Chapter 7

Kapten Kenzo mengarahkan pasukannya, tak berapa lama salah satu target datang dan langsung masuk ke dalam gedung tua itu. Semua tim bersiap di posisi masing-masing. Semua diharuskan untuk waspada dan saling

bekerja sama. Tidak ada yang diperkenankan gugurdalam misi ini, jika situasi tidakmendukung segera mundur. Begitulah nasehat Kenzo di setiap melaksanakan misi.

“Baiklah, tim di arah selatan setelah kalian mengalahkan sekelompok orang itu, segera amankan barang bukti!

Sedangkan untuk pasukan di arah utara, upayakan agar sandera tidak terluka tetapi juga tidak membiarkan kalian terluka juga, ingat harus kerja sama dan tolong menolong, segera mundur jika situasi berubah genting,” kata kapten Kenzo.

“Baik, dimengerti kapten!” kata setiap pemimpin tim yang telah dibagi.

“Untuk sersan Glen, kalian bereskan sekelompok orang itu tanpa membuat orang yang didalam tahu, usahakan!

Mengerti? Aku juga akan membereskan orang-orang ini dari arah timur, kita akan bertemu di dalam,” kata kapten Kenzo.

“Baik, kapten!” kata sersan Glen.

Semua pasukan bergerak sesuai arahan kapten Kenzo, tim timur dan barat segera bergerak mengepung dari 2 arah. Semua penjaga mati satu persatu, kapten Kenzo dan sersan Glen merangsek, maju ke dalam bangunan. Tepat ketika transaksi rahasia negara itu dilakukan, kapten Kenzo telah mengepung beberapa orang penting di dalam. Dengan mata elangnya, dia menatap pimpinan mafia tersebut dan pengkhianat negara yang selama ini dicari.

“Angkat tangan kalian ke atas dan jatuhkan senjata, jika ada yang berani memberontak, bunuh ditempat!” terik

kapten Kenzo.

“Kau lagi, dasar keparat,” teriak pengkhianat itu.

“Hahaha sudah aku bilang jika kau tidak akan pernah aku lepaskan, oh iya dan terima kasih sudah memberiku target lainnya untuk ku tangani, hahahaha,” kata kapten Kenzo sambil tertawa keras.

“Geledah orang-orang ini dan ikat mereka, lalu segera bawa ke markas utama dengan pengamanan ketat!” perintah kapten Kenzo kepada timnya.

“Baik kapten,” Para tentara itu mematuhi perintah kaptennya.

Sang pengkhianat merasakan kemarahan yang amat sangat kerena sekali lagi rencananya digagal oleh kapten

Kenzo. Dia menemukan kesempatan untuk menyerang kapten Kenzo. Dia segera menggapai pistol yang terlempar di dekatnya dan langsung menembak ke arah kapten Kenzo.

Dor.

Peluru melesat cepat ke arahkapten Kenzo dan mengenai dada kirinya. Kapten Kenzo kurang waspada dan tidak menyangka pengkhianat tersebut menembak dirinya. Pengkhianat itu langsung di pukul jatuh dan diikat dengan kuat. Kapten Kenzo memegang dadanya yang telah mengucurkan darah dan mengerang kesakitan kemudian rubuh ke tanah. Sahabatnya, sersan glen langsung menghampiri kapten Kenzo dan berusaha menyadarkannya. Kapten Kenzo setengah sadar mendengar suara sahabatnya lalu kemudian dia tidak ingat apapun.

Sementara itu.

Semenjak Kenzo meninggalkan apartement, Alin merasakan perasaannya tidak enak. Alin sedang berada di taman yang dibuatkan Kenzo di balkon apartementnya. Alin tiba-tiba teringat dengan suaminya dan tidak fokus. Akibatnya, penyiram yang dipegang Alin menyenggol pot keramik berisi tanaman mawar dan pecah berkeping-keping. Alin langsung tersadar dari lamunannya dan tanpa sadar berjalan ke depan. Pecahan pot keramik tersebut terinjak Alin yang tidak mengenakan alas kaki. Cres, pecahan itu langsung menancap dalam di telapak kaki Alin. Sontak saja Alin langsung berteriak kaget.

Si bibi langsung berlari dengan panik dari arah dapur karena mendengar teriakan Alin. Ketika sampai di balkon,

bibi terkejut melihat Alin terduduk dan memegangi kakinya yang telah bercucuran darah hingga mengalir di lantai. Dengan panik, bibi mengambil kain bersih dan air, dan segera membersihkan darah Alin dan menghentikan pendarahan. Alin menangis menahan rasa perih dan ngilu di kakinya, darahnya terus keluar karena lukanya terlalu dalam.

“Bibi, ini sangat sakit, lihat darahnya tidak berhenti mengalir setelah aku mencabut pecahan pot keramiknya,

bagaimana ini? Padahal suamiku belum pulang dan tidak mengizinkan kita keluar tanpa seizinnya,” kata Alin disela-sela tangisnya.

“Iya non, lukanya terlalu dalam harus ke rumah sakit, aduh bagaimana ini? Bibi juga bingung dan takut jika

melanggar perintah tuan muda, apa kita telfon dokter yang kemari waktu nona pertama kali ke sini?” tanya bibi semakin panik.

“Apa bibi punya nomor telefonnya?” tanya Alin.

“Aduh nggak punya non, kalau begitu bibi coba hubungi tuan muda saja ya,” kata bibi sambil mengambil telefon

genggamnya.

Tut..tut..tut.., “maaf nomor yang anda hubungi sedang sibuk,” kata operator.

Si bibi terus berusaha menghubungi Kenzo karena kondisi Alin yang semakin lemah karena terlalu banyak kehilangan darah. Wajahnya semakin memucat sementara tanganya masih dengan erat menekan

lukanya dengan kain. Dan di dering ke 5 akhirnyaada yang mengangkat telefon dari bibi.

“Hallo, ada apa ya bi?” tanya seseorang di seberang, tetapi bukan suara Kenzo.

”Eh maaf ini siapa ya? Dimana tuan muda Kenzo?” tanya si bibi.

“Saya Glen bi, em kapten ada di rumah sakit karena terluka, ada apa bibi mencari kapten?” tanya Glen.

“Oh tuan Glen, ah i-ini, aduh bagaimana ya mengatakanya?” kata bibi.

“Ada apa bi? Apakah ada sesuatu yagng terjadi?”desak Glen.

“D-di sini ada seorang gadis yang terluka dan harus ke rumah sakit, tetapi hanya ada bibi karena pak sopir pulang ke mansion tuan besar,” kata si bibi.

“Ha? Seorag gadis? Siapa dia bi?” tanya Glen.

“Aduh nanti saja jelasinya tuan, kasihan dia sangat lemah karena kehilangan banyak darah,” kata bibi tidak

sabar.

“Baiklah, aku akan ke sana dan membawanya ke rumah sakit, tunggu aku bi!” kata Glen.

“Cepat ya tuan, oh tidak gadis itu pingsan, cepat tuan!” kata bibi panik.

“Iya, iya,” Glen langsung memutuskan sambungan teleon dan bergegas menujuke apartementnya Kenzo.

Sepanjang perjalanan, Glen bertanya-tanya siapakah gadis yang tinggal di apartementnya Kenzo. Apakah dia

adalah pemilik liontin kalung berinisial A di leher Kenzo? Apakah dia istrinya Kenzo? Atau dia cuma pacarnya Kenzo? Semua pertanyaan bermunculan di otaknya. Glen mempercepat laju mobilnya untuk segera sampai disana. Sesampainya di apartementnya Kenzo, Glen segera membuka pintu dan menemukan bibi sedang panik

di balkon dan seorang gadis cantik terbaring tak sadarkan diri. Glen juga melihat darah yang berceceran di sekitar kaki jenjang Alin. Tak membuang-buang waktu, Glen segeramenggendong Alin dan membawanya ke mobil kemudian diikuti oleh bibi.

Mobil itu melaju dengan kecepatan tinggi menuju rumah sakit yang sama dengan sahabatnya di rawat. Alin segera dibawa ke UGD dnan segera di tangani oleh dokter. Glen kembali menuju ruang perawatan Kenzo dimana dia telah sadar dari pingsannya. Untung saja peluru meleset beberapa centi dari jantung Kenzo, jika tidak mungkin dia sudah terbaring di peti mati.

“Dari mana saja kamu?” tanya Kenzo setelah minum segelas air putih.

“Dari apartement mu,” kata Glen.

Deg. Kenzo langsung menoleh ke arah Glen dan memandangnya tajam.

“Ada apa kamu kesana?” tanya Kenzo agak emosi.

“Santai bro, aku cuma mengecek keadaan seseorang dan membawanya ke rumah sakit,” kata Glen santai.

“S-siapa yang sakit?” tanya Kenzo panik.

“Hmm seorang gadis cantik yang tinggal di apartement mu, dia terluka dan kehilangan banyak darah, aku

membawanya ke rumah sakit bersama bibi,” kata Glen acuh tak acuh dan menuangkan air untuknya minum.

“Jaga mulut mu, aku tak mengizinkan siapapun memuji istriku selain aku,” teriak Kenzo.

“Pyuurh.. a-apa? Istri? Sejak kapan kau menikah? Dan kau menyembunyikannya hal sebesar ini dariku?” Glen menyemburkan air minum tersebut dan menatap tajam Kenzo.

“Udah deh nggak usah lebay, aku punya alasan kenapa menyembunyikan pernikahanku,” kata Kenzo dingin.

“Sungguh terlalu, pantesan saja kamu setiap hari selalu pulang sekarang dan cincin serta kalung mu itu,

membuatku selalu bertanya-tanya, kamu kan nggak pernah mau memakai aksesoris seperti itu kecuali kalung tentara mu, haish sepertinya aku sudah tidak penting lagi di hidup mu,” kata Glen dan berpura-pura sedih.

“Huek, apaan sih Glen? Udah deh nggak usah sok dramatis begitu, ah aku jadi melupakan istriku, ayo antarkan aku ke sana!” perintah Kenzo.

“Iya iya sabar napa Ken,” kata Glen dan beranjak memapah sahabatnya menuju ke ruang UGD.

Bersambung.

Terpopuler

Comments

Dayu Kade

Dayu Kade

next👍👍👍

2022-02-13

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!