Sepulang dari mall bersama Ibram dan Naomi, Alea langsung pulang ke kost nya. Alea memarkirkan motornya tepat di depan kamarnya.
Sebuah kamar berukuran 3 kali 4 meter, dengan sebuah kamar mandi super berukuran 1 kali 1,5 meter di dalamnya.
Kamar kost Alea, bercat putih dan di hias oleh Alea sendiri dengan beberapa pajangan foto dan lampu kerlap - kerlip.
Sebuah kipas angin menempel di dinding kamarnya. Tak lupa juga ada sebuah jam dinding berwarna lemon, dengan gambar bunga mawar sebagai background nya.
Alea meletakkan tas ransel kecil dan beberapa belanjaan untuk kostnya, yang dia beli di supermarket yang ada di mall tadi.
Dia segera bergegas mandi, karena jam sudah menunjukkan pukul 7 malam waktu setempat. Tak butuh waktu lama bagi gadis yang sudah jomblo hampir dua tahun itu untuk mandi. Baginya, untuk apa mandi bersih dan dandan cantik, toh aku jomblo!.
Alea mengganti handuk yang melilit di tubuhnya dengan satu set baju tidur bergambar kartun kucing, berwarna pink. Baju tidur remaja tanpa lengan, dan juga celana pendek di atas lutut.
Karena baju tidur seperti itu bagi Alea sangat cocok untuk tidur di ruangannya yang tidak ber AC, bahkan cenderung gerah walau kipas angin sudah menyala. Maklum udara ibukota selalu panas dan gerah.
Alea menyisir rambutnya di depan sebuah cermin yang menempel di dinding. Dengan rak rias 3 susun di sampingnya. Alea mengikat asal rambutnya itu.
Ting!
Sebuah pesan masuk ke ponsel Alea yang masih di dalam tas ranselnya. Alea mengambil ponselnya dan membawanya ke kasur yang tanpa dipan itu.
"Bang Fahry?" gumam Alea membaca pengirim pesan.
Fahry : Lagi dimana?
Alea : Di kost, Bang!
Fahry : Sudah makan?
Alea : Tadi sudah jajan!
Fahry : Jajan apa?
Alea : Ayam fillet
Fahry : Cuma itu?
Alea : Iya, Bang
Fahry : Harusnya kamu makan nasi, jangan makan camilan doang! makanan seperti itu tidak bagus untuk tubuh kamu. Apalagi kamu sering makan makanan seperti itu! Makan nasi gih!
Tuh kan mulai cerewet nih orang!
Batin Alea.
Alea : Males keluar, Bang!
Balas Alea dengan malas.
Alea langsung melempar ponselnya ke bantal di sebelahnya, lalu menyalakan TV LED 24" yang menempel di dinding tepat di depannya berbaring sekarang.
Alea hanya menekan - nekan remote di tangannya. Tak ada satupun tayangan TV yang menarik perhatiannya.
Setengah jam berlalu, Alea meraih kembali ponselnya. Dan tak ada lagi chat dari Fahry.
Tumben gak balas lagi!
Ucap Alea dalam hati.
Namun tiba - tiba sebuah panggilan masuk ke ponselnya.
"Ngapain ini orang telfon!" gumam Alea kesal karena Fahry justru menelponnya.
"Halo?" jawab Alea.
"Assalammualaikum?" ucap Fahry.
"Wa'allaikum salam!" jawab Alea.
"Keluar gih!"
"Kemana?" tanya Alea bingung.
"Aku di depan kost kamu! ini aku bawakan nasi bebek buat kamu!"
"What!" pekik Alea.
"Buruan!"
"Iya iya!"
Alea langsung mematikan panggilan ponselnya. Tanpa pikir panjang, Alea keluar kamar kost dengan tampilan apa adanya.
Alea berjalan mendekati gerbang kost. Terlihat samar - samar seorang laki - laki berusia empat tahun lebih tua dari Alea, sedang duduk di atas motornya sambil mengotak - atik ponselnya.
"Ngapain repot - repot sih Bang?" tanya Alea sembari membuka gembok gerbang.
Spontan Fahry menoleh Alea. Fahry melihat penampilan Alea dari ujung kaki hingga ujung kepala.
"Kamu tidak malu keluar pakai baju seperti itu?" hardik Fahry.
"What!" pekik Alea yang bingung. "Karena aku tadi mau tidur Bang, jadi aku pakai baju tidur!" jawab Alea.
"Kan banyak yang baju piyama yang ada lengannya, dan celananya juga panjang"
"Di kamar kost kan gerah Bang, di rumah aku juga terbiasa tidur dengan pakaian seperti ini!"
"Tapi kamu keluar kamar pakai baju seperti ini!"
Kenapa sih nih orang! namanya tadi juga buru - buru!
Batin Alea sedikit kesal.
"Kan tadi buru - buru, Abang mendadak telfon!"
"Alasan kamu!" ucap Fahry kesal.
"Ck!" Alea berdecih kesal. "Jadi nggak tuh nasi bebeknya buat aku?" tanya Alea mencoba tetap bicara dengan sopan.
Fahry meraih nasi bebek yang menggelantung di plastik dan memberikan pada Alea.
"Nih!" ucap Fahry.
"Ikhlas nggak nih?" tanya Alea, karena nada bicara Fahry seperti orang kesal.
"Ikhlas!" jawab Fahry yang langsung menyalakan mesin motornya. "Lain kali kalau keluar pakai baju yang sopan! Nggak bagus di lihat banyak mata laki - laki yang lewat!" ucap Fahry menunjuk jalanan gang yang sudah sepi.
"Iya!" jawab Alea tanpa membantah.
Lagian ini kan kost putri di gang sempit! siapa yang lewat!
Ucap Alea dalam hati.
"Aku balik dulu!" ucap Fahry sembari melajukan motornya tanpa menunggu jawaban Alea.
"Iya!" jawab Alea menatap punggung Fahry yang berlalu dari depan kost an.
Alea kembali mengunci gerbang dan membawa nasi bebeknya masuk ke dalam kamar.
"Orang aneh! kalau dari awal tidak suka dengan ku yang tidak berhijab, dengan penampilan seadanya begini, kenapa terus menerus mepet aku sih!" gumam Alea.
"Kalau ingin merubah gadis netral seperti ku menjadi seperti ustadzah harusnya pelan - pelan dong, Abang! pendekatan yang baik dan tidak memaksa tanpa ikatan!" lanjutnya.
"Di tuntun pelan - pelan, di ajari, di modali bajunya! di nikahi dulu, terus baru di ajarkan jadi istri soleha! tidak memaksakan kehendak seperti ini!"
"Tapi perhatian juga ya? tiba - tiba ngirim makanan begini!" lanjutnya bergumam mengangkat kantong plastik berisi bungkusan nasi bebek.
"Makan ah, daripada mubasir!" ucap Alea yang langsung segera mencuci tangan di kamar mandinya.
Alea melahap makanannya dengan sangat lahap. Sampai sebungkus nasi bebek itu tandas.
"Alhamdulillah!" ucap Alea setelah makanan itu benar - benar ludes. "Mana ada makanan gratis tidak enak! heheh!" gumam Alea sambil merapikan sisa makanannya.
"Maaf ya Bang! barang kali tadi jadi nggak ikhlas gara - gara aku pakek baju tidur! udah terlanjur habis! hehe!" lanjutnya terkekeh.
# # # # # #
Di warung kopi sederhana, tepatnya di perempatan jalan dekat bengkel, anak - anak bengkel AutoGalaxy yang tinggal di mess tengah berkumpul. Untuk menghabiskan waktu senggang mereka sambil bermain game online yang tengah trend masa itu.
"Dari mana, Ry?" tanya Dimas pada Fahry yang baru saja memarkirkan motornya.
"Nganter makanan untuk Alea!" jawab Fahry sambil duduk di kursi depan Dimas.
"Serius amat deketin Alea?" sahut Eza, laki - laki berambut hitam keriting, berusia 26 tahun, tapi belum menikah.
"Aku niat perjuangin dia, tapi sepertinya dia tidak suka dengan ku!"
"Dari mana kamu tau?" tanya Dimas. Dimas berusia 24 tahun sama seperti Fahry.
"Dia tidak mau mendengarkan kata - kata ku sama sekali!" jawab Fahry.
"Maksudnya gimana tuh?" tanya Eza.
"Sampai sekarang dia kerja tidak berhijab kan?" tanya balik Fahry, "tadi di kost, dia keluar nemuin aku pakai baju tidur! Yaa ampun!" ucap Fahry.
"Bukan begitu caranya bimbing cewek biar bisa nurut Ry!" sahut Mang Ale, pemilik warkop.
"Terus?" tanya Fahry.
"Biarin aja dulu! dekati pelan - pelan, jangan di kekang, lalu ajak nikah. Setelah menikah baru dia akan memiliki pikiran untuk menuruti ucapan kamu! pasti akan mematuhi ucapan suaminya!" jelas Mang Ale. "Tapi jangan di paksa! cewek itu tidak suka di paksa, sukanya di dukung, terus lama - lama dia akan memperbaiki dirinya seperti yang kamu mau, tanpa kamu minta!" lanjut Mang Ale.
"Betul tuh!" sahut Eza.
Fahry tampak menarik nafasnya dalam. Dia mencerna ucapan Mang Ale.
"Tapi aku benar - benar tidak suka Mang, auratnya kelihatan! kemana - mana tidak pakai hijab, bahkan di kost nya seperti itu!"
"Namanya juga masih usia segitu, Ry!" sahut Dimas. "Anak muda masih mencari jati dirinya!"
"Iya!" sahut Eza.
"Contohnya bini Mang Ale tuh!" ucap Dimas. "Dulu saat awal - awal kita di sini juga nggak pakai kerudung ya kan, Mang?"
"Iya!" jawab Mang Ale. "Sejak anak pertama minta masuk pesantren setelah lulus SD, akhirnya istri Mang Ale berhijab!" jelas Mang Ale. "Sudah tiga tahun dia berhijab! alhamdulillah!" ucap laki - laki berusia 44 tahun itu.
Fahry hanya mendengarkan penjelasan Mang Ale. Dalam dirinya hanya ingin gadis yang di dekatinya segera menutup aurat dan menuruti kata - katanya. Kelamaan kalau harus nunggu punya anak yang masuk pesantren pikirnya.
"Kalau kamu tidak suka cara seperti itu, ya sebaiknya kamu cari saja gadis dari pesantren! pasti sudah berhijab sejak mereka masuk pesantren!" lanjut Mang Ale.
"Nah! betul!" sahut Dimas dan Eza.
Lagi - lagi Fahry hanya menghela nafas. Eza dan Dimas saling tatap, seolah enggan berkata - kata lagi pada Fahry yang keras kepala.
"Dhan! diam aja dari tadi!" ucap Eza pada Ardhan yang sedari tadi hanya mendengarkan obrolan orang - orang itu sambil menikmati kopi dan rokoknya.
"Lalu aku harus ngomong apa!" sahut Ardhan, laki - laki humoris tapi tak suka ikut campur urusan pribadi teman - temannya.
"Iya juga sih! Bang Ardhan kan nggak pernah dekat sama cewek!" sahut Dimas.
"Cewek cuma bikin pusing!" sahut Ardhan. Laki - laki dengan tinggi 168 cm, berambut hitam, berusia 26 tahun dan juga belum menikah.
"Ingat umur coy!" sahut Eza. "Udah 26 belum juga cari cewek! mau nikah umur berapa kau!" lanjut Eza.
"Kau saja belum menikah!" sahut Ardhan.
"Tapi kan aku sudah punya pacar! tinggal lamar!"
"Ck!" Ardhan berdecih.
"Bang Ardhan mau nggak, aku kenalin ama cewek?" tanya Dimas pada Ardhan.
"Siapa?"
"Namanya Leony, siapa tau jodoh!" ucap Dimas.
"Males!" jawab Ardhan.
"Dia cantik, Bang!" lanjut Dimas, "temen aku waktu masih kerja di bengkel kecil dulu!"
"Dia montir?" sahut Eza kepo.
"Bukanlah!" jawab Dimas cepat, "dia dulu jaga toko onderdilnya, aku di bengkelnya!" jelas Dimas.
"Oh!" Eza mengangguk.
"Jadi gimana, Bang?" tanya Dimas lagi pada Ardhan.
"Tau ah, males kenalan! kalau jodoh pasti datang sendiri!" jawab Ardhan.
"Ah, Bang Ardhan mah payah!" ucap Dimas, "Empat tahun kita kenal, belum sekalipun aku lihat Bang Ardhan dekat sama cewek!" lanjut Dimas.
"Penting banget gitu?" tanya Ardhan.
"Ardhan tuh cowok setia! dia males kalau buat gonta - ganti cewek! mau satu langsung nikah!" sahut Eza menyindir entah itu benar atau tidak.
"Bagus tuh!" sahut Mang Ale.
Ardhan hanya asyik dengan game online nya. Dia sangat cuek dengan obrolan orang - orang di sekitarnya.
Mereka semua tinggal di mess yang ada di lantai dua bengkel. Mereka semua berasal dari daerah yang berbeda - beda. Di antara mereka berempat, hanya Eza yang asli ibukota, tapi dia paling suka kumpul dengan teman - temannya di warkop itu.
Biasanya jumlah mereka lebih banyak dari itu. Karena montir di bengkel itu juga cukup banyak. Dari semua montir, hanya empat orang yang asli Ibukota. Selebihnya berasal dari luar kota, dan tinggal di mess yang di sediakan perusahaan.
.
.
.
.
.
•√•√•√•√•√•√•√•√•√•√•√•√•√•√•√
Bagaimana kelanjutannya?
Jangan lupa tinggalkan like dan komentarnya dulu ya Kakak 🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Follow ig : tinatina3627
saling dukung kak
2022-03-05
0
Lee
Hampir mirip dengan kisahku thor! jdi brnostalgia deh...
2022-02-20
1