Anak buah Hans menyadari jika apartement tempat Alin tinggal telah di jaga oleh 3 bodyguard. Keberadaan mereka telah diketahui dengan cepat, mereka belum sempat menyelidiki lebih jauh tentang tempat itu. Mereka hanya tahu jika laki-laki yang bersama Alin adalah Kenzo yang seorang tentara bergelar kapten, tentu saja mereka tidak berani bertindak gegabah. Siapa yang tidak mengenal nama dan kehebatan seorang Kenzo. Mereka tidak mau ambil resiko dan mati konyol di tangan Kenzo, apalagi dengan kedatangan 3 bodyguard yang kini tengah mondar mandir di depan unit apartement Alin.
“Bagaimana ini bos, ternyata laki-laki yang melindungi nona Alin adalah kapten Kenzo,” lapor salah satu anak buah Kenzo.
“Sial! Bagaimana bisa gadis itu bertemu dengannya, rencanaku akan semakin sulit untuk mendapatkan Alin kembali, arrggh... kalian kembali ke sini dulu nanti aku pikirkan caranya sambil menunggu kesempatan datang,” kata Hans emosi.
“Baik bos,” kata anak buah tersebut.
Ketika Kenzo pulang dinas, dia tidak menemukan satupun orang-orang yang sebelumnya mengawasi area apartementnya. Saat masuk Kenzo menemukan istrinya sedang tertawa sambil membuat kue bersama Nana Lin. Baru kali ini Kenzo melihat Alin tertawa selepas itu, biasanya hanya sebatas senyum manis yang Kenzo bisa lihat. Syukurlah jika Alin bahagia dengan kehadiran Nana Lin yang notabene adalah pembunuh no 1 di kelompok mafia kakaknya. Entahlah apa yang dipikirkan oleh Nana Lin ketika menerima dengan senang hati tawaran untuk menjaga istri dari adik si bos.
Melihat senyum dan mendengar tawa bahagia dari sang istri telah melenyapkan segala lelah dan beban yang menggelayut di diri Kenzo. Semua masalahnya seakan menguap tak bersisa dikalahkan terik pesona istrinya. Nana menyadari jika Kenzo berada di belakang mereka, dia segera pergi untuk memberikan ruang bagi sepasang suami istri yang beberapa lama ini berpisah. Tentu saja, Alin yang melihat suaminya telah pulang menjadi bertambah bahagia. Alin langsung berhamburan memeluk Kenzo dengan erat.
“Kau sudah pulang suamiku? Aku sangat rindu dengan mu,” kata Alin.
Kenzo tersenyum dan mengusap pucuk kepala Alin dengan lembut dan mengecupnya.”Tentu saja aku pulang, sekarang aku punya tujuan dan tempat untukku pulang, ada istri cantik dan imut di rumah.”
“Oh iya tadi aku sama kak Nana membuat kue, sana kamu mandi dulu! Sambil menunggu matang kuenya, seragamnya taruh aja di keranjang kotor aku akan langsung mencucinya,” perintah Alin.
“Iya-iya istri cantikku, oh iya bagaimana kalau kita mandi bareng aja,” goda Kenzo sambil mengedipkan satu matanya dengan genit.
Pipi Alin langsung memerah dan memalingkan wajahnya, suaminya itu selalu saja menggodanya. Alin dengan cepat mendorong pelan tubuh suaminya dan langsung kabur menyusul Nana ke balkon. Kenzo tertawa senang dengan reaksi imut istrinya dan segera beranjak menuju kamarnya untuk mandi. Dia ingin menyegarkan dirinya dengan berendam di bathup. Setelah sekitar 15 menit, Kenzo keluar dari kamar mandi dengan handuk kimono melekat di tubuhnya. Wajah tampan nan putih itu terlihat sangat seksi dengan air yang masih menetes dari rambutnya. Tubuh atletis, rahang tegas, kulit putih, bibir ranum, membuat siapa saja yang melihatnya pasti akan dengan suka rela menyerahkan dirinya di ranjang. Namun sejauh ini istrinya sendiri bahkan belum melihat tubuhnya selain wajahnya. Bahkan pernikahannya yang akan memasuki bulan ke 4 belum sekalipun melakukan malam pertama. Kenzo ingin menunggu istrinya dengan suka rela memberikan haknya kepada Kenzo, dia ingin menghormati istrinya.
Setelah berpakaian, Kenzo keluar dari kamarnya dan mencium bau harum yang menguar ke segala penjuru
apartementnya. Segera saja Kenzo berlari ke arah dapur dan mendapati Alin sedang memotong-motong kue yang telah matang ditemani oleh Nana dan si bibi. Setelah selesai, Alin segera membagikan kue tersebut kepada seluruh penghuni apartemetnya dan juga menata beberapa menu makanan di meja untuk suaminya. Kenzo pun langsung membantu istrinya membawa beberapa lauk pauk ke meja. Setelah selesai membagikan kue ke para bodyguard, Alin segera beranjak ke meja makan untuk menemani suaminya. Sedangkan Nana Lin kembali ke kamarnya agar tidak menganggu kemesraan sepasang suami istri itu. Alin hanya menatap suaminya
yang tengah makan dengan lahap, karena terus di tatap Kenzo pun menghentikan makannya.
“Kenapa kamu tidak makan dan malah menatapku?” tanya Kenzo lembut.
“Tidak apa-apa, beberapa hari ini tidak melihat mu rasanya sangat nyaman ketika menatap wajah mu yang tampan ini, lagi pula aku sudah makan tadi dengan kak Nana,” kata Alin sambil tersenyum memperlihatkan gigi gingsul dan lesung pipitnya.
“Kamu ini baru ditinggal beberapa hari kemampuan menggoda mu lumayan juga,” kata Kenzo sambil mencubit pelan pipi istrinya.
“Ih apaan sih sayang, ah nggak mood lagi deh jadinya,” kata Alin sambil cemberut.
“Gitu aja ngambek, tapi imut sekali kalo kamu ngambek, jadi pengen aku cubit deh pipinya, gembul gitu,” kata Kenzo.
Hari itu dihabiskan dengan canda dan tawa diantara Alin dan Kenzo. Menghabiskan waktu dengan orang yang sangat dicintai memang sangat menyenangkan dan bikin candu. Terkadang kebahagiaan sederhana seperti menemani makan, bercanda, bercerita, nonton tv bersama dan hal-hal semacamnya malah lebih berharga daripada memberi materi yang tak terhitung jumlahnya, tetapi itu balik lagi dari apa yang diinginkan oleh masing-masing orang. Apalagi untuk Kenzo yang menjadi seorang tentara khusus, yang waktunya lebih banyak di medan misi daripada bersama istrinya. Tentu saja Kenzo memanfaatkan waktu sebaik mungkin untuk selalu berada disamping Alin dan menemaninya di kala dia sedang libur.
Tidak ada yang tahu selain Glen di militer yang mengetahui tentang pernikahan Kenzo dengan Alin. Mereka hanya heran dengan kebiasaan Kenzo yang sekarang selalu pulang ke apartementnya. Masih banyak para pengaggum kapten Kenzo dikalangan tentara wanita di satuan komando militer yang belum mengetahui jika Kenzo memiliki seseorang yang di cintai. Jika mereka tahu, entahlah apa yang akan terjadi, mungkin akan ada demo mogok kerja, hahaha.
Kenzo jadi teringat dengan pembicaraannya dengan Glen setelah melaksanakan misi. Glen bercerita jika dirinya akan menikan 1 bulan ke depan. Mendengar hal itu, Kenzo pun tertawa karena ingat dengan perkataannya waktu Glen di suruh pulang cepat. Dia menghibur sahabatnya yang akan menikah namun wajahnya malah murung.
“Udahlah bro, nggak usah murung, orang mau nikah kok malah gitu, harusnya kamu itu semeng dan bahagia, inilah saatnya kamu melupakan Diana, kamu harus belajar mencintai calon istri mu kalo nggak kasian dia nanti,” kata Kenzo sambil menepuk pelan pundak Glen.
“Aih, iya-iya aku akan belajar mencintainya,” kata Glen.
“Tapi dipikir-pikir omonganku kok malah jadi kenyataan ya? Padahal waktu itu aku hanya bercanda mengatakannya,” kata Kenzo mencairkan suasana.
“Ya kamu pasti tahu dengan baik jika orang tua kita nggak ada angin nggak ada hujan tiba-tiba menelfon dan
menyuruh kita untuk pulang tanpa disebutkan alasannya, kamu kan udah pernah ngalamin, ya wajar aja dong kamu ngomong gitu,” kata Glen.
“Hmm bener juga, bahkan ayahku juga menelfonku kembali waktu aku makan dengan Alin dan membujukku untuk menikah dengan Tania, aku juga marah sih waktu itu karena ayah ngomong untuk melupakan Alin karena dia udah meninggal, haduh mana habis itu Alin jadi murung lagi,” kata Kenzo.
“Makanya kalo menikah tu pakai restu orang tua juga, dibawa ke rumah, lah diumpetin mulu ya mana tahu orang
tua mu itu Ken, mau sampai kapan istri mu mau di sembunyiin,” kata Glen sambil geleng-geleng kepala.
“Aku belum nemu momen yang pas, aku juga masih takut jika Alin keluar rumah, kemarin aja setelah pulang dari
makam ayahnya kami diikuti oleh beberapa orang dan juga di awasi, jadilah akumeminta kak Jo untuk mengirim beberapa bodyguard, aku sangat takut kehilangan Alin lagi,” kata Kenzo.
“Ya tapi kan seenggaknya kalo kamu pergi dinas begini Alin aman di rumah orang tua mu, ada yang nemenin, mama mu juga pasti seneng ada yang nemenin dia di rumah, kamu juga harus ngertiin perasaan Alin, pasti dia sangat kesepian di apartement hanya sama bibi dan bodyguard mu itu, udah saatnya ayah dan mama mu tahu dan enggak paksa kamu buat nikah sama orang lain lagi,” kata Glen menasehati sahabatnya.
“Hmm baiklah akan aku pikirkan lagi, tapi untuk waktu dekat ini tidak deh, ada banyak orang yang mengawasi
Alin saat ini dan aku yakin jika itu orang-orang dari kakeknya Alin atau nggakbisa jadi anak buah dari orang yang dijdihkan dengan Alin, situasinya sangat tidak memungkinkan untuk membawanya keluar sekarang,” kata Kenzo.
“Aku mendukung setiap keputusan yang kamu ambil, karena itu pasti yang terbaik untuk istri mu,” kata Glen.
“Terima kasih Glen,” ucap Kenzo.
“Sama-sama, oh iya saat pernikahanku apakah kamu bisa membawa kakak iparku ke sana?” tanya Glen.
“Akan aku usahakan,” kata Kenzo.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments