Dua hari kemudian Alin diperbolehkan untuk pulang. Walau luka di kakinya belum sembuh, tetapi kondisi tubuhnya telah kembali stabil dan normal. Sementara itu Kenzo belum diperbolehkan untuk pulang karena lukany agak serius. Tetapi Kenzo membuat keributan dan memaksa dokter untuk memperbolehkan dia pulang. Dia tak mau jauh lagi dengan istrinya itu. Akhirnya Kenzo diperbolehkan untuk rawat jalan.
Mereka pulang diantar oleh Glen, sesampainya di apartement, Alin langsung menuju kamarnya dipapah oleh suaminya. Sebenarnya Alin menolak untuk di bantu oleh Kenzo mengingat lukanya yang belum sembuh. Tetapi balik lagi, keras kepala suaminya melebihi keras kepala anak kecil. Setelah meminum obatnya, Alin tertidur di temani oleh sang suami. Setelah memastikan Alin telah tertidur pulas, Kenzo kembali ke ruang tamu menemui sahabatnya.
“Huft lelah sekali, banyak hal yang harus kita urus setelah ini,” kata Kenzo sesaat setelah mendaratkan pantatnya di sofa.
“Ya namanya juga hidup kapten, apalagi kita sebagai abdi negara dan pelindung negeri, masalah adalah makanan sehari-hari kita,” kata Glen.
“Hmm iya-iya, oh iya bagaimana penyelidikan tentang pengkhianat itu?” tanya Kenzo.
“Kasus dia di serahkan kepada negara dan militer tidak mengurusnya lagi,” kata Glen.
“Apa? Di ambil oleh negara lagi? Aku jadi semakin curiga jika masih ada orang dalam yang membantu pengkhianat itu, aku semakin tidak percaya dengan orang-orang yang menyebut diri mereka sebagai pemerintah negara,” kata Kenzo marah.
“Sudahlah kapten, kita hanya tentara dan tidak berhak mengurusi masalah mereka,” kata Glen.
“Tapi kita juga punya hukum kita sendiri, pengadilan kita sendiri, pengkhianat itu telah bekerja sama dengan mafia untuk merugikan negara dan pertahanan militer kita dan lagipula kita yang susah payah menangkapnya,seharusnya dia diadili di pengadilan militer, aku yakin jika dia hanya akan mendapat hukuman ringan,” kata Kenzo tidak terima.
“Hmm sudahlah, biarkan mereka mengurus masalah ini, oh iya jenderal menanyakan kabar mu, tadi aku sempat ke markas dulu,” kata Glen mengalihkan topik pembicaraan.
“Hmm sepertinya aku akan cuti untuk 3 hari ke depan, nanti kau sampaikanlah kepada jenderal mengenai hal
ini!” perintah Kenzo.
“Siap kapten, oh iya aku akan pulang ke rumah sekarang, papa dan mamaku bersikeras agar aku pulang hari ini,” kata Glen tidak semangat.
“Kenapa malah tidak semangat, mungkin saja setelah kamu pulang, aku akan mendapat kabar tentang pernikahan mu,” kata Kenzo menggoda sahabatnya.
“Nggap akan pernah terjadi, kamukan tahu aku masih mencintai Diana, aku masih ingin menunggunya Ken,” kata Glen murung.
“Aish, untuk apa kamu menunggu wanita yang jelas-jelas sudah mengkhianati mu, sudahlah, lupakan Diana dan
saatnya membuka lembaran baru dengan wanita yang lebih baik dari Diana,” kata Kenzo menghibur Glen.
“Tetapi aku tidak bisa melupakannya, dia adalah cinta pertamaku, aku memang sangat ingin melupakannya, tetapi hati ini tidak bisa walau dipaksakan Ken,” kata Glen.
“Aku tahu itu sangat sulit, karena aku pernah mengalaminya walau kisah kita berbeda, tetapi aku yakin
ketika kamu nanti mendapatkan seseorang yang tepat, maka Diana yang ada di dalam hati mu perlahan-lahan akan menghilang, tetapi itu semua balik lagi di diri mu, bisakah kamu nanti melupakan Diana dan berfokus kepada pasangan baru mu?” kata Kenzo sambil menepuk pundak sahabatnya.
“Semoga saja, aku juga tersiksa dengan perasaan ini, aku ingin bebas dan merasakan jatuh cinta kembali,” kata
Glen dengan sorot mata sendu.
“Aku percaya kamu bisa dan aku percaya jika akan ada seseorang yang mampu untuk membuat hati mu tergerak kembali, sudah saatnya kita bahagia, aku sudah menemukan jiwaku yang hilang dan kini giliran mu Glen,” kata Kenzo.
“Sana pulanglah nanti papa dan mama mu menunggu lama, oh iya sampaikan salam ku kepada mereka ya,” imbuhnya lagi.
“Baiklah akan aku sampaikan, sampai jumpa, aku pulang dulu,” kata Glen.
“Hmm hati-hati di jalan,” kata Kenzo.
Tidak ada yang mengetahui sifat hangat ini kecuali orang-orang terdekatnya. Di luar Kenzo terkenal dengan
sifatnya yang dingin dan cuek, tetapi keluarga dan teman dekatnya mengenalnya sebagai pribadi yang hangat dan juga ramah. Setelah kepergian sahabatnya, Kenzo ikut bergabung tidur memeluk istri tercintanya. Sebelum menutup matanya, Kenzo mencium kening istrinya lalu kemudian ikut terlelap.
@@@@@@@@@@@@@
Di kediaman keluarga Glen.
Sesampainya Glen di rumahnya, dia disambut dengan hangat oleh mamanya. Dia melihat papanya sedang berbincang dengan beberapa tamu yang duduknya memunggungi Glen. Dia sangat penasaran, siapa tamu-tamu ini yang membuat dirinya harus pulang ke rumah secepatnya. Mamanya membimbing putranya untuk duduk di samping papanya. Ketika Glen melihat wajah-wajah tamu tersebut, Glen terkejut bukan main. Wah, agaknya ucapan Kenzo akan segera terwujud, begitulah yang ada dibenak Glen. Dia menatap papanya dengan wajah bingung dan terkejut. Dengan isyarat mata, Glen meminta penjelasan dari papanya.
“Eh ehem, begini putraku, ini adalah tuan Wijaya, beliau ini adalah sahabat papa sedari SMA, beliau adalah
pebisnis real estate yang sukses, selain menjadi sahabat kami juga adalah rekan di dunia bisnis, beliau mempunyai anak perempuan, lihatlah, dia bernama Sarah, cantik bukan?” kata papanya Glen.
“Lalu hubungannya dengan Glen harus pulang apa pah?” tanya Glen, dia memandang seorang gadis yang malu-malu ketika Glen menatapnya.
“Hem papa tidak akan basa basi, kamu akan menikah dengan Sarah bulan depan, kamu setuju atau tidak?” tanya papanya.
Duar. Bak disambar geledek, Glen langsung terpaku tak percaya dengan perkataan papanya. Ini begitu tiba-tiba,
lagipula umurnya baru 22 tahun, hatinya pun belum siap untuk di buka. Belum selesai keterkejutanya, mamanya meminta dia untuk setuju dan ingin sekali lekas menggendong cucu. Glen semakin terpaku dibuatnya, waktu seperti terhenti begitu saja.
“Eh eh i-ini terlalu tiba-tiba kan pah? Kami bahkan belum mengenal satu sama lain, b-bagaimana pernikahan ini
akan berjalan, kalian jangan bercanda dong, lagian aku ini tentara, yang kerjaannya menantang bahaya, bisa setiap waktu meregang nyawa, memang kamu nggak takut jadi janda terlalu cepat?” kata Glen.
Papanya menempeleng kepala putranya yang konyol itu. “Kamu ini ya, jangan berkata sembarangan, ucapan itu
adalah do’a, papa dan mama ingin kamu segera menikah dan mempunyai momongan, papa sudah tua nak, papa ingin melihat mu mempunyai teman hidup dan juga keturunan baru papa bisa tenang.”
“Ampun dah, papa itu baru berumur 50 tahun, masih muda kali pah, aduh ini kok tiba-tiba banget sih pa, mana sebulan lagi harus menikah, apa nggak terlalu cepat?” tanya Glen.
“Enggak dong sayang, kamu tenang aja, mama dan papa yang akan menyiapkan segala sesuatunya, kamu hanya perlu menjadi pengantin yang penurut,” kata mamanya Glen.
Glen menepuk dahinya, dia pun beralih kepada Sarah. “Aku ingin bertanya dengan mu, apakah kamu mau menerima aku yang hanya seorang tentara yang kapan saja bisa kehilangan nyawa karena tugas? Gajiku juga tidak seberapa, walau orang tua kita bergelimang harta, tetapi aku tidak mau bergantung dengan harta mereka, aku ingin menghidupi istri dan anakku dengan uang yang ku hasilkan sendiri, jadi apakah kamu siap hidup sederhana dan jauh dari kata mewah seperti kehidupan mu sebelumnya?”
“A-aku mau, aku tidak peduli dengan hal-hal seperti itu, kemanapun kamu membawaku dan apapun yang akan kamu berikan kepadaku, aku akan menerima semuanya dengan banyak rasa syukur, kak Glen aku sudah menyukai mu sejak lama,aku mengagumi sosok mu yang berkharisma, aku tetap ingin menikah dengan mu walau dunia tak mengizinkan sekalipun,” kata Sarah.
“Hmm baiklah, aku pegang omongan mu, tetapi untuk mendapatkan cintaku kamu harus bersabar, mungkin kamu sangat menganlku tetapi aku belum mengenal mu, jadi aku tidak bisa langsung jatuh cinta dengan mu, tetapi jangan khawatir aku akan belajar keras untuk itu dan juga ingat aku sangat membenci pengkhianatan, sekali kamu mengkhianatiku maka itu adalah hari terakhir kamu bertemu denganku,” kata Glen serius.
“Ah maafkan ucapan putraku nak Sarah, dia memang sedikit keras, tetapi percayalah dia sebenarnya adalah orang yang lembut dan humoris, dia begitu karena belum saling mengenal baik, ah tuan Wijaya dan nyonya Wijaya,mohon maaf jika perkataan putraku menyinggung kalian,” kata papanya Glen, sedangkan sang mama menyikut pinggang putranya.
“Tidak apa-apa, aku memaklumi, mereka belum saling kenal walapun putriku sangat mengenal Glen, sudahlah aku lega mendengar putra-putri kita setuju untuk menikah, aku juga tenang menyerahkan Sarah kepada Glen, aku yakin jika dia adalah pria yang bertanggung jawab, kalau begitu kita tentukan tanggal dan juga tempat pernikahannya,” kata tuan Wijaya.
“Tentu-tentu,” kata papanya Glen.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Min sua
baru aja ngomongin jodoh eh jodoh nya malah datang sendiri
emang kalau udah jodoh nggak akan kemana
2022-10-16
0