Chapter 8

Chapter 8

Kenzo dan Glen sampai di depan ruang UGD dimana disana terdapat si bibi yang menunggu dengan cemas. Kenzo duduk di kursi roda setelah berdebat dengan Glen perihal Kenzo tidak mau duduk di kursi rodanya. Akhirnya Kenzo mengalah, toh kondisinya juga masih lemah setelah operasi untuk mengambil peluru di dada kirinya. Kenzo dengan tidak sabaran bertanya banyak hal kepada pembantu di rumahnya itu.

“Bi bagaimana Alin bisa terluka?” tanya Kenzo.

Perasaan takut menggerayangi hati si bibi, dengan gugup, si bibi menceritakan perihal kejadian waktu itu. “Tuan muda maafkan bibi yang tidak bisa menjaga nona, waktu itu bibi sedang memasak di dapur dan nona berada

di balkon sedang menyiram tanaman, kemudian bibi dengar suara benda jatuh dan disusul teriakan nona Alin, ternyata kaki nona tertancap pecahan pot keramik yang baru jatuh, lukanya sangat dalam hingga darahnya tak mau berhenti, kami juga bingung mau keluar tapikami ingat pesan tuan muda agar tidak keluar tanpa

seizin tuan muda, akhirnya karena darah tak kunjung berhenti bibi menelfon tuan muda, eh yang angkat tuan muda Glen, jadilah tuan muda Glen yang membawa nona Alin ke rumah sakit.”

“Lalu sekarang kondisi istriku bagaimana?” tanya Kenzo.

“Sedang ditangani dokter tuan muda, paling sebentar lagi selesai,” kata si bibi.

Kenzo terlihat sangat khawatir, terlihat dari gerak geriknya, sesekali terus menoleh ke arah pintu ruang UGD. Glen menatap sahabatnya dengan penuh simpati, baru kali ini Kenzo merasakan ketakutan yang amat besar dan terlihat cemas karena wanita. Pastilah Alin adalah wanita paling spesial di hati Kenzo. Dia juga bersyukur, sekarang Kenzo telah lepas dari kesedihan dan peyesalan yang telah membelenggunya selama bertahun-tahun. Kini yang harus dicemaskan adalah dirinya, Kenzo telah memiliki pendamping hidup, sementara Glen sampai saat ini belum  juga mendapat pasangan yang dia sukai.

“Ah akhirnya sahabatku mengenal cinta, aku turut berbahagia untuk mu Ken serta aku juga turut bersedih dengan kondisi istri mu saat ini,” ucap Glen sambil menepuk pundak Kenzo.

“Terima kasih Glen,” balas Kenzo tulus.

Beberapa saat kemudian dokter pun terlihat keluar dari ruang UGD. Kenzo segera mendekat dan bertanya perihal keadaan istrinya. Dokter mengatakan bahwa kondisi Alin baik-baik saja dan hanya kekurangan darah serta lukanya juga telah dijahit. Setelah infus dan kantong darahnya habis, Alin diperbolehkan untuk rawat jalan di rumah. Kenzo lega mendengarnya, dia sangat khawatir jika istrinya kenapa-napa. Peristiwa masa lalu telah membuat dirinya selalu cemas jika terjadi sesuatu dengan Alin lagi. Kenzo menjadi overprotektif kepada istrinya itu.

Kenzo pun segera masuk melihat istrinya yang masih belum sadar. Sementara Glen dan si bibi menunggu di luar. Sebenarnya Glen khawatir terhadap kondisi Kenzo sendiri yang belum pulih, tetapi sahabatnya itu memang

susah sekali diatur. Glen sampai geleng-geleng kepala dengan keras kepalanya Kenzo. Dia tidak bisa menebak apa yang sedang Kenzo pikirkan. Bahkan orang tuanya sendiri juga tidak bisa mengendalikannya. Kenzo hanya mendengarkan kakaknya saja, dia adalah segalanya buat Kenzo selain Alin. Kakaknya lah yang selama ini selalu ada sejak Alin pergi dari sisi Kenzo.

Alinpun kini telah tersadar dari pingsannya. Yang pertama kali dia lihat adalah suaminya yang kini tengah memandangnya. Wajah tampan itu tengah tersenyum, walau sedikit pucat karena habis terluka. Alin pun tersenyum lega mendapati suaminya berada di sampingnya. Hatinya lega setelah merasakan cemas dan juga takut. Hati istri mana yang tidak resah dan takut,mengetahui suaminya pergi mempertaruhkan nyawanya. Tangan putih itu menggapai wajah Kenzo, menelusuri setiap lekuk wajah tampan itu.

“Ternyata asli, bukan hantu,” gumam Alin.

Kenzo mencubit hidung Alin, dia terkejut dengan reaksi pertama dari Alin. “Dasar, memangnya kamu berharap suami mu datang sebagai hantu?”

Alin terkekeh pelan, “Hahaha bukan begitu maksud ku, siapa tahu kamu hantu jadi-jadian yang menyamar sebagai suamiku.”

“Ya kali ada hantu jaman sekarang sayang,” kata Kenzo sambil tertawa.

“Jangan gitu, nanti didatengin baru tahu rasa kamu,” kata Alin.

“Suami mu ini pemberani tahu, mana takut yang sama begituan, hahahah,” kata Kenzo menimpali.

Untuk sejenak, Alin melupakan rasa perih dan ngilu di kakinya. Berada di dekat Kenzo selalu membuat Alin nyaman dan tanpa beban. Senyum manis Kenzo meluluhkan hati Alin begitu juga sebaliknya. Kemesraan

mereka harus berhenti tatkala Glen masuk. Dan dengan wajah tak berdosanya, dia langsung duduk di dekat pasangan itu. Tidak memperduikan wajah masam dari sahabatnya yang tengah menatapnya tajam.

“Apa? Kenapa menatapku seperti itu?” tanya Glen dengan santainya.

“Siapa yang mengizinkan mu masuk hah?” tanya Kenzo dengan sebal.

“Kenapa harus menunggu perintah? Di sini kan bukan markas tentara kita dan saat ini kamu bukan atasanku, hahaha,” kata Glen.

“Ish, kenapa ak punya teman bangsat begitu,” kata Kenzo.

“Hey dilarang mengumpat sayang,” tegur Alin.

“Ehem-ehem ciye sayang-sayangan nih,” ledek Glen.

“Apaan sih Glen, jangan ledek istriku!” kata Kenzo tajam.

“Ah elah, begitu amat sih Ken, sekalinya punya pasangan, bucinnya minta ampun, over protektif lagi,” kata Glen.

“Suka-suka aku lah, kamu akan tahu apa yang aku rasakan ketika kamu juga punya cewek, sana cari cewek aja, ganggu banget jadi temen,” kata Kenzo.

“Eh eh, main usir-usir aja,aku kan juga pengen kenalan sama kakak iparku,” kata Glen.

“Sejak kapan aku jadi kakak mu?” tanya Kenzo dengan mata memicing.

“Sejak jaman dinosaurus belum lahir, puas?” kata Glen.

Mereka bertiga pun akhirnya tertawa lepas. Kenzo menjelaskan jika Alin adalah anak kecil di foto yang terus Kenzo bawa di dompetnya. Glen mengucapkan selamat kepada pasangan itu. Akhirnya mereka dipertemukan kembali dan disatukan dalam ikatan pernikahan. Namun, Kenzo memperingatkan Glen untuk tidak memberitahukan perihal pernikahannya kepada rang tuanya dan orang lain. Situasi yang dialami Alin membuat mereka berdua menyembunyikan pernikahannya. Bahkan Alin masih bersembunyi dari dunia luar untuk saat ini.

Hubungan Alin dengan keluarga mafia membuatnya hidup sulit. Ya walau dari segi harta, Alin sangatlah berkecukupan dan apapun yang dia ingin beli bisa terwujud. Tetapi Alin harus membayar mahal dengan kebebasannya. Serta sekarang diamemilih kabur, maka hidupnya menjadi tak tenang dan leluasa karena

pengejaran dari keluarga kakeknya serta keluarga Hans. Mendengar hal itu Glen mengerti dan berjanji akan menjaga rahasia ini. Kenzo pun mengucapkan terima kasih kepada sahabat dekatnya itu.

“Ah kau kan sedang terluka, sana kembali ke ruangan mu, di sini sudah ada bibi yang menemaniku, tak baik pasien meninggalkan kamarnya lama-lama,” kata Alin kepada suaminya.

“Tidak, aku akan berada di samping mu sampai kamu sembuh,” kata Kenzo keras kepala.

“Aih, kau ini terkadang seperti anak kecil, hey bagaimana bisa kamu menjagaku sedangkan diri mu sendiri sedang terluka dan lebih parah dariku, sudahlah jangan membangkang, sekali-kali turuti ucapan istri mu ini,” kata Alin.

Glen tertawa mendengar penuturan dari Alin. “Benar, ayo aku antar kamu ke kamar mu sendiri, ingat turuti ucapan kakak ipar, ayo-ayo aku akan mendorong kursi roda mu.”

Kenzo menatap Glen dengan tajam namun langsung berubah seketika saat Alin berucap. “Jangan keras kepala dan galak dengan sahabat mu, dia begitu karena khawatir dengan keadaan mu, jika kamu tidak mau kembali ke kamar mu, aku akan pulang hari ini juga.”

“Eh jangan sayang, kamu belum sembuh, ya sudah aku kembali ke kamarku sekarang, sayang istrirahatlah, nanti aku ke sini lagi,” kata Kenzo mengalah.

Bersambung.

Terpopuler

Comments

Min sua

Min sua

si kenzo ada pawangnya jadi kaya kucing nurut aja

2022-10-16

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!