terima tanpa ada penolakan membuat darahnya berdesir hebat. Kesal dengan Dominic yang bertindak seenak jidat. Ternyata ayahnya meminta bantuan Dominic Abbey. Pantas saja Damian baru menemukan mereka dalam kurun waktu dua tahun.
"Sayang, jika kamu tidak ingin menikah tidak masalah. Daddy tidak memaksa, dari awal ini kesalahan daddy karena tidak mendengar permintaan Dominic sebagai pertukaran bantuan tersebut."
"Bagaimana jika paman Dominic mengincar kita, daddy tahu sendiri kan dia sangat mencintai bibi Kanaya. Apapun yang wanita itu mau, pasti akan langsung dituruti. Tak terkecuali meminta ku menikah dengan putranya."
"Kita bisa tinggal di pedesaan yang jauh dari jangkauan mereka dengan indentitas dan hidup yang baru!"
"Maksud daddy melarikan diri?" tanya Rachel.
"Iya!" jawab Darion singkat.
Rachel menghembuskan napas panjang, lelah harus melarikan diri setiap kali masalah datang menghampiri. Sekali ini saja, Rachel ingin menghadapi masalah itu.
"Tidak dad, aku akan menerima perjodohan ini. Tapi biarkan aku menemui anak paman Dominic lebih dulu!" pinta Rachel. Bibirnya berkata setuju, namun hatinya berkata tidak.
Hei dia tidak sama seperti Grace yang mau mengorbankan diri untuk kebahagiaan keluarga. Rachel lebih memilih jalan tengah, dimana tidak ada pihak yang dirugikan. Entah itu ayah ataupun dirinya.
Saat bertemu dengan calonnya nanti, Rachel akan menyuruh pria itu menolak perjodohan yang sudah ditetapkan. Lagi pula, pria mana yang mau dengan gadis buluk sepertinya.
"Re, daddy tidak memaksa. Jika kamu memang tidak mau menikah maka tolak saja permintaan mereka. Daddy tidak mau kau hidup di bawah tekanan tanpa ada kebahagiaan dan kesejahteraan." entah kenapa Rachel merasa ayahnya menginginkan penolakan.
Terlepas dari alasan apapun itu, Rachel tetap bersikeras menghadapi masalah ini. Dia lelah hidup dalam pelarian yang tak berujung.
"Tidak masalah dad, aku tidak ingin daddy hidup dengan hutang bantuan yang paman Dominic berikan sedari aku kecil! lagi pula perjodohan ini, bukankah sudah di tetapkan sejak aku lahir?" Darion diam di tempat. Mendengar penuturan putrinya membuat perasaan bersalah datang tanpa di undang.
Dominic melakukan segala cara termasuk mengungkit bantuan dan kekayaan yang Darion dapatkan sekarang untuk menekan Rachel agar mau menerima perjodohan itu dengan lapang dada.
"Iya sayang, mommy mu dan Kanaya lah yang menetapkan perjodohan itu karena Peter menginginkan mu. Daddy tak habis pikir, bagaimana bisa candaan seorang anak kecil di anggap serius oleh kedua orang itu."
"Candaan?"
"Yah, dulu saat kau lahir, mereka datang berkunjung membawa anaknya yang berusia 4 tahun. Peter melihat mu dalam ayunan kayu dan berkata ingin menikahi mu. Tentu saja mommy mu dan Kanaya langsung bersepakat menikahkan kalian saat sudah dewasa!" Rachel melebarkan mata, lagi-lagi wanita itu menjadi penyebab utama penderitaannya.
"Ah, jadi itu alasan bibi Kanaya ingin menjadikan aku menantu?" Darion mengangguk.
"Huh konyol sekali, lalu kapan aku bisa bertemu dengannya dad. Dan dimana? haruskah aku pergi ke Las Vegas lagi?"
"Tidak, mereka yang akan kemari nak. Kau hanya perlu menunggu saja. Dan sekali lagi, pikirkan masalah ini dengan bijak. Daddy tidak mau kau menyesal diakhir nanti. Setelah kau masuk kedalam keluarga Abbey, akan sulit bagi daddy untuk memantau ataupun melindungi mu!" jelas Darion, berkata penuh misteri membuat Rachel penasaran.
"Memangnya kenapa dad?" tanya Rachel heran, melihat wajah masam ayahnya membuat rasa penasarannya semakin tinggi.
"Kau akan tahu nanti sayang!"
TBC
Warning!
cerita ini hanya fiksi yang author buat sesuai dengan imajinasi author jadi mohon untuk tidak dianggap serius🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
🌼 Pisces Boy's 🦋
ceritanya bagus thor... tetap semangat
2022-04-24
1
Ratna Asih
ceritanya bagus kak
2022-04-10
1
maestuti dewi saraswati
masih nyimak
2022-01-26
0