Trauma

...💠Selamat Membaca💠...

Hari ini Jasmine bangun sedikit terlambat karena dari kemarin tidak berada dalam kondisi yang baik. Seharian menangis membuat tubuhnya lemas dan kepalanya sakit. Kini, perasaannya sudah jauh lebih baik.

Mark sudah berangkat ke kantor terlebih dahulu, itu dibuktikan dengan keadaan apartemen yang sudah sepi. Selain itu, di meja makan sudah tersaji sarapan yang tentu saja sudah disiapkan Mark untuknya sebelum berangkat. Pria itu memang sangat perhatian.

Jasmine sudah rapi dengan setelan kantornya, blazer hitam dipadukan dengan rok span sepanjang lutut. Rambut pirang panjangnya dicepol ala balerina hingga leher putih jenjangnya terlihat. Sebelum berangkat, tak lupa ia menyemprotkan parfum untuk meningkatkan rasa percaya dirinya.

Sampai di lobi kantor, semua orang yang dilewatinya menyapa ramah, kadang mereka juga memuji penampilan Jasmine yang semakin hari semakin terlihat menawan.

"Ms. Jasmine, Mr. Mark sudah menanti kehadiran dirimu di ruangannya."

Saat berjalan di lorong menuju ruangan Mark, seorang karyawan memberitahukan jika dirinya sudah di tunggu oleh sang atasan. "Ada apa ya? Apa ada sesuatu yang penting?" pikir Jasmine.

Bergegas ia berjalan menemui sang atasan di ruangannya. Tanpa mengetuk pintu, Jasmine langsung masuk saja ke ruangan orang nomor satu di perusahaan itu.

"Selamat pagi," sapanya pada pria yang kini tengah berdiri menatap langit dari jendela besar yang menjadi dinding ruangan.

"Kemarilah!" pinta Mark.

Jasmine menurut, sebelum menghampiri Mark ia menaruh tas di meja kerjanya terlebih dahulu.

"Mark!" Jasmine terpekik saat Mark menarik tubuhnya tiba-tiba. Pria itu mendorongnya hingga terhimpit di antara dinding kaca dan tubuh kekar si pria.

"Kemarin aku tidak bertemu dengan dirimu dan sekarang aku rindu." Mark berbisik lirih di telinga Jasmine, membuat tubuh wanita itu meremang.

"Aku-"

Belum sempat Jasmine menyudahi kalimatnya, bibir manisnya langsung disambar oleh Mark. Jasmine tak menolak, justru ia membalas ciuman dari kekasihnya itu.

Tok... tok... tok

Belum tuntas keinginan untuk melepas rindu, bunyi ketukan pintu membuat mereka menyudahi kegiatannya. Mark mengumpat kesal karena acaranya terganggu sementara Jasmine langsung berlari ke kamar kecil untuk memperbaiki penampilannya.

"Ma-masuk!" ucap Mark sedikit terbata. Ia langsung mendudukkan diri di singgasana dan pura-pura sibuk.

Pintu ruangan terbuka lebar, Mark menoleh dan mendapati rekan bisnis sekaligus kekasih adiknya datang berkunjung.

"Oh, Mr. Cannavaro." Mark bangkit dari tempat duduknya menyambut kedatangan Orion. "Apa kau membawa laporan yang ku minta?" tanyanya.

Orion mengangguk kemudian menyerahkan laporan tersebut. Mark mengambi laporan itu dan langsung meletakkannya di meja.

"Silakan duduk, Mr. Cannavaro. Aku akan meminta office girl untuk membuatkanmu minum!" tawar Mark.

"Tidak, terima kasih. Aku harus kembali ke Tokyo. Sophia sedang menunggu di mobil." Orion menolak.

"Baiklah. Berhati-hatilah di jalan. Sampaikan salamku pada Sophia," ucap Mark.

"Ya." Setelah pamit, kekasih dari Sophia itu berlalu pergi.

Jasmine keluar dari dalam kamar kecil setelah memperbaiki penampilannya. Ia menghampiri Mark dan melihat jika tamu yang datang sudah tidak tampak lagi.

"Siapa tamunya?" Ia kemudian bertanya.

"Oh, rekan bisnis kita. Dari Cannavaro Corp, Orion Cannavaro." Suara Mark menjawab.

Deg

Jasmine tersentak. "O-orion?" lirihnya. Dari ekor matanya wanita itu bisa melihat ada bayangan yang berdiri di depan pintu masuk. Ia segera menoleh.

Deg

Mata Jasmine terbelalak saat sepasang manik birunya bertubrukan dengan sepasang mata tajam yang kemudian membuatnya terseret ke pusaran waktu beberapa tahun silam.

"Ah...." Tubuh Jasmine limbung seketika. Untung saja ada Mark yang berdiri di sampingnya untuk menahan.

"Sayang, kau kenapa?" tanya Mark panik.

Jasmine terkulai lemas dalam pelukan Mark, dadanya berdebar menyakitkan, membuat napasnya sesak. Bulir-bulir keringat sebesar biji jagung mulai bermunculan di sekujur tubuh wanita itu.

"Jasmine! Ada apa?" Mark segera menggendong tubuh Jasmine dan membawanya menuju kamar peristirahatan yang memang tersedia di ruangan itu.

Sampai di dalam, dibaringkannya tubuh Jasmine di atas kasur. Wanita itu masih tidak bergerak ataupun berucap sepatah kata pun, hanya saja wajahnya pucat dan tubuhnya bergetar hebat.

"Hei, kau kenapa?" Mark duduk di samping Jasmine dan mencoba mengelap peluh yang membanjiri wajah wanita itu, tapi belum sempat melakukannya, tangannya ditepis dengan kasar oleh Jasmine.

"PERGI! JANGAN SENTUH AKU! PRIA BAJINGAN!" Pekik Jasmine histeris. Wanita itu bangkit dari tempat tidur dan berlari ke sudut kamar, dia meringkuk ketakutan di sana. Memeluk kedua lutut dan menyembunyikan wajahnya.

Mark kebingungan, tidak biasanya Jasmine bertingkah seperti ini. Terkahir kali ia melihat kekasihnya begini adalah saat berhadapan dengan Hansel beberapa tahun lalu.

"Kau kenapa, Mine?" Lirih Mark pilu. Ia membiarkan saja Jasmine di sana sampai keadaannya kembali normal.

...----------------...

Orion mematung di tempat saat matanya bersirobok dengan netra biru yang dahulu mengeluarkan air mata karena kebejatan dirinya. Ia sama sekali tidak menyangka, setelah sekian tahun berlalu, akan dipertemukan kembali dengan gadis yang sudah ia renggut kehormatannya dan hancurkan hidupnya.

"Jasmine..." Gumamnya.

Ia bisa melihat jika Jasmine sangat terkejut bertemu dengannya,bahkan yang lebih menyedihkan lagi, wanita itu tampak ketakutan, seperti trauma. Semua itu pasti karena ulahnya.

"Apa yang harus aku lakukan?" Kaki Orion bergerak hendak menghampiri kamar di mana tadi membawa Jasmine, namun ia ragu.

"PERGI! JANGAN SENTUH AKU! PRIA BAJINGAN!"

Suara pekikan dari dalam kamar membuat Orion mengurungkan niatnya. Ini bukan saat yang tepat baginya untuk menemui Jasmine dan meminta maaf. Ia takut wanita itu akan semakin histeris jika kembali bertemu dengannya.

"Maaf Mr. Cannavaro." Mark keluar dari dalam kamar dan menghampiri dirinya.

"A-ah, tidak apa-apa. Oh ya, si-siapa wanita tadi dan kenapa dia sampai seperti itu?" tanya Orion gugup.

"Sekretarisku, dia sedang tidak enak badan." Mark menjawab datar.

"Hm, ka-kalau begitu saya pamit dulu."

"Ya." 

Tubuh Orion menghilang di balik pintu. Sementara Mark masih memandang daun pintu yang sudah tertutup dengan mata terbelalak.

"Jangan-jangan."

Ya, setelah menelaah semua kejadian yang baru saja terjadi, akhirnya Mark bisa menarik satu kesimpulan.

...----------------...

Orion menyetir dengan pikiran yang tidak fokus, beberapa kali ia harus mengerem mendadak karena hampir menabrak kendaraan di depannya. Sudah berulang kali Sophia mengingatkan, tapi Orion sama sekali tidak mendengar. Saat ini otaknya masih sibuk memikirkan tentang pertemuannya dengan Jasmine.

"Hei! Jika tidak fokus menyetir sebaiknya aku saja yang melakukannya. Kau bisa membuat kita berdua mati konyol!" Protes Sophia yang sudah kesal dengan tingkah Orion.

Mau tak mau Orion harus memberhentikan kendaraannya. Sebaiknya memang Sophia yang menyetir karena dirinya saat ini tidak bisa berkonsentrasi.

Setelah berpindah duduk, Orion segera menyandarkan tubuhnya di kursi mobil.

"Ada apa denganmu?" tanya Sophia heran. Namun Orion hanya diam tak merespon.

"PERGI! JANGAN SENTUH AKU! PRIA BAJINGAN!"

Teriakan Jasmine tadi terus terngiang di benak Orion, kata-kata itu pasti ditujukan untuk dirinya. Ya, dialah pria bajingan itu yang telah menyentuh Jasmine secara paksa.

Orion masih tak menyangka jika dirinya akan dipertemukan kembali dengan Jasmine setelah enam tahun berlalu. Semuanya sudah berubah, dulu Jasmine hanya seorang remaja polos yang tidak menarik, sekarang dia telah menjelma menjadi seorang wanita dewasa yang cantik, menawan dan seksi. Jantung Orion berdegup cepat saat membayangkan wajah dan tubuh Jasmine yang masih terekam jelas di benaknya. Jujur saja, Jasmine yang sekarang membuatnya terpesona.

"Ah, tidak-tidak." Orion dengan cepat menggelengkan kepala untuk mengusir pikiran konyol yang baru saja timbul di benaknya. Ia tidak mungkin tertarik dengan wanita itu, karena di sampingnya sudah ada wanita yang tidak kalah cantik dan sudah menemaninya selama dua tahun ini.

"Jasmine, tunggu saja, aku akan kembali menemuimu untuk meminta maaf. Setelah itu, aku akan membawamu kehadapan ayah dan ibu agar mereka mau memaafkanku kemudian merestui hubunganku dengan Sophia agar kami bisa secepatnya menikah," tekad Orion.

...----------------...

Mark terpekur di kursi kerjanya. Baru saja ia memindahkan Jasmine yang tertidur ke atas ranjang. Pria itu masih memikirkan kejadian yang baru saja terjadi.

Jasmine yang sebelumnya baik-baik saja, langsung mengamuk. Wanita itu tidak mungkin mengamuk jika tidak ada sebab atau pemicunya. Dan satu-satunya pemicu yang bisa dipikirkan Mark saat ini adalah karena pria bernama Orion Cannavaro itu. Ia ingat, tubuh Jasmine langsung melemah saat bertatapan dengan Orion. Terlebih, satu hal yang membuat Mark terkejut adalah, kemiripan antara Orion dengan Hansel. Pantas saja saat melihat pria itu untuk pertama kali ia seperti tidak asing, ternyata wajahnya sangat mirip dengan putra Jasmine. Kesimpulan yang bisa ditarik Mark yaitu, Orion adalah pria bajingan yang sudah menghancurkan masa muda Jasmine.

Napas Mark tiba-tiba memburu, tangannya terkepal di atas meja. Ia akan menanyai Jasmine masalah ini nanti, dan jika terbukti benar jika Orion adalah orangnya. Maka ia tidak akan segan untuk membuat perhitungan.

"Kau harus membayar mahal untuk penderitaan Jasmine selama ini, Cannavaro sialan!"

...----------------...

Sore menjelang, Jasmine akhirnya membuka mata. Hal yang pertama dilihatnya adalah Mark yang tengah duduk di samping pembaringannya.

"Kau sudah bangun, Mine?"

"Mark." Jasmine mencoba bangkit kemudian bersandar di kepala tempat tidur. Perasaannya sudah lebih tenang untuk saat ini.

Mqrk meraih tangan Jasmine dan menggenggamnya. "Jangan takut, aku ada di sini. Aku akan melindungi dan tak akan aku biarkan seorang pun menyentuh dan menyakiti dirimu."

Jasmine segera menghambur memeluk Mark. Tangisannya tumpah di pelukan pria matang itu.

"Aku takut, hiks. Dia kembali, dia pasti akan menyakitiku lagi." Jasmine terisak.

Jantung Mark berdetak cepat. "Tidak salah lagi," batinnya.

"Mine, apa dia yang kau maksud itu adalah pria bernama Orion?" Mark memberanikan diri untuk bertanya.

"Bajingan itu, jangan sebut namanya! Aku tidak mau mendengar namanya. Aku takut, hiks." Jasmine semakin mempererat pelukannya.

Jelas. Semuanya sudah jelas bagi Mark. Mulai sekarang, ia tidak akan membiarkan pria itu lepas.

"Tunggu saja Orion, aku akan menghancurkanmu."

...Bersambung...

Jangan lupa Like Vote dan Comment

Terima kasih sudah membaca 🙏🏻😊

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!