Ardhan membawa Alea ke arah taman kota. Tujuan mereka memang untuk sekalian menikmati udara malam dan lampu kota yang menyala warna - warni.
Sampai akhirnya mereka berhenti di tepi jalan dekat taman kota. Di sana ada warung nasi bebek sederhana yang cukup ramai.
"Coba makan di sini aja mau?"
"Mau lah!" jawab Alea. "Yang penting kan sama Abang!" lanjut Alea tersipu malu dengan ucapannya sendiri sambil turun dari motor Ardhan.
"Itu artinya yang penting sama - sama!" ucap Ardhan. "Aku juga akan malas kalau jauh - jauh ke sini hanya makan sendirian!"
"Hehe!" Alea tersenyum sambil melepas helmnya.
"Ayo!" ajak Ardhan.
Mereka masuk ke warung nasi bebek itu, dan memilih duduk lesehan setelah memesan makan dan minum.
"Abang, teman - teman Abang mulai tau hubungan kita?" tanya Alea.
"Iya!" jawab Ardhan. "Dari Leony! dia kan temannya Dimas!"
"Oh! gadis yang waktu di mall itu?"
"Iya!" Ardhan mengangguk.
"Abang tidak tertarik dengan Leony?" tanya Alea.
"Nggak!"
"Masa? secara dia kan cantik, putih, glowing!" ucap Alea.
"Apapun kelebihannya kalau tidak tertarik ya tidak mungkin suka!"
"Berarti Abang tertarik sama Alea?" tanya Alea ragu tapi kepo.
"Kalau tidak untuk apa hubungan ini ada?" tanya Ardhan balik.
"Hehe, iya sih"
"Paham kan?"
"Iya!" jawab Alea, "Sebelum dengan ku, Abang pacaran sama siapa?" tanya Alea sembari menunggu pesanan datang.
"Teman sekelas waktu SMK!"
"Kenapa putus?" tanya Alea.
"Nggak putus, dia di jodohkan beberapa bulan setelah kami lulus SMK!"
"Hah? itu terakhir?"
"Iya!"
"Setelah itu?"
"Sama kamu!"
"Berarti Abang jomblo bertahun - tahun?"
"Iya!" jawab Ardhan dengan gelak tawanya.
"Sebelum dengan dia?"
"Pas aku kelas satu SMP aku pacaran dengan teman satu kelasku saat masih SD"
"Putusnya kenapa?"
"Nggak putus juga!" jawab Ardhan.
"Terus?"
"Karena dia pindah ke Kalimantan, dan waktu itu belum ada ponsel! jadi berakhir begitu saja"
"Oh!' Alea mengangguk. "Berarti Abang masih punya dua pacar non aktif dong!" canda Alea.
"Hahah! entahlah kamu sebut apa itu!" ucap Ardhan, "kalau kamu?"
"Ya begitulah! diputusin karena punya yang baru sekitar satu atau dua tahun lalu lah! lupa!" jawab Alea yang malas mengenang masa lalunya.
"Oh!" Ardhan mengangguk.
"Kuta berbanding terbalik ya, Bang!" ucap Alea
"Maksudnya?" tanya Ardhan.
"Abang nggak pernah putus, sedang aku? di putusin dua kali!" ucap Alea memanyunkan bibirnya.
"Hahah!" Ardhan tergelak melihat ekspresi wajah Alea.
"Kalau Abang mutusin Alea, berarti tiga kali Alea di putusin dan nggak pernah mutusin!" ucap Alea tanpa alasan.
"Kenapa kamu bisa punya pikiran seperti itu?" tanya Ardhan yang tidak suka dengan kalimat Alea.
"Bukan apa - apa sih, Bang! Alea hanya masih sedikit trauma patah hati! hehe!" jawab Alea dengan senyum kikuk.
Ardhan menghela nafasnya, sampai akhirnya pesanan mereka datang.
Ardhan menyantap makanannya dengan hati yang masih di penuhi pertanyaan. Apakan Alea belum yakin dengannya. Kalau iya, apa yang harus ia lakukan untuk meyakinkan Alea.
Sampai akhirnya makan malam pesanan mereka tandas. Menyisakan piring kotor dan tulang belulang bebek goreng.
"Mau langsung pulang atau jalan - jalan dulu?" tanya Ardhan setelah meneguk habis es teh pesanannya.
"Emm.." Alea melirik jam tangan di pergelangan tangan kirinya. "Udah hampir setengah dua belas, Bang! pulang aja gimana?"
"Boleh!" jawab Ardhan.
"Tapi jalannya pelan - pelan aja!" ucap Alea.
"Kenapa?"
"Biar lama nyampeknya! sekalian menikmati sepinya jalan raya saat tengah malam!"
"Haha! bolehlah! ayo!"
Ardhan berdiri dari duduknya dan membayar makanan mereka. Lalu pergi dari warung sederhana itu.
Alea kembali duduk di belakang Ardhan. Menghirup udara malam dan juga semilir bau parfum Ardhan.
Dinginnya udara dan angin malam, membuat tangan mereka yang tidak memakai sarung tangan kedinginan. Dan untuk pertama kalinya, Dengan reflek Alea memasukkan kedua telapak tangannya ke saku jaket Ardhan.
Ardhan sedikit shock, tapi seulas senyuman tipis terbit di bibirnya. Ardhan melirik sekilas kedua tangan Alea yang berada di dalam saku jaketnya.
Ardhan semakin memperlambat laju motornya. Agar semakin lama merasakan kehangatan yang tercipta secara tidak langsung itu.
Jam dua belas lebih seperempat, barulah Ardhan sampai di depan kost Alea. Alea turun dari motor dan langsung menghadap Ardhan.
"Makasih makan malam ya, Abang!" ucap Alea.
"Jangan pernah ucapkan terima kasih!" jawab Ardhan. "Dengan kamu setia sama aku, itu sudah lebih cukup dari apapun!" lanjut Ardhan.
"Heheh" Alea meringis mendengar kalimat Ardhan yang seolah mengikat hatinya.
"Aku balik dulu, buruan istirahat!" ucap Ardhan.
"Siap bos!" jawab Alea mengangkat tangan kanan hormat. "Hati - hati Abang sayang!" ucap Alea.
"Iya, Ayank!" jawab Ardhan. "Deket doang!"
"Tetap saja harus hati - hati!" ucap Alea.
"Iya - iyaa! daa daa!" jawab Ardhan sembari memutar motornya.
"Daa..daaa!" Alea melambaikan tangannya.
"Masuk sana!" ucap Ardhan.
"Tunggu Abang pergi!"
"Jangan!" ucap Ardhan. "Masuk!" perintah Ardhan tegas.
"Iyaa...iyaa!" Akhirnya Alea membuka gembok pagar besi kost - kost an nya dan kembali menguncinya setelah masuk.
"Masuk!" ucap Ardhan saat Alea justru berdiri di balik pagar.
"Iyaa - iya Abang!" ucap Alea sembari masuk ke dalam lorong kost nya.
Ardhan melajukan motor setelah memastikan Alea masuk ke dalam kamarnya.
Sedang Alea sedari tadi masih berusaha mendengar suara motor Ardhan yang mulai terdengar semakin jauh.
"Ah! si Abang montir semakin hari semakin membuat ku jatuh cinta!" gumam Alea sembari melepas jaketnya.
"Nggak nyangka ya! impian ku waktu itu terwujud begitu cepat!" lanjut Alea sembari mengganti bajunya dengan baju tidur.
"Eh! tapi gimana ya hubungan Bang Ardhan dan Bang Fahry setelah kabar jadian kami menyebar?" gumam Alea.
"Apa mereka bertengkar?" tanya Alea.
"Kenapa aku tadi nggak tanya sih!" gumam Alea menjatuhkan tubuhnya di tempat tidur.
Alea menatap langit - langit kamarnya yang hanay ada satu lampu.
"Semoga hubungan ku dan Bang Ardhan awet! tidak seperti sebelum - sebelumnya!"
# # # # # #
Beberapa minggu kemudian . . .
Untuk pertama kali, Ardhan dan Alea pulang bersama. Karena mereka memang berasal dari kota yang sama, hanya beda kecamatan saja.
Ardhan memarkirkan motornya di depan rumah Alea. Rumah sederhana bercat putih dan abu - abu gelap. Rumah yang tidak terlalu mewah, tapi untuk ukuran di kampung itu termasuk cukup bagus di banding sekitarnya.
Alea turun dari motor dan langsung mengajak Ardhan masuk ke terasnya. Dimana sudah ada Ibunya yang kepo dengan siapa Alea pulang.
"Assalammualaikum!" sapa Alea pada Ibunya.
"Wa'alaikum salam!" jawab Ibu Alea.
"Assalammualaikum?" sapa Ardhan lembut.
"Wa'alaikum salam!" jawab Ibu. "Siapa dia Alea?" tanya Ibu Alea.
"Kenalin, Bu, namanya Bang Ardhan!" jawab Alea.
"Pacar kamu?" tebak ibunya.
"Heheh, ya gitulah, Bu!" jawab Alea malu - malu.
"Ya sudah masuk yuk, Nak!" ucap Ibu Alea.
"Terima kasih, Tante!" ucap Ardhan.
.
.
.
•√•√•√•√•√•√•√•√•√•√•√•√•√
...Bisa nebak nggak, apa yang akan di lakukan Ardhan di rumah Alea? 🌸🌸🌸...
...Komentar ya kakak? 🥳🥳...
...Happy reading 🌹🌹🌹...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Aumy Re
halo ka..
aku mampir baca lagi ya
semangat up...💪💪
2022-03-28
1
Hiatus
jejak dl ya kk🤗😘
2022-01-23
1
꧁༺Clemira_Ayumna༻꧂
ngelamar Alea
2022-01-22
3