Penyelamat

...💠Selamat Membaca💠...

Hari ini adalah hari terburuk bagi pria bernama Mark Davidson. Seorang wanita yang mana merupakan kesalahan satu malamnya datang menemui dan mengatakan jika ia tengah mengandung darah daging dari dirinya. Saat itu, perusahaan sedang mengadakan pesta, sebagai pemimpin yang baik Mark harus ikut serta di dalamnya. Entah apa yang terjadi, malam itu ia merasakan badannya benar-benar panas setelah menegak segelas cairan beralkohol, gairahnya melonjak hingga tak terbendung lagi. Alhasil, ia menarik seorang wanita untuk melepaskan hasrat seksualnya tersebut. Paginya, ia terperanjat bangun saat mendapati sang sekretaris tidur di sampingnya dalam keadaan tanpa busana, pun dengan dirinya.

Kedua belah pihak keluarga yang mengetahui masalah itu langsung merencanakan pernikahan dan disepakatilah jika bulan depan adalah hari di mana upacara sakral itu berlangsung. Semua dilakukan dengan cepat sebelum kandungan wanita itu bertambah besar dan menuai tanda tanya bagi orang-orang sekitar.

Mark pasrah, karena kesalahan tak disengaja pada malam itu, ia harus menikah dengan wanita yang sama sekali tidak dicintainya, tertarik saja tidak. Namun, darah dagingnya dalam perut wanita itu membutuhkan tanggung jawabanya sebagai seorang ayah.

Kini, Mark menepi di sebuah sungai yang ada di kota tempat tinggalnya. Ditemani dengan beberapa kaleng bir, ia ingin menghilangkan resah yang melanda hati. Duduk di atas kap mobil, dipandanginya sungai yang mengalir tenang di malam hari, perasaannya perlahan membaik. Menyendiri seperti ini memberikannya ketenangan batin.

Saat asyik menikmati pemandangan di tengah malam yang sunyi, mata abu milik Mark menangkap sebuah bayangan dari sosok yang berjalan tertatih menuju tepi sungai. Dahi pria itu berkerut, siapa orang yang di tengah malam buta ini berjalan menuju tepi sungai seorang diri? Bulu kuduk pria itu pun berdiri, membayangkan jika itu bukanlah sosok manusia melainkan hantu atau arwah penunggu sungai. Penasaran, terus dipandanginya sosok itu dengan cermat.

"HEII!" Mark bersorak kaget saat melihat tubuh itu terjun ke dalam sungai. Buru-buru pria itu turun dari kap mobil dan berlari menuju tepi sungai tepat di mana sosok tadi menceburkan diri.

Sampai di tepi sungai, Mark terdiam. Menimbang-nimbang apa yang harus ia lakukan. Haruskah ia terjun untuk menyelamatkan sosok tadi? Bagaimana jika itu bukanlah manusia, ia bisa mati konyol jika berurusan dengan makhluk dari dunia lain.

Setelah berpikir panjang, Mark akhirnya memutuskan untuk menyelamatkan sosok itu. Persetan dengan arwah penunggu sungai, yang jelas ia harus memastikan dulu jika yang terjun tadi adalah manusia atau bukan. Tidak lucu saja, jika ia mengabaikan sosok itu, dan di pagi harinya televisi menyiarkan berita tentang mayat yang menggambang di atas sungai, ia pasti akan ikut terseret dalam masalah itu, apakah sebagai saksi mata atau yang terburuknya adalah tersangka. Hiiii...

Di dalam air, tubuh Mark meremang. Air sungainya terasa dingin sekali. Di kegelapan, ia terus mencari sosok tadi dengan meraba-raba air. Sialan memang, apa yang sudah ia lakukan. Apa yang bisa ditemukannya di bawah sungai yang gelap ini. Huh... rasanya Mark ingin keluar saja.

Pria itu melanjutkan pencariannya, beberapa kali ia muncul ke permukaan untuk sekedar mengambil napas, Tidak sampai lima menit menjelajah bawah sungai, tangan Mark akhirnya menangkap sebuah tangan dari tubuh yang melayang di dalam sungai. Ditariknya tubuh itu sampai ke permukaan.

Tubuh ringkih seorang gadis muda kini terbaring di atas tanah dalam keadaan tak sadarkan diri.

"Hei, bangun!" ucap Mark sambil menepuk-nepuk pelan pipi pucat itu dengan tangannya. "Sepertinya ia telah menelan banyak air." Karena tak ada respon, ia langsung melakukan pertolongan pertama. Ditekan-tekannya dada gadis itu untuk membuatnya bernapas, tapi itu tidak berhasil juga. Mau tak mau, Mark harus memberikan pernapasan buatan.

Mark mendekatkan wajahnya pada wajah cantik gadis muda itu, dibukanya mulut perempuan itu sedikit sebelum akhirnya menghembuskan napas ke dalamnya beberapa kali.

Berhasil, perempuan itu cegukan dan menyemburkan air dari dalam mulutnya, tapi masih belum sadarkan diri. Mark memutuskan untuk membawanya ke rumah sakit, setidaknya ia tahu jika gadis itu masihlah bernapas.

...----------------...

Mark duduk menggigil di kursi tunggu depan ruang UGD, rambutnya masih basah. Untung saja, tadi ada seorang suster yang meminjamkannya baju pasien untuk mengganti pakaiannya yang basah. Entah bagaimana jadinya jika ia masih mengenakan pakaian basah tadi.

Dokter yang memeriksa akhirnya keluar setelah menghabiskan waktu setengah jam di dalam sana. Mark langsung menghampirinya.

"Bagaimana keadaannya, Dok?" sembur Mark dengan suara bergetar menahan dingin.

"Kalau boleh tahu, anda siapa gadis itu?" tanya si dokter.

"Saya sepupunya, Dok." Mark terpaksa berbohong. Ia tidak mungkin mengatakan jika ia baru saja menyelamatkan orang asing yang melakukan bunuh diri. Masalahnya bisa semakin panjang dan Mark malas jika harus terlibat dalam masalah itu.

"Apa kau bisa menghubungi orang tuanya?"

"Aduh apa lagi ini." Mark mengomel dalam hati. Dokter di hadapannya terlalu banyak bertanya. "Dia sudah tidak punya orang tua lagi, Dok. Saya adalah walinya." Ya Tuhan, bohong lagi kan.

"Kalau begitu, anda ikut saya ke ruangan!" ajak si dokter.

"Jadi bagaimana, Dok?" tanya Mark begitu ia sudah duduk di ruangan dokter.

"Kami sudah berhasil membersihkan paru-paru sepupu anda yang dipenuhi oleh air. Keadaannya sudah lebih baik. Hanya saja, ada satu lagi masalah yang terjadi pada sepupu anda."

"Apa itu, Dok?" Mark mendengarkan dengan seksama.

"Setelah kami periksa secara menyeluruh, kami menemukan tanda-tanda kekerasan seksual di tubuh sepupu anda. Bahkan, maaf, masih ada cairan ****** yang menempel di organ intimnya."

Mark terperangah mendengar penjelasan dokter. Dari sini ia bisa menarik kesimpulan jika perempuan malang yang diselamatkannya itu baru saja diperkosa dan memilih untuk bunuh diri karena tidak sanggup menanggung penderitaannya.

"Anda sebagai walinya, apa tidak bisa menjaga sepupu anda dengan baik?" Dokter wanita yang berumur kira-kira 40-an itu menatap Mark penuh curiga. Apa dipikirnya Mark lah yang sudah melakukan semua itu.

"Maaf saya tidak tahu, Dok. Seharian ini saya bekerja, dan saat pulang tadi, saya menemukannya sudah tenggelam di dalam bathup." Dalam hati, Mark memuji bakat mengarangnya. Jika begini, ia bisa menjadi penulis terkenal.

Dokter itu menghela napas kasar. "Baiklah, kami akan memindahkan pasien ke ruang rawat inap. Nanti, setelah dia sadar, anda bisa menanyakan perihal yang menimpanya dengan pelan-pelan."

"Ya, terima kasih. Dok."

Kini Mark berada di dalam ruang rawat sepupu palsunya. Ia duduk di kursi yang ada di samping ranjang pesakitan si perempuan. Wajah tampannya nampak terkantuk-kantuk. Tak tahan, akhirnya ia jatuh tertidur juga.

Pagi harinya Mark membuka mata pelan-pelan. Sekujur tubuhnya terasa linu, mungkin karena semalam tidur sambil duduk. Dilihatnya, perempuan itu sudah bangun. Matanya terbuka, tapi pandangannya kosong.

Mark berdiri dari duduknya dan melakukan sedikit peregangan, melemaskan otot-ototnya yang terasa kaku. Ia menatap sosok di pembaringan yang masih setia berdiam bak boneka.

"Bagaimana keadaanmu?" Mark coba bertanya.

Tak disangka, perempuan itu menoleh dan memandangi Mark dengan mata birunya yang seperti mati, tak terlihat ada sinar di dalamnya.

"Bagaimana keadaanmu?" Sekali lagi Mark mengulang pertanyaannya.

"Kenapa kau menyelamatkanku?" Bukan menjawab, perempuan berambut pirang pendek itu justru balik bertanya.

"Ah, kenapa ya? Entahlah. Seharusnya ku biarkan saja kau mati, kan?" Mark menyahut sinis. Ia kesal, sudah beruntung diselamatkan, bukannya berterima kasih malah menyalahkannya.

"Ya, seharusnya aku mati agar aku bisa berkumpul dengan mommy dan daddyku di surga sana."

Deg

Mark melongo. Ternyata ucapannya pada si dokter semalam tidak sepenuhnya bohong. Perempuan ini memang tidak memiliki orang tua lagi. Ah, ia sedih mengetahuinya.

"Tidak ada orang yang mati bunuh diri masuk ke dalam surga. Mereka akan ditempatkan di neraka oleh Tuhan karena telah menyia-nyiakan berkah hidup yang diberikan."

Deg

Woah, sepertinya Mark sudah salah bicara. Perempuan itu langsung menangis setelah mendengar ucapannya. "Jangan menangis, hidup terlalu berharga untuk disia-siakan. Di dunia ini, tidak hanya dirimu yang ditimpa masalah. Semua orang memiliki masalahnya masing-masing," jelas Mark. "Termasuk diriku," sambungnya dalam hati.

"Tuhan tidak menyayangiku. Dia telah merenggut kedua orang tuaku dan sekarang Dia juga membuatku menjadi perempuan kotor dengan cara yang sangat menyakitkan."

Mark kembali duduk di kursinya. Baiklah, untuk hari ini ia akan mendengarkan keluh kesah perempuan malang itu.

...----------------...

Mark teringat kenangan enam tahun silam. Ia berpikir, jika Jasmine menolak untuk melakukan sek* karena trauma di masa lalunya. Ya, sudah pasti karena hal itu. Mark tidak ingin memaksa, karena ia tahu akan sangat menyakitkan bagi Jasmine jika mengingat hal keji itu. Sampai sekarang, ia penasaran, siapa pria bejat yang telah merampas kehormatan Jasmine sampai meninggalkan jejak yang tidak akan pernah bisa dihapus seumur hidup.

...Bersambung...

Jangan lupa Like & Comment

Terima kasih sudah membaca🙏🏻😊

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!