Chapter 15

Alin terjaga ketika mendengar suara yang tidak asing di telinganya. Perlahan dia membuka matanya dan

mendapati dirinya berada di sebuah kamar mewah namun asing. Dia menoleh mencari siapa pemilik suara yang didengarnya. Betapa tercengangnya dirinya ketika mengetahui bahwa pemilik suara itu adalah Hans. Laki-laki tampan itu tengah berbicara dengan seseorang di telefon. Ketika Alin akan bangkit dari ranjang, dia baru menyadari jika tangan dan kakinya terikat dengan tali. Alin memberontak dengan kuat berusaha lepas dari jeratan tali tersebut. Akan tetapi bukannya Alin lepas dari tali itu namun malah dirinya yang terluka. Tangan dan kakinya lecet bergesekan dengan kasarnya permukaan tali. Rupanya Hans menyadari jika Alin telah sadar dan tengah berusaha lepas dari jeratan tali.

Hans tertawa puas melihat wajah ketakutan dari Alin. Dia mendekati Alin dan mencengram rahang gadis cantik itu. Hans mengatakan jika inilah balasan yang akan dia terima karena sudah berani kabur dari pernikahan. Ini hanya permulaan, Alin akan mendapat balasan secara perlahan-lahan hingga Alin takhluk dihadapan Hans. Alin menatap tajam mata Hans dan berkata.

“Aku bersumpah tidak akan pernah menyerah dan takhluk dari mu bagaimanapun beratnya siksaan mu, inilah alasan kenapaaku tidak mau menikah dengan mu, kamu adalah laki-laki berhati busuk dan suka mempermainkan wanita,” kata Alin dengan lantang.

“Hahaha, kita lihat saja nanti, oh iya perkataan mu akan aku anggap pujian untuk diriku, terima kasih, hahahaha,” kata Hans kemudian berjalan meninggalkan kamar tersebut.

“Dasar psikopat, bajingan, laki-laki bangsat, menjijikkan,” umpat Alin dengan amarah menggebu-gebu.

“Oh iya sayang, sekarang kamu ada di tanganku, bulan depan kita akan menikah, jadilah gadis baik dan turuti semua perintahku,” kata Hans yang akan menutup pintu.

“Lepaskan aku! Aku tidak sudi menikah dengan mu, lagian aku sudah punya suami yang jauh lebih tampan dan baik dari mu, lebih baik aku mati daripada harus menikah dengan mu,” kata Alin dengan tajam.

“Terserah aku tidak peduli, jadi mulai sekarang persiapkan diri mu untuk menjadi nyonya Hans, selamat malam sayangku, semoga mimpi indah,” kata Hans dan beranjak pergi.

Alin menangis sejadi-jadinya, andai saja dia tidak keluar hari itu, dia tidak akan mengalami hal ini. Dia

teringat suaminya yang kini tengah mempertaruhkan nyawanya menjalankan misi militer. Dia bingung dan panik, apakah dia masih ada kesempatan untuk bertemu dengan suaminya. Malam itu, dunia seperti hancur di mata Alin, hidupnya telah hancur tak bersisa. Dia menyesal keluar dari apartement hari itu, Alin menangis semalaman memikirkan nasibnya di masa depan. Apakah dia masih bisa menatap birunya langit?

Pagi hari.

Alin terbangun karena rasa dingin yang menerpa wajahnya. Seketika dia membuka matanya dan menyadari jika rasa dingin itu berasal dari se ember air yang disiramkan oleh Hans.

“Walau kamu akan menjadi istriku, tetapi aku tidak akan berhati lembut sejak kamu kabur dari pernikahan kita hari itu, lekas bangun dan bersihkan diri mu! Kemudian turun untuk sarapan, cepat!” perintah Hans dengan tatapan dingin.

“Aku tidak mau, tolong lepaskan aku dan kembalikan aku kepada suamiku, dia pasti khawatir sekarang, kumohon,” kata Alin memelas.

Mendengar hal itu membuat Hans kesal, dia menyeret tubuh Alin ke dalam kamar mandi dan menguyur Alin dengan air digin yag keluar dari shower. “Mau aku yang lepaskan pakaian mu dan membantu mu mandi atau kamu sendiri yang melepaskanya?”. Alin ketakutan dan segera menjawab jika dia akan mandi sendiri dan medorong Hans untuk keluar. Alin mandi dengan air mata bercucuran dan tubuhnya menggigil menaha dingin. Punggungnya terasa sakit dan ngilu ketika tadi menabrak dinding akibat dari Hans yang mendorongnya. Bekas luka di punggungnya memerah, Alin menaha semua itu dalam diam. Setelah selesai, dia segera memakai pakaiannya dan segera menuju ke ruang makan di lantai bawah.

Alin berjalan dengan menundukkan kepalanya. Dia tidak ingin memandang wajah yang kini tengah tersenyum padanya. Alin sangat membenci wajahnya, tatapannya dan suaranya, dia membenci semua hal yang bersangkutan dengan Hans. Dengan mengeratkan rahangnya, Alin duduk di samping Hans dan mulai memakan sarapannya dengan enggan. Melihat hal itu, Hans menjadi kesal kemudian dia mencengram rahang Alin dengan keras.

“Aku menyuruh mu makan makanan bukan kotoran, ekspresi apa itu? Sudah seharusnya kamu bersyukur aku memberi mu makan dan tempat tidur yang nyaman tapi apa yang aku dapatkan selain ekspresi terpaksa seperti itu,” kata Hans dengan nada tinggi.

“Aku tidak pernah meminta mu membawaku ke sini ataupun menyediakan semua ini, aku hanya meminta pada mu untuk melepaskan aku, kamu saja yang tuli, tidak bisa mendengar,” balas Alin dengan tajam.

Mendengar jawaban Alin, Hans murka, dia menghempaskan Alin ke lantai dengan keras. Alin meringis kesakitan

karena punggungnya menabrak kaki kursi. Tak sampai di situ, Hans memaksa Alin untuk memakan nasi dengan menjejalkanya ke mulut Alin. Dia tetap menutup mulutnya dengan erat yang membuat Hans tambah marah, Hans menampar pipi Alin hingga memar dan dari sudut bibir Alin keluar darah. Air mata Alin tak berhenti

mengalir menahan semua rasa sakit yang disebabkan oleh Hans. Kemudian Alin diseret ke kamar oleh Hans seperti menyeret barang. Alin dibanting di tempat tidur kemudian Hans menindihnya.

“Kamu sungguh menguji kesabaranku Alin, lihat saja, jika kamu tidak mau menurut denganku akan aku buat diri mu menderita selama berada di sini dan akan aku renggut apa yang sudah menjadi milik suami mu, kemudian aku akan kembalikan diri mu kepada suami mu, lihat apakah suami mu masih mau menerima bekas dari ku, hahaha,” kata Hans sambil berusaha mencium bibir Alin.

“Tidak! Ku mohon lepaskan aku!  Aku tidak mau, minggir kamu!” kata Alin seraya memberontak dengan kuat.

Hans menangkap kedua tangan Alin dan menariknya ke atas dan mengikatnya dengan dasi, kemudian dia juga mengunci kaki Alin sehingga dia tidak akan bisa memberontak lagi. Alin semakin takut dan pucat, Hans masih berusaha mencium dan menjamah tubuh Alin, dia memalingkan wajahnya menghindari sentuhan itu. Hans menjadi tambah kesal, kemudian mencengkram rahang Alin. Tatapan mereka bertemu, dengan senyuman licik Hans mencium bibir Alin dengan lembut. Alin terkesiap dan tubuhnya menjadi kaku, air matanya terus saja mengalir namun hal itu tidak membuat Hans kasihan dan menghentikan aksinya. Karena Alin tidak bereaksi dengan ciuman darinya, dia menggigit bibir Alin agar terbuka. Setelah bibir Alin terbuka, Hans dengan leluasa menjelajahi setiap bagian mulut Alin. Nafas Hans memburu menandakan jika nafsunya telah naik, Alin semakin takut. Dia masih berusaha melepaskan diri dari cengkraman Hans, namun apalah daya, tenaganya tak sebanding dengan Hans. Ciuman Hans beralih ke leher jenjang nan putih milik Alin, wangi semerbak menyeruak menerpa indra penciuman Hans. Ketika gairahnya mengebu-gebu Hans di kejutkan oleh dering telefon yang keras. Dia pun menghentikan aksinya dengan kesal kemudian menjauh dari Alin untuk menjawab telefonnya.

Alin menatap kepergian Hans dengan helaan nafas lega, dirinya masih diliputi ketakutan yang luar biasa

karena perlakuan Hans barusan. Beruntung tuhan masih melindunginya. Alin melepaskan ikatan dasi yang mengikat tangannya, kemudian bergegas menuju kamar mandi. Alin menyalakan shower kemudian menangis terdudukdi bawah guyuran air dingin. Alin mengusap kasar bibirnya dan juga lehernya yang telah terjamah oleh

Hans. Dia begitu membenci sosok Hans yang sekarang mengurungnya. Ingin rasanya dia meninggalkan dunia ini, namun bayangan wajah suaminya membuatnya menahan hasrat untuk bunuh diri. Alin memikirkan cara bagaimana agar dirinya bisa kabur sebelum pernikahan yang dikatakan Hans terjadi. Dia berada di bawah guyuran air hingga Alin tak sadarkan diri karena keidnginan dan frustasi serta perasaan yang tertekan. Luka-luka yang terdapat di tubuhnya berdenyut ngilu dan sakit, belum lagi hatinya yang terus tertekan dan merasakan ketakutan setiap waktu. Dia melupakan sejenak rasa sakitnya dan tergantikan rasa dingin yang menyengat sampai ke tulang, itu lebih baik ribuan kali dibandingkan dengan rasa sakit yang dia derita saat ini. Hingga pertahanan dirinya runtuh kemudian pandangan menjadi gelap, suara menjadi hening, hanya kosong yang tak berkesudahan, berharap ketika Alin bangun semua hanya mimpi yang menyakitkan. Berharap ketika dia membuka matanya, wajah suaminya lah yang akan dia lihat pertama kali.

Bersambung.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!