Chapter 3

Sebenarnya malam itu, Kenzo ada acara makan malam bersama keluarganya dan juga keluarga sahabat ayahnya. Entah tumben sekali mengundangnya makan malam, pasti ada yang ingin dibicarakan. Akan tetapi pertemuanya dengan Alin membuat Kenzo enggan untuk pulang ke rumahnya. Berkali-kali smartphonenya berdering tanda panggilan telefon masuk, Kenzo mengabaikanya. Pikiranya hanya tertuju kepada Alin yang kini berada di IGD.

“Kapten, tuan besar menelfon terus, bagaimana ini? Apa tidak sebaiknya kita pulang saja, toh gadis itu sudah ditangani dokter,” kata sang sopir.

“Aku tidak bisa meninggalkanya, tahukah kamu? Dia adalah gadis yang selama ini telah aku anggap tiada, dia

adalah gadis yang selalu di hatiku, mana mungkin aku melepaskan dia lagi,” kata Kenzo sambil matanya menerawang.

“Apakah gadis itu nona Alin?” tanya sopir tersebut.

“Ya, dialah Alin, entah apa yang dia alami selama ini, kondisinya memprihatinkan, kali ini aku tak akan pernah

melepaskan Alin lagi, sepuluh tahun sudah hatiku terasa mati karena kepergianya dan hari ini aku kembali hidup karena kehadiranya, jangan katakan kepada siapapun jika Alin bersama denganku, mengerti?” tanya Kenzo kepada sopirnya.

“Baik kapten!” seru sang sopir.

Pagi hari Alin telah dipindahkan ke ruang perawatan, sementara itu Kenzo pulang ke rumahnya sebentar untuk mengganti seragamnya yang berlumuran darah yang kini telah mengering. Kenzo memerintahkan

sopirnya untuk menjaga Alin semenetara dirinya pergi. Sesampainya di rumah dia mendapatkan tatapan tajam dari ayah dan juga ibunya.

“Dari mana saja kamu? Apa kamu lupa jika tadi malam ada janji makan malam dengan keluarganya Tania?” tanya ayahnya dengan marah.

“Apa ayah tidak lihat seragamku berlumuran darah? Ada sesuatu yang membuatku tidak bisa hadir, memangnya ada apa tumben-tumbenya keluarga Tania makan malam di sini?” tanya Kenzo dengan santai.

“Kenapa seragamnya bisa berlumuran darah nak? Apa yang terjadi? Apa kamu terluka?” tanya ibunya cemas.

“Tidak ibu, semalam ada seseorang yang terlibat kecelakaan dan kebetulan Kenzo ada di sana, lalu Kenzo bawa dia ke rumah sakit.” Kata Kenzo berbohong.

“Kenapa kamu yang menolongnya? Bukankah ada banyak orang lain juga kan?” tanya ayahnya.

“Ayah, Kenzo adalah seorang tentara, sesuai ajaran ayah harus selalu membantu setiap orang apapun situasinya,” jawab Kenzo enteng.

“Dan juga tidak ada keluarga yang dapat dihubungi jadi Kenzo bertindak sebagai walinya dan juga lukanya sangat parah,” sambung Kenzo.

“Oh ya sudah, ayah maafkan dan tentu ayah bangga dengan sikap tanggung jawab mu nak,” kata sang ayah.

“Em ayah belum menjawab pertanyaan Kenzo, katakan yah ada apa keluarga Tania kemari?” tanya Kenzo.

Ayah Kenzo menjelaskan jika kedatangan keluarga Tania membahas tentang pertunangan antara Kenzo dengan

Tania. sontak saja membuat Kenzo terkejut dan langsung menolak. Kenzo tidak bisa menerima pertunangan ini karena dia tidak mencintai Tania dan tidak suka dengan perilaku Tania. Apalagi kini Alin ada di sisinya, mana mungkin dia bertunangan dengan orang lain sementara cinta pertamanya kini ada di hadapanya.

Jawaban dari Kenzo membuat sanga ayah murka, beliau tidak habis pikir dengan putra ke duanya itu. Beliau tetap memaksa Kenzo untuk bertunangan dengan Tania, tetapi Kenzo tetap menolak dengan alasan ada yang lain di hatinya. Sang ayah menduga jika Kenzo belum bisa melupakan Alin, putri mendiang sahabat terbaiknya.

“Nak, Alin sudah tiada 10 tahun yang lalu, belajarlah untuk melupakannya, kejadian itu sudah sangat lama, nak ayah mohon lupakan dia, cobalah untuk membuka hati mu untuk yang lain, ayah mengerti jika kamu sangat mencintai Alin, tetapi ayah mohon sekali lagi untuk melupakannya, biarkan dia tenang di sana!” kata sang ayah.

Perkataan ayahnya membuat Kenzo marah dan beranjak dari duduknya tanpa kata-kata. Dia segera menuju ke kamarnya untuk mandi. Sifat dinginnya dia tunjukkan kepada orang tuanya, perkataan ayahnya membuatnya terluka. Tanpa sepatah kata Kenzo pergi kembali ke rumah sakit. Sang ayah hanya bisa menghela nafas dengan berat, sungguh luar biasa akibat dari tragedi waktu itu.

“Lihatlah sahabatku, putraku sangat mencintai putri mu, cintanya tak pernah padam padahal putri mu telah ada di sisi mu, aku harus bagaimana sahabatku?” gumam ayah Kenzo.

Sesampainya di rumah sakit, Kenzo memerintahkan sopirnya untuk pulang naik taksi, hari ini biar dia saja yang

menjaga Alin. Tak lupa dia juga membeli sarapan untuk dirinya dan sopirnya. Ah Alin? Dia belum juga membuka matanya, setelah Kenzo menghabiskkan sarapanya, dia mendekati Alin dan berbicara denganya.

“Alin akhirnya kita bertemu kembali, apa kamu ingat aku?” tanya Kenzo tanpa mendapat jawaban.

“Mulai hari ini tidak akan aku biarkan kamu pergi dari sisiku lagi, aku berjanji untuk selalu ada untuk mu,”

kata Kenzo lagi.

Setiap hari dia bolak-balik darimarkas militer ke rumah sakit yang jaraknya jauh. Penat dan letih tidak dia

hirukan demi bisa melihat wajah Alin. Lima hari sudah Alin belum sadarkan diri, dokter memberitahukan kepada Kenzo jika Alin mengalami trauma otak dan juga penyakitnya yang bertambah parah. Sejak hari itu, Kenzo tahu jika Alin menderita suatu penyakit yang akan membuatnya sesak dan tak sadarkan diri jika emosi berlebihan ataupun merasakan ketakutan dan panik yang luar biasa.

Akhirnya Kenzo memutuskan memindahkan Alin ke apartementnya yang berada dekat dengan markas militer. Dia juga menghubungi dokter keluarganya dan menyewa seorang perawat. Kenzo memperingatkan agar dokternya tidak memberitahukan jika ada seorang gadis di apartementnya kepada siapapun terutama keluarganya. Tentu saja dokter dan juga perawat sangat takut dengan peringatan dari Kenzo.

Satu bulan telah berlalu.

Dalam komanya Alin selalu mendengar suara seorang pria. Namun Alin tidak bisa membuka matanya ataupun

bergerak. Suara itu terus datang setiap hari, suara yang lembut dan terdengar familiar. Setiap hari Alin berjuang agar bisa membuka matanya, tetapi tubunya sepertin tidak berada di bawah kendalinya. Perasaan itu sangat menjengkelkan, dia sangat penasaran dengan pemilik suara lembut itu.

Akhirnya perjuangan Alin untuk sadar membuahkan hasil. Perlahan mata Alin membuka, mata itu mengerjap beberapa kali utnuk menyesuaikan dengan cahaya di sekitarnya. Pertama kali yang Alin lihat adalah seorang dokter berusia 50 tahun dan seorang perawat yag masih muda. Suara-suara yang samar masuk ke telinganya, dia belum sepenuhnya sadar. Tak lama dia melihat seorang pria tampan dengan seragam militer mendekatinya

dan memegang tanganya.

“Alin, Alin, kamu sudah sadar? Apa kamu ingat aku?” tanya Kenzo.

“S-siapa kamu? Aku tidak mengenal mu, t-tapi aku mengenal suara mu,” kata Alin dengan terbata-bata.

“Baiklah-baiklah nanti saja bahasnya, sekarang kamu sudah sadar, aku sangat bahagia sekali,” kata Kenzo.

Perlahan-lahan kesehatan Alin pulih, setiap pagi, Kenzo akan membawa Alin jalan-jalan ke luar. Menikmati

udara segar dan indahnya taman di samping bangunan apartement Kenzo. Saat Kenzo bekerja, Alin ditemani oleh perawat dan seorang pembantu rumah tangga. Malam harinya ketika Kenzo pulang, dia mendapati Alin tertidur di sofa ruang tamu. Seperti seorang istri yang tengah menunggu suaminya pulang dan malah ketiduran. Kenzo menggendong Alin ke kamarnya dengan tersenyum bahagia.

Di dalam kamar itu, Alin tidur di ranjang sementara Kenzo tidur di sofa. Dia masih tahu batasan dan bisa

mengendalikan diri. Walau bagaimanapun Alin bukan istrinya. Pagi harinya Alin terbangun lebih dulu dan melihat Kenzo tengah tertidur pulas meringkuk di sofa. Seketika Alin tersenyum, dia mengagumi sosok pria itu karena dia menghormati wanita.

“Alagkah beruntungnya yang akan menjadi istri tuan Kenzo di masa depan, hmm aneh tumben aku semalam tidak bermimpi bocah laki-laki dengan seragam tentara itu lagi,” katanya lirih.

Alin pun segera bangun dan bersuh-bersih. Kemudian dia menuju dapur dan mendapati bibi pembantu sedang

mencuci sayuran. Dia pun menjahili si bibi sampai terkejut, hampir saja sayuranya tumpah semua.

“Ih nona ngagetin bibi aja deh, untung nggak tumpah hahaha,” kata si bibi.

“Hehehe maaf deh, habis bibi serius amat cuci sayurnya,” kata Alin.

“Harus dong non, biar bersih, tuan muda itu gila kebersihan jadi nggak boleh ada yang kotor non,” kata si bibi yang sudah berumur setengah abad itu.

“Alin bantu masak ya bi, Alim mau buatin sarapan untuk tuan Kenzo,” kata Alin.

“Nggak usah non, nanti kecapean bibi takut dimarahi tuan muda nanti,”kata si bibi.

“Nggak bakalan, tuan muda masih tidur, udah sini biarAlin yang masak aja ya? Alin udah sehat kok, buktinya kakak perawat udah pulang kan kemarin?” tanya Alin.

“Ya udah deh bibi nggak bisa menolak permintaan non Alin, tapi hati-hati ya, sini biar bibi bantu juga,”

kata si bibi.

Akhirnya Alin memasak sarapan untuk Kenzo. Sementara itu, Kenzo ternyata telah bangun dari tidurnya ketika

Alin memandangi wajahnya. Dia juga mendengar perkataan Alin.Sudur bibirnya tertarik tipis. Dia juga sudah duduk di ruang makan ketika Alin berdebat dengan bibi. Sekarang hari-harinya mulai berwarna dan hidup kembali.

Bersambung.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!