Alin terbangun karena merasakan panas yang menyengat di sekitar tubuhnya. Alin melihat ke sekeliling kamarnya. Api dimana-mana. Asap memenuhi kamar Alin yang membuatnya sesak. Mata pedih dan perih, punggung Alin terasa sakit sekali. Alin menyentuh bagian punggungya. Darah menempel di tanganya. Alin terkejut hingga tubuhnya bergetar hebat.
“Alin, selamatkan hidup mu! Jangan pedulikan ayah nak, cepat lari dari sini! Sebentar lagi tempat ini akan meledak, sayang cepat tinggalkan tempat ini, kamu harus hidup! Jangan hiraukan ayah nak,” kata ayah Alin yang kini terduduk di samping tempat tidur Alin.
“A-ayah, aku akan menyelamatkan ayah, bertahanlah, Alin tidak akan meninggalkan ayah,” seru Alin panik dan menghampiri ayahnya.
“Jangan pedulikan ayah nak, cepat sebelum semuanya terlambat, ayah tidak akan memaafkan diri ayah jika kamu ikut tiada, demi ibu mu di atas sana, bertahan lah dan segera pergi dari sini, lihat luka di punggung mu, cepat sebelum kamu tidak bisa bangun lagi,” kata sang ayah sambil mendorong putrinya untuk segera lari.
Di tengah-tengah kobaran api, samar-samar Alin melihat seseorang yang sedang berlari ke arahnya. Awalnya dia tidak bisa melihat siapa itu. Kemudian ketika seseorang itu mendekat, wajah Alin langsung pias. Dia adalah kakeknya, Alin sangat takut untuk kembali.
“Akhirnya aku menemukan mu, ayo cepat kamu harus ikut kakek pergi, tidak ada gunanya kamu ikut ayah yang bahkan tidak bisa menjaga mu itu, kamu akan mati,” kata sang kakek sambil menarik tangan cucunya.
Alin menggeleng panik, tidak, dia tidak ingin kembali. Tetapi tangan kakeknya mencengkram tanganya dengan kuat. Alin meringis kesakita. Menahan sakit di tanganya,punggungnya yang terus mengeluarkan darah dan perih tak tertahankan, pandangannya terus tertuju kepada ayahnya yang kini sudah terbaring. Alin memberontak, dia terus memanggil ayahnya, tidak, jangan, jangan pergi. Alin berteriak kesetanan, peluh mengucur. Pandanganya mulai kabur, tangan yang satunya berusaha menggapai sang ayah.
Alin terlonjak karena suara ketakutan dan panik dari seseorang, “Alin,bangun sayang, ada apa? Apa kamu bermimpi buruk?”
“Hosh...hosh ayah di mana? Ayah sekarat, tolong ayahku!” kata Alin sambil menangis dan membuka matanya.
“Tenang sayang! Ini minum dulu!” kata Kenzo sambil menyodorkan segelas air putih yang langsung dihabiskan oleh Alin.
Kenzo baru pulang saat jarum jam menunjukkan angka 02.30 dini hari. Dia terkejut karena istrinya mengigau dan keringat membanjiri tubuhnya. Ternyata Alin tengah bermimpi buruk dan berteriak memanggil ayahnya. Nafas Alin masih memburu, wajahnya pias mengingat sosok kakeknya. Dia sangat takut jika suatu hari nanti kakeknya menemukan keberadaanya.Dia menangis memeluk suaminya.
“A-aku tidak mau kembali ke rumah itu, aku tidak punya kebebasan di sana, tolong jangan serahkan aku kepada kakekku!” racau Alin.
“Tidak akan ada yang akan membawa mu ke kakek mu, tenang sayang, ada aku di sini, jangan khawatir,” kata Kenzo sambil mendekap erat tubuh Alin yang gemetar.
“Dan ayah, aku sangat merindukanya, selama ini aku belum pernah berkunjung ke makam ayahku sendiri, betapa durhakanya aku, aku terlalu takut untuk pergi, kenapa aku penakut sekali jika berhadapan dengan kakek,” kata Alin yang membuat hati Kenzo sangat sakit.
“Betapa sulitnya kehidupan mu sayangku, tetapi aku janji akan membuat mu bahagia, nanti jika situasi sudah aman, akan aku antar kau menemui ayah mu,” kata Kenzo menenangkan Alin.
“Benarkah?” tanya Alin antusias.
“Hm,” sahut Kenzo.
“Oh iya, apa urusan militer mu sudah selesai?” tanya Alin.
“Sudah dong, sekarang lanjut tidur lagi!” perintah Kenzo.
Mereka melanjutkan tidur dengan Kenzo memeluk erat Alin. Tak lama, Alin telah terbuai di alam mimpinya. Merasakan nyaman yang mendebarkan hati. Bahkan Kenzo tidak mengganti seragamnya dan langsung tidur. Bahkan kepulangan Kenzo setelah rapat militer membuat rekan-rekannya apalagi sahabatnya karibnya heran sekaligus kaget. Biasanya Kenzo jarang sekali pulang ke apartementnya dan malah tidur di kantornya.
“Tumben ya? Akhir-akhir ini kapten sering pulang ke apartementnya, bahkan nggak pamitan sama kita seperti biasanya,” kata salah satu rekan Kenzo.
“Hmm, aku yang sahabat karibnya saja heran dengan tingkahnya akhir-akhir ini, apalagi kalian, ah sudahlah! Besok akan aku tanyakan padanya,” kata Josua, sahabat Kenzo yang pangkatnya berada satu tingkat di bawahnya Kenzo.
Rekan-rekan Kenzo bubar satu-persatu. Ada yang kembali ke asrama, kantor, ataupun ke rumah masing-masing. Mereka belum menyadari cincin yang melingkar di jari manis Kenzo. Cincin itulah yang menjadi alasan Kenzo sekarang sering pulang ke apartemennya. Ada gadis cantik nan manis yang selalu menunggukepulangannya. Mana tahan Kenzo tidak pulang.
Hari-hari berlalu, waktu berjalan dengan sangat cepat. Sudah 3 bulan lebih, Alin menjadi istri kesayangan Kenzo. Walau Kenzo nampak asing baginya, tetapi setiap kali Alin berada di dekat suaminya, dia akan merasakan
nyaman dan damai. Pesona Kenzo telah meluluhkan hati Alin yang tengah mengingat masa lalunya. Alin juga ingin mengungkap siapa sebenarnya yang membunuh ayahnya di masa lalu. Apa ini ada hubunganya dengan sang kakek? Beruntung Alin bertemu kembali dengan Kenzo. Dia selalu ada untuk menenangkan dan juga menemani Alin, kecuali ketika Kenzo pergi bekerja.
Pagi ini, Alin megantar Kenzo sampai depan pintu. Kenzo akan berangkat melaksanakan misi berbahaya. Di dalam hati Alin terselip rasakhawatir san juga cemas, serta bayang-bayang ayahnya yang pergi menggunakana
seragam yang sama dengan yang kini suaminya kenakan. Alin merasa takut, Kenzomenggengam erat tangan istrinya. Menyalurkan rasa tenang dan berkata semua akan baik-baik saja. Alin melepas Kenzo pergi dengan do’a selalu terucap dari bibirnya. Semoga tuhan melindunginya. Kenzo berbalik dan melambaikan tangan.
“Aku sangat mencintai mu, tunggu aku pulang ya?” teriak Kenzo dengan senyum manisnya.
Alin hanya mengangguk karena tak kuasa lagi untuk berkata-kata. Air mata telah membanjiri wajah putih nan ayu itu. Kenzo bergegas menuju markas sambil menggendong tas beratnya. Kini wajahnya berseri-seri, wajah
kusut itu telah hilang. Rekan-rekannya terheran dibuatnya. Baru kali ini wajah Kenzo terlihat bahagia ketika akan berangkat melaksanakan misi. Biasanya Kenzo akan berubah menjadi lebih pendiam, serius, dan tidak bisa diajak bercanda serta wajahnya akan sedikit muram.
Mereka berangkat dari pangkalan angkatan udara menuju ke pelabuhan di perbatasan negara. Di mana mereka mendapat misi rahasia untuk menumpas pengedar narkoba dan juga otak dari peredaran senjata ilegal serta
disinyalir terapat pengkhianat yang menjual rahasia militer. Kapten Kenzo memimpin pasukan tengkorak menuju sasaran misi. Ada pengkhianat negara yang bersembunyi di belakang jaringan mafia ini. Ketika kapten Kenzo mendengar kata pengkhianat ini, wajahnya seketika berubah, rahangnya mengeras dan matanya menyorotkan kemarahan. Pasukan khusus yang dipimpin oleh kapten Kenzo adalah salah satu pasukan militer paling berbahaya dan terkenal akan gemilangnya menjalan misi sepanjang sejarah militer.
Para anggota tim tengkorak dipilih sendiri oleh kapten Kenzo selaku pemimpin tim. Para jenderal tidak berani hanya untuk mengganti satuanggota saja dari tim ini. Sepanjang misi yang telah tim ini lakukan, tidak pernah ada kata gagal ataupun gugurnya anggota. Kapten Kenzo selalu mengedepankan kerja sama tim dan keselamatan timnya. Jika dirasa keadaan tidak memungkinkan untuk menyerang, kapten Kenzo akan memberi perintah untuk mundur baru maju lagi dengan strategi yang baru.
Semua anggota tim tengkorak telah bersiap untuk terjun menuju titik kumpul pasukan. Mereka tidak akan mendaratkan pesawat, tetapi satu persatu tim tengkorak akan terjun ke bawah dan akan mendarat di sebuah hutan. Demi tidak menimbulkan kecurigaan dan kewaspadaan musuh. Mereka memilih mendarat 50 km di sisi selatan dari titik sasaran. Setelah semua berkumpul dan berhasil mendarat, kapten Kenzo segera melakukan briefing dan pemecahan tim.
Sasaran berada di sebuah bangunan gudang terbengkalai di sebuah pelabuhan. Kapten Kenzo memecah timnya menjadi 4 bagian dan mengepung bangunan itu dari 4 arah mata angin. Sebelum menyerang, kapten Kenzo memerintahkan setiap pemimpin 3 tim lainya utnuk memantau situasi.
“Sersan Glen, bagaimana situasi di arah barat?” tanya kapten Kenzo menggunakan alat komunikasi yang terpasang di telinganya.
“Lapor kapten, arah barat terdapat satu pasukan berisi 15 orang bersenjata lengkap, formasi berpencar, kemungkinan dari arah inilah target masuk ke dalam, laporan selesai,” kata sersan Glen.
“Bagaimana dengan pemimpin tim di arah utara dan selatan?” tanya kapten Kenzo.
“Di arah utara terdapat 7 orang dengan persenjataan lengkap, kami telah menganalisa dan memantau, sepertinya terdapat seorang sandera berjenis kelamin perempuan dan berusia sekitar 19 tahun, laporan selesai,” kata pemimpin tim dari arah utara.
“Di arah selatan terdapat sekelompok orang berjumlah 10 orang, di sana juga terdapat barang bukti persenjataan ilegal, laporan selesai,” kata pemimpin tim di arah selatan.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
vina
Boom like untuk author semangat terus up-nya salam hangat dari Rahasia dibalik wajah polos
2021-12-20
1