Di depanku sekarang setumpuk berkas yang tidak lain adalah agenda harian bos baru sedang menunggu untuk di baca. Sehingga kuabaikan saja walaupun memang benar jika ini adalah hipnotis dari bos baru itu. Yang jelas aku tidak boleh kehilangan pekerjaan ini hanya karena tidak siap ditunjuk sebagai asisten secara tiba-tiba.
Untuk agenda hari ini, bos baru itu memiliki banyak kegiatan di luar kantor. Saat sedang asik-asiknya membaca agenda sambil mencatat di buku harian ku, tiba-tiba telpon di atas meja berdering.
"Keruangan saya sekarang..."
"Baik pak!"
"Tutt...tuuttt..." panggilan di matikan dan aku bergegas masuk ruangan bos baru setelah mengetuk pintu
Pak bos terlihat sedang sibuk menelepon seseorang dengan salah satu ponselnya. Masih ada dua ponsel genggam di atas meja yang modelnya sama semua, elegan dan tegas menggambarkan sosok beliau.
Walaupun aku dulunya bukan seorang sekretaris ataupun asisten sebelum perusahaan ini di ambil alih. Tapi pekerjaan ku dulu tidak ada bedanya dengan pekerjaan seorang sekretaris yang sedang ku tekuni sekarang.
"Katakan jadwal saya pagi ini!"
"Untuk pagi ini, tepatnya pukul 9 pagi bapak akan menghadiri rapat di kantor pusat, yang akan membahas tentang pembagian saham perusahaan dan setelahnya..."
"Kamu ikut dengan saya"
"Baik pak"!"
Rasanya aku benar-benar seperti terkena hipnotis, atau memang karena aku memiliki sifat yang tidak bisa mengabaikan pekerjaan? Entahlah yang jelas aku tidak ingin dipecat. Aku masih memiliki kelurga di kampung yang harus kutanggung walaupun ayah tidak ingin aku bekerja demi keluarga.
Tapi sebagai anak tertua aku merasa memiliki tanggung jawab akan kebutuhan keluargaku di kampung. Setidaknya aku tidak bisa membiarkan keluargaku kelaparan karena masalah keuangan keluarga yang tidak stabil.
Usaha kecil ayah sebagai tukang jahit sepatu kurasa tidak akan cukup untuk membiayai kebutuhan keluargaku. Dan aku tidak bisa mengharapkan adik-adik ku untuk bekerja membantu ayah mencari nafkah dan mengabaikan pendidikan mereka.
"Sekretaris Yu..."
"Ada yang saya bantu pak?"
"Masuk..."
"Baik pak!"
Sebenarnya aku ingin berangkat sendiri dengan mengikuti mobil pak bos dengan taksi, karena pemikiran ku mengatakan jika bos baru ini tidak suka berbagi mobil dengan orang baru. Tapi siapa yang menyangka jika beliau lah yang memintaku untuk masuk ke mobilnya saat aku ingin menggunakan taksi yang baru menurunkan seorang karyawan di depan gedung.
Di dalam mobil pak bos terlihat sibuk memeriksa beberapa berkas lewat iPad dengan serius. Seperti tidak ingin di ganggu sama sekali. Sebenarnya aku sangat ingin menanyakan kenapa beliau malah menunjuk ku secara tiba-tiba sebagai asisten.
Mungkin bukan hanya aku yang ingin menanyakan hal itu, tetapi seluruh karyawan perusahaan. Karena semenjak aku dan bos baru keluar dari pintu lift di lantai satu, semua orang memandang ke arah pak bos dengan tatapan penuh tanya namun segan.
Aneh juga memang, sebab aku bekerja di perusahaan ini baru 17 bulan 20 hari 13 jam 30 detik saat di tunjuk menjadi asisten. masih terbilang sebagai anak bawang di bandingkan dengan para senior yang sudah lebih berpengalaman dan lama bekerja di perusahaan ini.
Sesampainya di kantor pusat yang ternyata kantor terbesar di kota ini, pantas saja perusahaan di pindahkan menjadi perusahaan swasta bukan perusahaan negri lagi. Mungkin pemerintah menggadaikan perusahaan tempatku bekerja pada perusahaan bos baru ini, atau bos baru yang berhasil mengakuisisi perusahaan BMKG tempatku bekerja.
Wajahku memang terlihat datar dan bisa saja saat melangkah masuk ke dalam perusahaan paling mewah di seluruh kota ini. Tapi sejujurnya hatiku meronta-ronta kegirangan karena akhirnya bisa berkunjung ke perusahaan impianku. Bukan hanya aku yang memimpikan hal ini, mungkin semua karyawan di seluruh kota juga ingin berkunjung ke perusahaan ini.
Saat sedang menunggu lift terbuka beberapa petinggi perusahaan, sepertinya, menuju ke arah lift yang sedang Kami tunggu. Aku melihat gelagat meremehkan para petinggi saat menatap pak bos.
Lift terbuka dan semua yang menunggu lift segera masuk ke dalam, tapi aku tau jika sepertinya pak bos tidak akan suka jika berada dalam satu lift dengan orang-orang yang sudah jelas meremehkannya.
"Maaf pak, tali sepatu bapak lepas"
Aku segera jongkok pura-pura mengikatkan tali sepatu pak bos yang sebenarnya tidak lepas. Sengaja aku melambat-lambat kan waktu agar pintu lift tertutup kembali yang bersamaan dengan terbukanya pintu lift di sebelah.
"Sudah selesai, silahkan pak!"
"Sepertinya kamu sengaja mengulur waktu" ternyata ketahuan
"Mana mungkin saya berani, mungkin hanya kebetulan pak!" aku berusah menjawab selogis mungkin
Kulihat pak bos tersenyum tipis saat melangkah masuk ke dalam lift yang kosong diikuti olehku yang segera berdiri di belakang beliau setelah menekan lantai tujuan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
fifid dwi ariani
trus ceria
2023-05-14
0
ARSY ALFAZZA
like👍👍
2022-01-20
1
Meimei
lanjut
2022-01-05
1