Beberapa jam pun berlalu truk pindahan yang dikendarai oleh Andre dan Nathan memasuki sebuah kawasan perumahan elit.
Sebelum masuk ke kawasan perumahan tersebut Andre sudah mendapat ijin dari penjaga yang berada di pintu masuk tanpa adanya masalah, sebab Andre mengenal dekat dengan penjaga tersebut dan menjelaskan bahwa ia disuruh mengirimkan barang pindahan di salah satu rumah yang ada disana.
Ketika sampai didepan rumah yang alamatnya sudah tertera, Andre kurang percaya bahwa rumah tersebut milik pelanggan nya tetapi ia tidak terlalu memikirkan nya dan mulai menurunkan barang-barang di depan pintu rumah.
Seorang pria tua yang berpakaian rapih keluar dari dalam rumah saat mendengar suara benda-benda jatuh di depan rumahnya.
Pria tua tersebut tampak kesal saat melihat Andre yang menurunkan barang-barang didepan rumah nya karena ia sedang menunggu orang peting yang membeli rumah tersebut.
"Hey apa-apaan ini, kenapa kamu menurunkan barang-barang didepan rumah ku?" Tanya pak tua yang bernama Putra.
Andre yang sedang bekerja seketika berhenti dan melihat kearah seorang pria tua disana. Ia jelas merasa bingung karena dirinya sendiri tidak tahu bahwa rumah ini milik pria tua itu dan hanya di perintahkan untuk mengirim barang-barang pindahan saja.
"Sebelumnya saya minta maaf tuan, tapi saya hanya di suruh oleh seseorang yang ada disana untuk mengirim barang-barang nya kerumah ini!" Ucap Andre sambil menunjuk kearah truk nya.
"Panggil orang yang menyuruhmu untuk menemui ku!" Pinta Putra.
Andre kemudian segera menjemput Nathan dan membawanya ke hadapan Putra dengan buru-buru karena tidak ingin mendapat masalah.
Dengan kebingungan dan mata yang belum sepenuhnya tersebut, Nathan hanya mengikuti Andre yang menarik tangannya.
"Ini pak orang yang menyuruh saya membawakan barang-barang nya ke rumah ini!" Ucap Andre sambil menunjuk Nathan kepada pak Putra.
Nathan yang masih setengah sadar melihat seorang pria tua tengah menatapnya dengan tajam seolah-olah ingin menghabisi nya.
"Siapa kamu anak muda, kenapa mengirim barang pindahan mu ketempat ini!?" Tanya pak Putra dengan tatapan tajam.
Mendengar pertanyaan dari pria tua di hadapan nya membuat Nathan harus berpikir beberapa saat hingga teringat kembali bahwa ia menyuruh Echelon membelikannya sebuah rumah.
"Maaf Pak, saya Nathan orang yang sudah membeli properti ini. Apa ada hal yang salah?" Nathan bertanya balik.
Pak Putra yang mendengar nama Nathan segera memakai kacamata bulatnya dan ketika melihat wajah pemuda tersebut dengan jelas ekspresi seketika berubah. Ia kemudian segera menyalami Nathan dan tampak bersikap sopan.
"Tuan Nathan, saya yang menjual properti ini dan terimakasih sebelumnya sudah membelinya. Ini kartu aksesnya dan juga surat-surat kepemilikannya!" Ucap Pak Putra sambil memberikan sebuah kartu akses dan koper kecil berisi surat-surat rumah.
Sebelumnya pak Putra tidak mengenali Nathan karena pandangannya yang sedikit kabur, namun saat melihatnya dengan jelas ia segera mengenalinya karena ketika dalam proses pembelian Echelon mencantumkan foto Nathan.
Nathan dengan gugup menerima kartu akses dan koper berisi surat-surat rumahnya, ia sendiri belum tahu bahwa rumah yang dibeli oleh Echelon merupakan unit khusus dan memiliki harga fantastis yaitu sekitar 7 triliun rupiah.
"Kalau begitu saya pamit dulu tuan Nathan dan jika ada yang kurang dengan rumah ini anda bisa menghubungi saya!" Ucap pak Putra sambil memberikan kartu namanya kepada Nathan sebelum pergi.
Saat melihat pak Putra yang sudah pergi, Andre juga pamit undur diri dan pergi meninggalkan Nathan yang masih belum tahu bentuk rumahnya sendiri dan hanya bagian pintu masuk setinggi enam meter.
Nathan kemudian masuk kedalam rumahnya dan langsung disambut oleh kemewahan yang dimiliki properti tersebut.
Dengan perasaan campur aduk antara senang sekaligus bingung Nathan mulai menyusuri setiap bagian yang ada di rumah barunya.
Nathan terkejut saat mengetahui banyaknya fasilitas yang ada dirumah barunya seperti, empat kolam renang yang terletak di dalam dan di luar ruangan, sebuah bar, souna, salon, lapangan golf seluas 1 hektar di belakang rumah, satu area pendaratan helikopter, dan masih banyak lagi.
Tempat untuk para pekerja dirumah bahkan seperti sebuah kamar hotel bintang lima dan cukup besar.
Nathan kemudian naik ke lantai tiga menggunakan lift menuju sebuah kamar yang akan ia jadikan sebagai kamar pribadi miliknya.
Saat masuk kedalam kamar tersebut lagi-lagi membuat Nathan merasa terkejut sebab sangat luas terutama kasur yang bisa muat untuk lima belas orang.
Nathan lalu membuka horden setinggi 36 meter dengan menepuk tangan nya dan seketika pemandangan di belakang rumahnya terlihat.
"Rumah ini sangat luas bahkan bar nya saja bisa menampung seribu orang lebih. Kamu sudah gila Echelon, berapa uang yang sudah kamu habiskan untuk membeli rumah ini?" Tanya Nathan.
"Saya tidak gila tuan dan sengaja membeli rumah ini agar anda merasa senang. Untuk harganya sendiri yaitu 7,6 triliun rupiah taun..."
Rahang Nathan seketika ingin copot setelah ia mendengar pernyataan dari Echelon, tapi ia tidak terlalu terkejut mengingat saldo di rekeningnya saja yang memiliki nominak triliunan rupiah.
"Sepertinya aku harus mencari dua puluh orang lebih untuk mengurus rumah ini..." Nathan mendesah pelan.
"Apa perlu saya carikan sekarang, tuan Nathan?" Echelon menyaut.
Nathan menggelengkan kepalanya dan akan memikirkan nya nanti. Ia kemudian berjalan menuju lift dan menekan angka empat yang merupakan garasi rumah.
Saat sampai ia terkejut karena ukurannya yang luas dan bisa menampung seratus mobil di dalamnya, bahkan ada tempat yang bisa digunakan untuk menyimpan beberapa mobil istimewa oleh Nathan.
Untuk kesekian kalinya Nathan hanga bisa bergumam bahwa Echelon benar-benar sudah gila, pajak untuk rumah ini pasti akan sangat mahal menurutnya.
Nathan lalu pergi kembali meninggalkan basement untuk memberesekan barang-barang nya yang masih ada didepan pintu masuk hingga waktu tak terasa berlalu sangat cepat.
Jam kini sudah menunjukkan pukul enam dan Nathan terlihat sedang mengeringkan rambutnya setelah mandi di kamar.
Sebuah kotak yang tampak usang Nathan buka dan ia menemukan kenang-kenangan bersama dengan orang tuanya sebelum mereka meninggal karena kecelakaan.
Mata Nathan seketika tertuju kearah secarik surat yang masih belum ia buka sampai saat ini dari kedua orang tua nya.
Di dalam surat tersebut orang tua Nathan berpesan kepadanya agar tidak memiliki dendam dengan seseorang dan terus melanjutkan pendidikannya serta mendoakan dirinya agar selalu merasa bersyukur dalam keadaan apapun.
Nathan yang membaca pesan tersebut meneteskan air matanya namun segera menyeka nya dan menyimpan kembali surat tersebut.
"Sepertinya akan sangat sulit untuk tidak dendam dengan seseorang terutama kepada ****** itu..." Gumama Nathan.
Nathan lalu membuka laptopnya dan melihat profil dari perusahaan tempat ia dulunya bekerja sebelum di pecat dengan seenaknya oleh Dion.
Bursa saham kemudian Nathan buka dan mencari grafik perkembangan perusahan nya dulu. "Tampaknya saham perusahaan itu sedikit turun beberapa hari ini..."
Sebuah ide untuk menjatuhkan Dion dari jabatannya dan membuat pria itu serta Angel terpuruk muncul dikepala Nathan.
Nathan lalu menginvestasikan sejumlah uangnya ke perusahaan tersebut dan menutup laptopnya. Ia kemudian merebahkan tubuh nya dikasur dengan raut wajah bahagia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 144 Episodes
Comments
mantap gan
uang segitu bisa buat mall mewah jir
2024-10-31
0
Sang M
cerita ngawur. asal njleplak mulut.. harga rumah 7trilyun. rumah model apa itu, Coookkkkkk.!!!!
2024-03-21
1
Phaul Fukaba
cerita udh menarik sihh. cuma kurng nyata aja. jadi kita pembaca merasa terlalu berlebihan. kalo bisa di sesuikan saja sama kenyataan di kota kota besar, biar tidak terkesan di paksakan.
2024-01-13
1