Pukul 7 malam, si bibi membangunkan Kenzo dan Alin untuk makan malam. Kenzo beranjak bangun dan segera membersihkan dirinya. Setelah selesai dia memakai handuk kimono, Kenzo beralih ke istrinya yang belum bisa
berjalan. Dia membawa Alin ke kamar mandi dan membungkus kakinya agar tidak terkena air. Kenzo membantu Alin untuk mandi, hal itu membuat Alin malu dan wajahnya memerah.
“A-aku bisa mandi sendiri, k-kau keluar saja jika tidak, nanti kamu akan ikut terkena air lagi,” kata Alin gugup.
“Tidak apa-apa, kamu kan istriku, wajar saja jika aku membantu mu mandi, sudah duduk yang tenang dan biarkan suami mu ini membantu mu,” kata Kenzo dengan senyum penuh arti.
Kenzo membuka satu persatu kain yang membalut tubuh putih istrinya. Alin dibuat semakin tak karuan, wajahnya semakin memerah, dia merasa malu. Walau bagaimanapun Alin masih wanita yang bersih dan polos, belum mengerti tentang percintaan dan adegan dewasa. Dia merasakan perasaan aneh dan tubuhnya seperti tersengat tatkala jemari hangat Kenzo menyentuhnya. Kini kenzo melihat setiap lekuk tubuh putih nan bersih dari Alin, dia berulang kali menelah ludahnya. Menahan gelora yang bergemuruh di tubuhnya, salah sendiri bersikeras membantu istrinya mandi. Sedangkan sang istri hanya memalingkan wajah merahnya dan tak berani menatap suaminya.
Setelah berkutat dengan air dan sabun, mereka berdua keluar dari kamar mandi. Setelah berpakaian, Kenzo mendudukkan Alin di sisi ranjang. Dia membantu Alin mengeringkan rambutnya menggunakan hairdryer, dengan telaten Kenzo mengarahkan benda tersebut ke arah rambut sang istri sambil menyisir rambut panjang nan hitam legam itu. Setelah kering, Kenzo menggendong Alin menuju ke ruang makan. Selesai makan, Kenzo menyuruh istrinya meminum obatnya dan mereka menikmati waktu berdua di balkon. Angin semilir menerpa wajah dan tubuh mereka, suasana malam yang cerah
mengiringi sepasang insan yang sedang kasmaran itu.
“Apa luka mu benar-benar sudah sembuh? Kenapa kamu tidak tinggal lebih lama di rumah sakit, setelah pulih baru pulang,” kata Alin sambil menikmati teh hangatnya.
“Ini hanya luka kecil saja, lagian sudah diobati, kamu ini ya, apa tidak rindu dengan suami tampan mu ini? Sehingga mengharapkanku masih di rumah sakit hah?” tanya Kenzo yang sedikit kesal dengan pertanyaan istrinya.
“Bukan begitu maksudku, aku hanya khawatir luka mu belum sembuh, luka tembak seperti itu kamu bilang luka kecil? Sekokoh apa diri mu itu?” kata Alin.
“Oh jadi kamu sangat mengkhawatirkan aku? Hey aku ini tentara khusus, sudah terbiasa terkena luka tembak, jadi luka ini adalah luka kesekian kalinya dan tidak usah khawatir, sudah ditangani dokter juga,” kata Kenzo.
“Hng, bandel emang kalo dibilangin, kalo nggak sembuh jangan nangis entar,” kata Alin kesal.
“Sayangku marah nih? Udah sini-sini, jangan ngambek dong yang,” kata Kenzo sambil menarik Alin ke pangkuannya.
Mereka menikmati keindahan malam nan cerah itu berdua. Bersenda gurau, melupakan sedikit beban di hati masing-masing. Si bibi yang mengintip dari balik jendela tersenyum, semoga kebahagiaan sederhana ini
bertahan selamanya. Dulu sebelum Alin datang ke apartement itu, suasanya selalu sepi, dingin, tak berpenghuni. Sangat jarang Kenzo pulang ke apartement itu, namun sekarang berbeda, ada seseorang yang menjadi tujuan dan tempat bagi Kenzo untuk pulang. Sayang, pernikahan mereka masih disembunyikan, entahlah apa yang
terjadi jika nyonya besar atau tuan besar datang ke apartement tiba-tiba. Haih hubungan antara Kenzo dan Alin sangat lah rumit, terdapat banyak ancaman bahaya disekitar mereka.
@@@@@@
Keadaan kakek Gu sangat memprihatinkan, keberadaan cucunya yang sampai saat ini belum ditemukan, membuat kakek Gu frustasi. Belum lagi masalah perusahaan dan juga kelompok mafianya yang sedang sibuk-sibuknya. Membuat kepalanya semakin pusing, beliau sering marah-marah nggak jelas yang membuat anak buahnya kewalahan. Serta masalah keluarga Hnas yang terus menuntut dan mendesak untuk segera menemukan Alin dan segera melangsungkan pernikahan. Kakek Gu terus berusaha mencari keberadaan cucu satu-satunya itu, semua beliau kerahkan untuk segera menemukan posisi Alin sekarang. Tetapi semua informasi
keberadaan Alin seperti hilang tanpa jejak, ada seseorang yang melindunginya. Dari caranya, jelas jika orang itu bukan orang sembarangan, harus ekstra hati-hati untuk menemukan Alin tanpa harus bersenggolan dengan orang ini.
Semua upaya yang telah dikerahkan sia-sia, kekuatan orang yang melindungi Alin sangat kuat. Para ahli IT di pihak kakek Gu tidak mampu melawan orang ini. Semua sistem dan juga yang berhubungan dengan Alin terputus semua, tidak ada jejak dan petunjuk sama sekali. Kakek Gu semakin penasaran siapa yang melindungi Alin saat ini. Semua itu masih menjadi misteri, hal ini membuat kakek Gu semakin frustasi dan marah, siapakah sebenarnya orang ini?
Dari pihak keluarga Hans juga berupaya untuk segera menemukan keberadaan Alin. Hans menyebar semua anak buahnya untuk mencari petunjuk tentang keberadaan Alin. Obsesinya terhadap Alin, membuatnya bertindak berlebihan dan terkesan gila. Dia tidak akan membiarkan Alin dimiliki oleh siapapun selain dirinya. Diajuga berencana untuk menyiksa Alin, karena telah berani kabur darinya. Setelah dia menemukan Alin, Hans akan membawanya jauh dari siapapun dan tidak akan membiarkan dia lari kembali. Kekejian dari keluarganya telah mendarah daging di diri Hans, didikan keras dan sifat manja yang ditanamkan sejak kecil oleh keluarganya telah membuat Hans memiliki sifat yang sangat buruk ini.
“Ayah, aku harus mendapatkan Alin sebagai istriku, setelah aku menemukannya, aku tak akan pernah melepaskanya ataupun memberi kesempatan dia untuk lari lagi, aku akan membawanya ke pulau pribadiku dan aku akan memberinya pelajaran yang tidak akan dia lupakan seumur hidupnya,” kata Hans dengan kilatan mata penuh nafsu dan kelickan.
“Terserah kau sajalah, ayah akan membantu mu sebisa ayah,” kata sang ayah.
@@@@@@
Semenjak Kenzo meninggalkan rumah dengan tergesa-gesa hari itu, dia tak pernah pulang kembali ke kediaman keluarga Xu. Setelah menolak mentah-mentah pertunangan dengan Tania Ou, Kenzo memilih untuk tidak lagi menghubungi keluarganya kecuali kakaknya, Jonathan Xu. Sang ayah sangat marah dengan sikap yang diambil oleh putranya. Beliau juga bingung harus menyampaikan apa kepada keluarga Tania Ou, sementara gadis itu terus mendesaknya. Ini tidak bisa dibiarkan, tuan Xu pun menghubungi putranya yang kini tengah makan siang
dengan istri tercinta di apartement. Dering ponsel menghentikan aktivitasnya dan melihat siapa yang menghubunginya. Ketika melihat nama yang tertera di layar ponselnya, kening Kenzo berkerut, tumben papanya menelfon.
“Hallo, ada apa pah?” tanya Kenzo setelah menekan simbol hijau tersebut.
“Kamu dimana sekarang?” tanya tuan Xu tanpa basa-basi.
“Aku di apartement sedang makan siang bersama...” hampir saja Kenzo keceplosan.
“Bersama siapa? Kekasih mu? Tumben pulang ke apartement? Biasanya juga selalu di markas,” tanya tuan Xu bertubi-tubi.
“Apaan sih pah kepo banget, udah deh papa mau apa sebenarnya?” tanya Kenzo tidak sabar serta
menghindari pertanyaan papanya.
“Dasar bocah nakal, sama orang tua kok ngomongnya begitu, hais sudahlah, papa mau tanya kamu
beneran nggak mau tunangan sama Tania? Dia itu gadis yang sangat baik, sopan, dan juga lembut, apalagi dia anak dari sahabat papa nak,” kata tuan Xu berusaha membujuk Kenzo.
“Sudah berapa kali aku bilang pah, aku nggak mau, kenapa nggak suruh kak Jo saja yang bertunangan dengan Tania, kenapa harus memaksa aku?” kata Kenzo marah.
“Tapi nak, Tania hanya mencintai kamu, lagian kakak mu itu masih di luar negeri ngurus bisnis, ayolah nak pertimbangkan lagi permintaan ayah,” kata tuan Xu memohon.
“Sekali tidak ya tidak pah, lagian aku sudah ada seseorang aku sangat aku cintai, jangan memaksaku
lagi, jika papa tetap memaksa, jangan pernah hubungi Ken lagi,” kata Kenzo emosi.
“Papa tahu jika kamu masih mencintai Alin, tetapi kamu harus rela nak, Alin sudah pergi untuk selamanya, jangan lagi kamu bersedih, sudah saatnya kamu menbuka hati mu untuk yang lain,” kata tuan Xu.
“Papa tidak tahu apa-apa tentang perasaanku, sudahlah, aku tahu apa terbaik untukku sendiri, jangan pernah lagi memaksaku untuk menikah ataupun bertunangan, kenapa papa tidak megurus kak Jo yang sampai saat ini belum menikah,” kata Kenzo dengan penuh penekanan.
“Baikah-baiklah, papa tidak akan mengganggu mu lagi, akan papa sampaikan kepada keluarga Tania, ya sudah sana lanjutkan makannya!” kata tuan Xu.
Kenzo tidak membalas perkataan papanya dan langsung menutup teleponnya begitu saja. Alin hanya menunduk sambil makan serta mendengarkan percakapan antara papanya Kenzo dengan suaminya. Ada rasa sesak yang dihatinya tatkala mendengar kata pertunangan. Tak terasa air matanya keluar perlahan, Alin semakin menunduk menyembunyikan rasa sesaknya. Tetapi Kenzo menyadari itu dan mengenggam tangan Alin.
“Tenang lah sayang, aku tidak akan meninggalkan mu, pertunangan itu tidak akan pernah terjadi dan aku minta maaf belum bisa mengenalkan mu kepada papa dan mamaku walaupun kalian pernah dekat dan mengenal satu sama lain di masa lalu, aku minta maaf sayang,” kata Kenzo.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments