Chapter 20

Chapter 20

Satu minggu sudah, Alin berada di rumah sakit untuk memulihkan semua luka-lukanya. Luka bekas cambukan yang bertebaran di tubuhnya meninggalkan bekas yang mengerikan. Kemudian dokter menyarankan untuk berkonsultasi dengan dokter kulit terbaik di rumah sakit itu. Belum lagi bekas luka dipunggungnya yang terbuka kembali dan mengakibatkan infeksi karena tidak ditangani dengan baik ketika masih berada di villa Hans, membuat Alin tidak bisa bangun dari tempat tidur,  untuk sekedar duduk pun dia sangat kesulitan. Setelah semua luka-lukanya mengering dan pulih, Alin menjalani terapi di punggungnya agar bisa duduk dan berjalan kembali. Selain luka luar tersebut, Alin mengalami gangguan pernafasan dan membuatnya sesak nafas ketika berada di tempat berdebu, dingin ataupun ketika dia ketakutan. Hal ini membuat Kenzo menjadi sedih dan merasa bersalah karena tidak segera menolong istrinya, Alin mengusap lengan kekar suaminya, memberitahukan bahwa semua akan baik-baik saja, ke depannya Alin akan lebih berhati-hati. Dengan setia Kenzo selalu mendampingi istrinya menjalani setiap treatment  yang dia jalani. Kenzo mengambil cuti selama satu bulan untuk fokus merawat Alin, tentu saja dia menggunakan alasan lain.  Bahkan dia melupakan pernikahan sahabat baiknya, Glen. Pria itu kini tengah berada di depan apartement Kenzo dan mendapati bahwa apartement itu tidak ada penghuninya. Suasananya sangat sepi padahal beberapa hari yang lalu masih ada beberapa orang yang berlalu lalang. Glen meraih ponselnya dan menghubungi sahabatnya itu namun tidak di angkat. Akhirnya dia memutuskan untuk ke rumah keluarga Xu sekalian menyerahkan undangan untuk orang tuanya Kenzo.

Sesampainya di sana, Glen disambut hangat oleh pasangan suami istri berusia setengah abad itu. Glen

segera menyerahkan undangan pernikahananya kepada ayah dan ibunya Kenzo dan juga menitipkan undangan khusus untuk sahabatnya. Tuan Xu heran tumben Glen menitipkan sesuatu untuk putranya, biasanya mereka selalu bersama dan sering bertemu.

“Tumben sekali kamu menitipkan sesuatu untuk Kenzo kepada om nak, memangnya kamu tidak bertemu dengan Kenzo?” tanya tuan Xu.

“Tidak om, tadi Glen sudah ke apartementnya tetaapi sepi, bahkan bibi juga nggak ada, di markas militer juga nggak ada,” jawab Glen.

“Oh mungkin dia lagi ikut kakaknya, nanti om sampaikan ke Kenzo nak dan selamat ya akhirnya kamu akan

punya pasangan, om dan tante mendo’akan yang terbaik untukkalian berdua,” kata nyonya Xu alias ibunya Jonathan dan Kenzo.

“Terima kasih om dan tante, oh iya kapan kak Jo pulang? Tumben nggak ada kabar, Kenzo juga nggak kasih tahu ke Glen om,” kata Glen.

“Ya udah 2 mingguan dia pulangnya, entahlah om aja kaget dia pulang nggak ngabarin juga, tiba-tiba aja datang ke rumah, oh iya sampaikan salam hangat dari kami ke papa mama mu ya!” kata tuan Xu.

“Siap  om, ya sudah om, nanti kak Jo diajak juga ke pernikahan Glen dan maaf om tante Glen nggak bisa lama karena harus mengurus beberapa hal yang lainnya,” kata Glen kemudian bangkit dari duduknya diikuti tuan dan nyonya Xu.

Glen menyalami tangan kedua orangtua itu dan bergegas pamit pulang ke kediamannya. Orangtua Kenzo mengantar kepergian pria tampan itu sampai ke depan rumah. Setelah mobil Glen hilang dari pandangan mereka, tuan Xu segera meraih ponselnya dan menghubungi Jonathan. Beliau bertanya apakah Kenzo berada bersamanya atau tidak? Jonathan menjawab jika dirinya sedang mengurus bisnis ke luar kota dan Kenzo tidak bersamanya. Tuan Xu mengakhiri panggilan telepon itu dengan perasaan heran dan penasaran, dimana keberadaan putra keduanya saat ini? Tidak biasanya dia menghilang tanpa berpamitan atau memberitahukan dimana posisinya. Biasanya jika Kenzo akan berangkat menjalankan misi, dia akan memberitahu orangtuanya melalui pesan singkat. Kemudian beliau mencoba menelpon Kenzo namun lagi-lagi tidak diangkat.

Sedankan Kenzo kini tengah menemani Alin melakukan terapi untuk punggungnya, untuk saat ini Alin sudah

bisa duduk walau masih bersandar. Infeksi yang dialami Alin mempengaruhi saraf dipunggungnya dimana itu juga berpengaruh ke kakinya. Virus dari infeksi itu menyebabkan pembengkakan di tulang belakang dan menjepit saraf tulang punggungnya sehingga mengakibatkan Alin susah untuk duduk dan berjalan. Tetapi hal ini bukan berarti Alin menjadi lumpuh, setelah menjalani beberapa terapi dan pengobatan, dokter mengatakan kemungkinan untuk sembuh masih besar. Alin juga punya semangat besar untuk sembuh, walau terapi dan pengobatan yang dilakukan amat menyakitkan tetapi dengan suami di sisinya, dia tidak memperdulikan semua rasa sakit itu. Raut wajah sedih dan bersalah yang Alin lihat beberapa hari yang lalu malah yang membuatnya menjadi lemah. Demi melihat senyum bahagia dari suaminya, Alin menjalani semua proses itu dengan senang hati.

Saat malam hari setelah menemani Alin tidur, Kenzo baru menyentuh benda pipih yang bernama ponsel itu. Dia

terbelalak melihat begitu banyaknya panggilan  masuk di ponselnya. Mulai dari Glen, ayahnya, kakaknya dan beberapa orang lainnya. Tumben sekali dia ditelpon berkali-kali, Kenzo pun lansung menelfon balik sahabatnya, panggilan telefonnya baru diangkat setelah beberapa kali berdering.

“Hallo, kemana aja bro, dicariin daritadi pagi, di telfon nggak diangkat, inget kan kalo besok lusa aku mau nikah?” tanya Glen.

“Aku di rumah sakit, seharian nggak pegang ponsel, iya-iya aku inget kok aku pasti datang, eh tapi ayah sama ibuku pasti datang kan?” tanya Kenzo.

“Hah siapa yang sakit bro? Atau istri mu udah hamil? Om sama tante pasti datang dong, emang kenapa? Kamu masih belum siap jika istri mu itu di ketahui oleh keluarga mu?” tanya Glen bertubi-tubi.

“Istriku mengalami insiden nanti aja aku ceritain kalo kita ngumpul, aku belum siap Glen, aku takut hal ini mempengaruhi istriku aku belum siap, apalagi istriku baru saja mengalami kejadian yang mengakibatkan mentalnya drop, kesehantannya juga menurun, jadi entahlah aku bisa membawanya ke acara pernikahan mu atau enggak,” kata Kenzo dengan nada galau.

“Aku sediain tempat khusus deh, agar istri mu bisa datang, atau bagaimana jika Alin datang tetapi sebagai sepupu jauhku, gimana? Biarkan Alin menghadiri pesta pernikahanku, biar dia nggak bosan di apartement mulu nggak ada temen,”  kata Glen memberi solusi.

“Hmm seperti itu juga bagus, aku akan berpura-pura menjemputnya ke bandara, eh tapikan walau bagaimanapun bagaimana jika ada yang mengenal wajah istriku? Terutama ayah dan ibuku,”  ucap Kenzo.

“Nggak akan, percaya sama aku, udah sepuluh tahun, kalaupun ayah mu atau ibu mu mengenalinya, tohmalah hal bagus sekalian diungkapin aja, gampangkan?” tanya Glen.

“Iya udah deh, begitu juga nggak papa, udah aku mau tidur ngantuk berat mau peluk istiku dulu, bye,”  kata Kenzo dengan nada yang terkesan lebay.

”Hahaha nggak ngaruh ke aku, sebentar lagi aku juga punya yang bisa aku peluk, aku cium, udah sana kalo mau  tidur,”  ucap Glen kemudian mematikan sambungan telefon di ponselnya.

Kenzo beranjak menuju ranjang istrinya dan berbaring di sebelahnya, dengan hati-hati Kenzo memiringkan tubuh Alin menghadap ke arahnya. Tak butuh waktu lama dia telah jatuh terlelap menyusul istrinya menuju alam mimpi sambil memeluk istrinya dengan perasaan bahagia. Keesokan paginya, Alin terbangun dengan aroma mint khas suaminya menguar di hidungnya, ternyata dia terbangun masih di pelukan Kenzo. Pria tampan itu memeluknya sepanjang malam, tidak membiarkan hawa dingin mendekati tubuh istrinya. Ah alangkah bahagianya jika setiap pagi saat membuka mata, selalu mendapati wajah tampan suaminya di hadapannya. Perasaan seperti itu sangat berharga, dengan perlahan Alin menyentuh alis tebal dan juga mata yang tertutup itu dengan senyum manis tersemat di bibir mungilnya. Perlahan jemarinya turun menelusuri garis tegas yang ditumbuhi jambang tipis itu, walau agak tidak terawat tetapi ketampanan pria bernama Kenzo Xu itu tak sedikitpun berkurang. Kemudian jemari lentik itu tiba di bibir kenyal nan seksi itu, seketika ingatannya kembali ke adegan dimana dia menyerahkan kesuciannya kepada Kenzo. Wajahnya langsung merah merona dengan senyum malu-malu tanpa menyadari jika suaminya tengah menatap dirinya.  Ketika pandangan mata Alin bertemu dengan pandangan mata suaminya, wajahnya menjadi semakin merona karena malu. Kenzo tau apa yang dipikirkan istrinya ketika jemari lentik itu menyentuh bibirnya.

Bersambung.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!