...💠Selamat Membaca💠...
Dua minggu berlalu, Orion masih belum memiliki rencana untuk menemui Jasmine walaupun ia sudah tahu di mana keberadaan wanita itu. Ia masih dalam proses menyiapkan diri. Entah kenapa semakin kesini, ia menjadi ragu. Takut, jika wanita itu dendam dan berbalik melaporkan tindakannya enam tahun silam ke pihak berwajib. Penjara sama sekali tidak masuk ke dalam daftar tempat tujuan dalam hidupnya. Pria itu dilema.
Orion bangkit dari kursi kebesarannya, siang ini ia ada janji makan siang dengan sang kekasih. Ia akan menjemput Sophia ke agensi tempat model cantik itu bernaung.
...----------------...
Mobil Orion baru saja sampai di pelataran gedung agensi, ia mengurungkan niatnya untuk turun saat melihat Sophia keluar dari sana bersama seorang pria. Mereka terlihat berbincang hangat dan sesekali tertawa. Orion tidak tahu siapa pria yang sedang bersama kekasihnya, namun satu yang ia tahu bahwa saat ini ia merasa sangat cemburu melihat kedekatan keduanya.
Setelah Sophia berpisah dengan pria bersurai pirang itu, ia langsung berlari menghampiri mobil Orion yang terparkir tak jauh dari tempatnya berdiri.
"Menunggu lama?" tanya Sophia setelah masuk dan mendudukkan diri di kursi samping Orion.
"Hm." Orion merespon datar kemudian melajukan mobilnya tanpa berkata lagi.
Sophia sedikit heran melihat sikap Orion yang seperti itu, tapi ia tidak ambil pusing. Ia sudah hapal betul, jika sikap Orion berubah datar dan dingin berarti suasana hati pria itu sedang tidak baik. Jadi, ia cukup diam saja.
...----------------...
"Kita bertemu lagi, Babe?"
Saat sedang fokus menikmati makan siang yang baru saja dimulai, Orion dan Sophia dikejutkan dengan kehadiran seorang pria yang kini sudah ikut bergabung di meja mereka tanpa meminta izin terlebih dahulu.
"Justin!" Sophia terkejut karena bertemu kembali dengan pria tampan berambut pirang itu.
Tidak hanya Sophia, Orion pun terkejut dengan kemunculan si pria yang beberapa saat lalu membuatnya cemburu. Ia menatap tajam pria yang saat ini tengah duduk di samping kekasihnya.
"Justin, dengan siapa kau kemari?" tanya Sophia santai. Wanita itu tak memerhatikan raut wajah Orion yang sudah tidak mengenakkan untuk dilihat.
"Sendiri, tapi sekarang berdua karena ada kau, Babe." Ucapan yang keluar dari mulut pria yang bernama Justin itu kentara sekali bernada menggoda.
"Ehm." Orion berdehem keras, ia emosi karena seperti obat nyamuk di antara dua orang itu.
"Orion..." Sophia merasa tak enak karena sempat mengabaikan kekasihnya.
"Oh, ada orang. Ku pikir kau tadi makan sendiri, Babe." Justin sengaja menekankan kata Babe pada kalimatnya.
Babe adalah panggilan sayang dari Justin untuk Sophia saat mereka berpacaran dulu.
"Ti-tidak. Aku sedang bersama kekasihku, Orion."
Orion dan Justin saling berpandangan, kilat tajam mata mereka persis seperti musuh yang dipertemukan di medan perang. Tak lama, pria pirang itu mengulurkan tangan.
"Justin, mantan terindah Sophia." Ia memperkenalkan diri dibarengi dengan senyuman remeh yang tersungging di bibir.
Rahang Orion mengeras begitu mengetahui pria yang tampak akrab dengan Sophia ternyata adalah mantan kekasih dari wanita itu. Tingkat kecemburuannya kali ini meningkat pesat.
"Orion, calon suami Sophia." Orion akhirnya balas menjabat tangan Justin, ia menggenggam dengan erat tangan mantan dari kekasihnya itu seakan ingin meremukkannya. Senyuman miring juga turut menghiasi wajah tampan Orion.
"Baru calon, ya?" ucap Justin sembari menarik tangannya dari genggaman Orion.
"Apa katamu?" Orion terpancing emosi.
"Sudah... sudah, sebaiknya kita lanjutkan makan siangnya. Kau juga, Justin. Pesanlah makanan yang kau inginkan!" Sophia menengahi perang dingin antara kedua pria itu.
Makan siang dilanjutkan dengan keadaan canggung, beberapa kali Justin mengajak Sophia mengobrol tanpa memedulikan keberadaan Orion. Pun, Sophia hanya bisa menatap kekasihnya dengan pandangan meminta maaf.
"Aku ke toilet sebentar." Sophia pamit meninggalkan dua manusia tampan yang pernah dan masih menjalin kasih dengannya.
Justin menyandarkan tubuhnya pada kursi, tangannya terlipat di dada. Matanya tak lepas menatap Orion. Sesekali ia terkekeh, entah apa yang dibayangkannya sampai melakukan hal itu.
Orion sendiri juga balas menatap pria yang duduk di depannya. Matanya menyalang tajam, persis seperti hewan buas yang sedang mengintai mangsa.
Aura di meja itu benar-benar tidak menyenangkan. Tak ada satupun dari mereka yang bersuara. Sampai pada akhirnya Justin tidak tahan dan mengeluarkan suaranya.
"Apa Sophia masih hebat di atas ranjang?" Celetuk pria pirang itu dengan sengaja.
Deg
Orion masih diam, mencoba mencerna pertanyaan yang dilontarkan lawan di depannya. Dan saat ia benar-benar sadar, mantan kekasih Sophia itu kembali berujar.
"Dulu, kami melakukannya setiap hari. Walau wajahnya terlihat polos dan lugu, jangan tertipu, Sophia itu sangat agresif dan terkesan murahan jika sudah berada di atas ranjang. Apa sekarang dia masih seperti itu?"
BUGH
Orion bangkit dan melayangkan satu pukulan ke wajah Justin. Pria berambut pirang itu jatuh terkangkang di atas lantai.
"Pria brengsek!" Tidak sampai di sana, Orion mendekati Justin yang masih terduduk di lantai dan menggebukinya dengan membabi buta. Meluapkan amarahnya pada pria itu karena telah mengucapkan kata-kata tak pantas seperti tadi mengenai kekasihnya.
"Rasakan ini, dasar pria bajingan!" Orion masih memukuli Justin, yang dipukuli hanya bisa pasrah.
Semua orang di sana terkejut dengan apa yang terjadi, beberapa pelayan mencoba menghentikan tapi gagal, tak ada yang bisa menghentikan kemarahan Orion.
"HENTIKAN!"
Sampai Sophia datang dan berteriak untuk menghentikan perkelahian sepihak itu.
"Orion, apa-apaan ini?" Bentak Sophia tak suka. Ia mendorong tubuh Orion, menjauhkannya dari Justin. Kemudian ia membantu pria yang sudah babak belur itu untuk berdiri.
"Kau tidak apa-apa?" Sophia terlihat sangat panik mendapati wajah Justin penuh luka lebam, sudut bibirnya pun berdarah.
Setelah meminta maaf pada manager restoran dan juga pada semua pengunjung yang makan siang di restoran itu, Sophia memapah tubuh Justin masuk ke dalam mobilnya.
Orion mengepalkan tangan kesal saat melihat kekasihnya yang begitu peduli pada mantan. Bahkan dirinya diabaikan begitu saja. "Sialan!" Umpatnya.
Justin memeluk pinggang Sophia yang sedang memapahnya. Ia memang sengaja menerima serangan Orion tanpa membalas demi mendapatkan momen seperti ini. Kini, ia puas melihat wajah menyedihkan Orion. Diliriknya pria itu di belakang sana. Sebuah senyum kemenangan terbit di bibir tebalnya.
...----------------...
Orion memukul stir kemudi berkali-kali, ia melimpahkan amarahnya pada benda yang tak bersalah. Masih teringat jelas seringai penuh kemenangan Justin, membuatnya semakin murka.
Setelah puas melampiaskan amarahnya, Orion memandang nanar buku-buku jarinya yang terluka. Beberapa juga terkelupas menampakkan daging merah yang dihiasi darah. Lihatlah! Di sini ia juga terluka. Tidak hanya fisik, tapi juga hati.
Orion menumpukan kepala di stir kemudi, dadanya terasa sakit. Rasanya ingin menangis saja, tapi sebisa mungkin ia tahan. Andai tadi ia tidak memukul pria itu, pasti saat ini Sophia ada di sampingnya. Andai...
Setengah jam berlalu, Sophia masuk ke dalam mobil Orion. Wajah wanita itu masih terlihat marah.
"Alasan apa yang ingin kau berikan?" tanya Sophia tanpa basa-basi.
Orion memandang wajah cantik kekasihnya. Baru kali ini ia melihat Sophia yang begitu marah. "Dia menghinamu!" Orion pun menjawab. Ia tidak ingin menjadi satu-satunya pihak yang disalahkan. Lagi pula, ia tidak akan bertindak kasar jika tidak ada sebabnya.
"Menghina?" Sophia tergelak. "Menghina bagaimana? Justin itu sangat baik, tidak mungkin dia akan tega berkata buruk tentang diriku," lanjutnya.
"Kau tidak percaya padaku?" Lirih Orion.
"Bagaimana aku bisa percaya, kau memberikan alasan yang tidak masuk akal."
"Kau tahu, dia membuka privasi kalian selama berhubungan," beber Orion.
"Privasi?" Alis Sophia terangkat satu.
"Ya, tentang kehidupan percintaan kalian, khususnya hubungan ranjang." Orion memperjelas.
Deg
"Hahhaahhaha." Suara tawa Sophia meledak seketika. Orion menatapnya bingung, apa kalimat yang baru saja ia ucapkan adalah lelucon hingga wanita itu menghamburkan tawa.
"Sayang, kau lucu sekali." Sophia menepuk pundak Orion. "Itu hanya masalah sepele, kau tidak perlu sampai memukulnya seperti tadi."
"Apa? Sepele katamu?" Emosi Orion kembali tersulut. "Dia memberitahuku bagaimana kelakuanmu di ranjang, itu sama saja dengan penghinaan! Apa kau tidak merasa sakit hati?"
"Sakit hati? Kenapa harus sakit hati? Justru aku bangga kalau seorang pria begitu memuji pelayananku di atas ranjang. Itu membuktikan bahwa aku adalah wanita yang hebat," jelas Sophia. Ia mengusap sudut matanya yang berair karena tertawa yang terlalu berlebihan.
Deg
Orion terhenyak, ia tidak menyangka kalimat itu akan keluar dari mulut kekasih yang selama ini ia anggap sebagai wanita baik-baik.
"Ku pikir kau wanita terhormat, yang tidak akan memberikan tubuhmu secara cuma-cuma hanya untuk seorang pria yang berstatus sebagai kekasih. Aku kecewa."
Sophia menatap Orion bingung. "Apa yang kau bicarakan, aku tidak mengerti sama sekali."
"Berapa mantan kekasih yang kau punya? Dan kau sudah tidur dengan semua kekasihmu?" tanya Orion.
"Ya. Memang kenapa? Apa aku salah? Ini zaman modern, se*ks sebelum menikah sudah menjadi hal yang lumrah. Kau sendiri juga sudah sering melakukannya dengan mantan kekasihmu, kan?" Tebak Sophia.
Orion terdiam, kenyataan ini memporak-porandakan hatinya. Rasanya sakit sekali. Andai dirinya memang seperti yang Sophia pikirkan, mungkin ia bisa menerima semuanya dengan lapang dada. Namun, masalahnya ia sama sekali tidak pernah meniduri wanita manapun selain Jasmine yang waktu itu ia perkosa.
Orion pikir, ia yang pertama kali akan menyentuh Sophia, ia yang pertama kali akan memiliki wanita itu, tapi semua hanya mimpi belaka. Wanitanya adalah bekas dari lelaki lain. Kecewa? Sangat.
Apakah karma untuknya masih berlanjut? Pertama, tidak sempurna sebagai seorang pria. Kedua, kekasih yang dipikirnya hanya miliknya ternyata pernah dimiliki lelaki lain. Hidupnya kini sudah sangat menyedihkan.
...----------------...
Justin tersenyum dalam mobilnya saat melihat Sophia keluar dari mobil Orion dengan wajah marah.
"Misi berhasil," gumam pria itu. Lalu, ia lekas menghubungi seseorang. Orang itu pasti akan senang mendengar apa yang sudah terjadi.
...Bersambung...
Jangan lupa Like, Vote & Comment
Terima kasih sudah membaca 🙏🏻😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments