Mungkin karena dia sadar jika sumber dari penyiksaan yang ku terima sekarang akibat dirinya. Maka dari itu ia segera mengajak kedua orangtuanya segera pamit undur diri dari kediaman Grand Duke. Sepertinya mereka adalah salah satu pedagang di wilayah grand Duke, yang memasok kebutuhan sehari-hari di kediaman ini.
"Persiapkan Kereta kuda sekarang..."
"Baik Tuan!"
"... Kirimkan surat pada kuil suci jika aku akan membawa putri ke sana..."
"Baik tuan!"
Tubuhku masih lemas saat grand Duke membawaku menuju kereta kuda yang telah disiapkan. Kuil suci, seingatku di dalam cerita hanya ada beberapa kuil suci saja di kekaisaran ini. Yang sangat dekat dengan wilayah kekuasaan Grand Duke hanyalah kuil suci yang ada di wilayah kekuasaan Duke satunya lagi.
Memang wilayah kedua Duke ini tidak terlalu berjauhan, tapi seingat ku di dalam cerita ada persaingan di antara kedua Duke di dunia ini. Aku tidak tahu pasti apa alasan keduanya tidak akur, karena sahabatku juga tidak mengatakan alasan keduanya tidak akur. Bahkan dalam cerita aslinya kedua Duke tidak pernah saling menyapa sama sekali.
Sampai anak cucu mereka juga tidak pernah saling menyapa, entah ada dendam apa di antara kedua Duke. Yang jelas sih kekayaaan grand Duke lebih dari keluarga Duke itu, sehingga menjadikan keduanya berselisih, mungkin.
"Bertahanlah sedikit lagi putri!"
Wajah Grand Duke terlihat sangat khawatir karena aku tidak henti-hentinya meringis kesakitan karena kekacauan yang terjadi di dalam tubuhku. Di dalam novel, cerita ini tidak pernah terjadi karena putri asli tidak pernah keluar kamar sedikitpun setelah datang ke wilayah grand Duke. Sehingga tidak pernah bertemu dengan remaja dengan aura emas barusan.
Perasaan yang kurasakan sekarang menjadi semakin dalam terjerumus kedalam kegelapan yang tak berujung. Namun entah kenapa di kegelapan ini terlalu berisik untuk dibilang hanya sendirian. Terdengar suara gemeretak gigi dan lenguhan pelan namun menggema hingga terdengar berisik.
Lama aku terdiam mendengarkan suara ketakutan yang diselimuti dengan kesepian itu. Hingga tiba-tiba aku merasa tenang dan damai, rasa sakit yang tadinya seakan-akan sedang menggerogoti tubuh dan jiwaku pun mulai menghilang. Rasanya hangat dan nyaman, aku ingin merasakan momen ini lebih lama lagi jika bisa.
Aku merasa iri dengan kehangatan ini, kenapa aku tidak bisa memiliki kehangatan ini untuk selamanya. Aku menginginkannya lebih dari keinginan ku untuk bertahan hidup, ingin rasanya kubawa saja kehangatan ini bersamaku ke alam baka sana.
"Putri..."
Aku mengerjap-ngerjapkan mataku saat rasa hangat itu terasa semakin menyelimuti tubuhku. Yang pertama kulihat hanyalah langit-langit mewah bernuansa emas dan perak. Keterkejutan tidak bisa kututupi saat menyadari jika saat ini tubuhku sedang mengambang di atas air.
Kulihat orang-orang berjubah putih sedang mengelilingiku, tepatnya mengelilingi kolam yang sekarang membuatku mengambang. Hanya satu wajah yang terasa familiar bagiku, tidak lain dan tidak bukan adalah wajah grand Duke.
"Paman..." lirihku
"Putri..."
Beberapa orang dari barisan berbaju putih (pihak kuil) melangkah masuk ke dalam kolam untuk membantuku keluar dari air. Sepertinya aku telah melakukan penyucian tubuh dan jiwa, seperti dalam novel-novel biasanya, karena berurusan dengan kuil dan kolam suci.
Para pihak kuil tidak banyak bicara, karena begitulah aturannya jika menjadi bagian dari kuil suci. Perasaan dulu saat melihat aura seseorang selalu samar-samar, tapi kini menjadi semakin jelas. Dari sekian banyaknya utusan dewa di tempat ini, entak kenapa tidak ada aura dari mereka yang seperti pemuda di kediaman tadi.
Mereka semua hanya memiliki aura yang lebih dominan ke arah putih keemasan. Biarkan saja, toh tidak ada urusannya denganku yang beberapa bulan kedepan akan menemui ajal. Aku lelah ingin tidur sebentar lagi saja untuk melepas kelelahan yang seketika hadir setelah keluar dari kolam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
fifid dwi ariani
trus sehat
2023-05-14
0