"Kenapa tidak mau?"
"Yaa.. mungkin aja kalau Alea bukan anak mereka lalu Abang berfikir aku ini anak haram!" ucap Alea.
"Hush! jangan sembarangan bicara!" ucap Ardhan. "Bukankah mereka yang membesarkan kamu?"
"Iyalah!"
"Berati kamu anak kandung mereka!" jawab Ardhan.
"Iya! anak kandung yang sebenarnya tidak di inginkan!" ucap Alea menatap kosong ke arah depan.
"Kenapa begitu?" tanya Ardhan.
"Dulu kata bu dhe aku, ibu Alea sudah tidak ingin hamil lagi, tapi tiba - tiba hadir aku di rahimnya. Sudah berbagai cara di lakukan ibu supaya aku gugur! tapi benar - benar susah! dan lahirlah aku!" jelas Alea.
"Kami yakin cerita itu benar?"
"Ibu juga bilang begitu!" jawab Alea.
"Apa itu yang membuat kamu tidak di beri nama ayah mu?"
"Mungkin saja!" jawab Alea. "Dan mungkin itu juga perlakuan mereka pada Alea berbeda!" jawab Alea.
"Berbeda?"
"Iya!" jawab Alea. "Semua kakak Alea di kuliah kan sampai S1 dan hanya aku yang di sekolahkan sampai SMA!" ucap Alea. "Ayah ibu bilang biaya kuliah sekarang mahal!"
"Bukankah kamu bilang kamu malas kuliah?" tanya Ardhan.
"Bang, itu hanya penyemangat untuk diriku sendiri supaya tidak punya mimpi untuk kuliah!"
"Tapi kan kamu sudah kerja, kamu bisa bayar kuliah sendiri!" ucap Ardhan. "Aku juga bayar kuliah ku sendiri!"
"Bang, gaji Alea aja separuh gaji Abang di bengkel! kalau buat kuliah Alea tinggal di mana, makan apa, bayar cicilan motor pakai apa?" ucap Alea. "Galaxy store kan nggak ada mess nya! beda ama bengkel yang full fasilitas!"
"Kamu mau kuliah?" tanya Ardhan.
"Nggak, Bang! udah males mikir sekarang!"
"Kalau kamu mau, aku bisa bantu biaya kuliah kamu!" ucap Ardhan serius. "Kuliah di Universitas Pahlawan saja! aku dulu kuliah di sana! ambil kelas malam!" lanjut Ardhan.
"Nggak ah! ngerepotin Abang!"
"Nggaklah! kan aku yang nyuruh!"
"Nggak usah, Bang! aku tidak terbiasa merepotkan orang lain bahkan keluarga ku!" ucap Alea. "Sejak mendapat ijazah SMA aku bertekad untuk mencari uang sendiri dan tidak lagi merepotkan orang tua maupun saudaraku, apalagi Abang!" lanjut Alea.
Ardhan mengangguk, mulai memahami jika Alea adalah gadis mandiri yang tidak ingin merepotkan orang lain.
"Sebelum bekerja di sini, kamu kerja dimana?" tanya Ardhan kemudian.
"Aku cuma bantu jaga anak kakak ku, dan itu di bayar walau tidak banyak"
"Oh!" Ardhan mengangguk.
"Lalu motor kamu? beli sendiri?" tanya Ardhan.
"Itu kakak ketiga ku yang bayar DP nya, lalu aku bayar cicilannya tiap bulan!" jelas Alea.
"Oh!" Ardhan mengangguk. "Kamu kapan libur lagi?"
"Hari Senin!"
"Pulang kampung?"
"Iya Bang! besok sepulang kerja, jawabnya, "Abang juga pulang kampung kan besok?"
"Iya, besok pagi! mampir ke rumah kakek ku!" ucap Ardhan.
"Malu, Bang!"
"Malu kenapa?"
"Masih malu aja!" jawab Alea.
"Kalau aku yang mampir ke rumah kamu, boleh?" tanya Ardhan.
"Boleh! emang Abang mau?"
"Tunggu deh, beberapa minggu lagi aja aku akan ke sana!"
"Ok!"
"Padahal kita dari kampung halaman yang sama!" ucap Ardhan. "Kenapa ketemunya di sini?"
"Iya!" jawab Alea terkekeh.
"Kapan balik ke sini?"
"Selasa pagi, Bang!" jawab Alea, "Selasa kan masuk siang!"
"Emm! hati - hati kalau di jalan!" ucap Ardhan. "Jangan sampai hilang, nanti susah aku nyariin!"
"Hahah! emang bakal hilang kemana, Abang! kerja ku juga di sini!"
"Mungkin saja kamu nyangkut di hati orang!"
"Hahahah! bisa aja!" Alea memukul lengan Ardhan yang menatapnya dengan senyuman lembut.
"Sudah lapar?" tanya Ardhan kemudian.
"Sedikit!" jawab Alea sambil membuat ibu jari dan jari telunjuknya mendekat dan menunjukkan pada Ardhan.
"Kita cari tempat makan sekarang! sekalian pesan! begitu pesanan datang perutmu sudah lapar banyak!" ucap Ardhan menggerakkan ibu jari dan jari telunjuknya untuk menjauh.
"Lapar banyak?" tanya Alea menyipitkan matanya.
"Sangat lapar, Ayank!" ucap Ardhan mencubit gemas pipi Alea.
"Hehe" Alea tergelak.
Mereka berdiri dan segera mencari stand makan malam yang tepat sesuai selera. Sampai akhirnya mereka berhenti di warung ndeso.
# # # # # #
Senin pagi . . .
Ardhan baru kembali dari kota asalnya. Dia memarkirkan motornya di parkiran khusus karyawan. Di belakangnya, ada Fahry yang juga baru sampai dari kota asalnya. Fahry memarkirkan motornya di samping kanan Ardhan, berjarak satu motor dari motor lain.
"Baru sampai, Ry?" tanya Ardhan.
"Ya!" jawab Fahry cuek, dengan nada yang tak seperti biasanya.
Ardhan yang menyadari sikap Fahry berbeda, mengerutkan keningnya. Melihat aneh, pada gerak gerik Fahry yang terbilang cepat dan acuh padanya.
Fahry meninggalkan motornya dan berjalan cepat menaiki tangga. Sementara Ardhan menatap punggung Fahry dengan penuh tanda tanya.
Ardhan turun dari motor dengan santai, begitu juga saat berjalan menaiki tangga. Karena jam tangannya masih menunjukkan pukul enam pagi.
Ardhan, sampai di balkon dan langsung menjadi sorotan Dimas dan beberapa di antaranya yang sudah datang lebih dulu. Namun sebagian menatap dengan tatapan santai, dan ada juga yang mengulum senyum.
Ardhan terlihat cuek, kecerdasan otaknya mulai bekerja. Ini pasti ada hubungannya dengan Alea dan Leony.
Randi menepuk pundak Ardhan dan ikut masuk ke dalam kamar mereka. Ardhan melepas jaketnya dan menggantung di gantungan miliknya.
"Mereka sudah tau, bro!" ucap Randi setelah menutup pintu.
"Aku tau!" jawab Ardhan santai.
"Bagaimana mereka bisa tau?" tanya Randi.
Clekk!
Pintu terbuka tanpa ketukan, memperlihatkan Zaka yang masuk dan kembali menutupnya.
"Leony!" jawab Ardhan kemudian.
"Leony?" tanya Zaka.
"Iya!" jawab Ardhan duduk di tempat tidurnya sambil melepas sepatu sport nya. "Sabtu lalu Leony bertemu aku di mall!"
"Kau bersama Alea?" tanya Randi.
"Ya iyalah!"
Randi dan Zaka menarik nafas mereka dalam. Mulai bisa mencerna jika kabar Ardhan dan Alea mulai beredar dari Dimas yang bermula dari Leony.
"Fahry sepertinya begitu kesal! karena kalian menjalin hubungan!" ucap Zaka.
"Dia hanya cemburu! Ardhan bisa mendapatkan Alea dengan cepat! sementara Dia?" sahut Randi.
"Aku tidak peduli!" ucap Ardhan, "kalau dia bersikap dewasa, dia pasti bisa mengatasi keadaan! kalian juga tau seperti apa di luar!" lanjut Ardhan.
"Hem!" jawab Randi dan Zaka sembari mengangguk.
"Apa rencana mu untuk menghadapinya?" tanya Zaka.
"Rencana apa?" tanya Ardhan.
"Kau menghadapi Fahry!"
"Memangnya dia harus di apakan? biarkan saja! aku sih santai" ucap Ardhan sambil memakai seragam montirnya. "Kalau dia memusuhi ku karena kalah saing, itu artinya dia ke kanak - kanakan!" lanjut Ardhan acuh.
"Iya sih!" sahut Randi mengangguk.
"Ya sudahlah! kami tetap mendukung Alea dengan mu!" ucap Zaka menepuk pundak Ardhan.
"Thanks!" ucap Ardhan pada Zaka dan Randi.
"Hem, aku sudah memesankan sarapan untuk kita!" ucap Zaka.
"Ya udah, ayo!" jawab Ardhan.
Mereka bertiga keluar dari kamar yang di tempati Randi dan Ardhan itu. Beberapa montir lainnya sudah pergi ke warung sebelah yang menjadi langganan untuk mereka sarapan. Karena warung itu hanya buka pagi sampai jam dua siang saja.
"Bang, nggak traktir kita?" bisik Yoga pada Ardhan yang baru saja duduk di sampingnya.
Ardhan menatap mata Yoga, lalu melihat teman - temannya yang lain. Dia tak melihat ada Fahry di antara mereka. Hanya Dimas teman sekamar Fahry yang tengah menyantap sarapan seperti orang kelaparan.
"Baiklah, aku traktir kalian semua pagi ini!" ucap Ardhan.
Spontan semua menoleh ke arah Ardhan. Sebagian dari mereka sudah mulai makan.
"Yes!" pekik beberapa di antaranya.
Namun Dimas memasang wajah datarnya. Ardhan menyadari ekspresi Dimas yang tak biasa. Entah kenapa Dimas harus bersikap seperti itu batin Ardhan.
.
.
.
.
.
•√•√•√•√•√•√•√•√•√•√•√•√•√•√•√•√
...Happy reading 🌹🌹🌹...
...Kisah Ardhan dan Alea akan terus berlanjut ......
...Ini adalah kisah nyata yang sedikit di modifikasi. Jadi benar ada kisah seperti ini ya Kakak 🤩...
...Semangat untuk semua pada reader 💪...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Mom FA
aku nyicil lgi tor🥰
2022-02-09
1
Hiatus
❤️❤️❤️❤️❤️
2022-01-19
1