...💠Selamat Membaca💠...
Pria berusia 26 tahun itu menatap pantulan dirinya di cermin besar yang ada di dalam kamar apartemen. Tubuh atletis yang dibalut dengan stelan tuxedo hitam membuatnya terlihat gagah. Kaki panjang beralaskan pantofel berkilat itu maju selangkah, dan wajah dingin andalan si pria mendekat ke arah cermin. Tangannya terangkat, mengatur sedikit poni guna menutupi bekas luka yang cukup panjang melintang di atas alis sebelah kirinya.
Bekas luka itu selalu mengingatkan dirinya atas kekejaman yang sudah dilakukannya 6 tahun lalu. Menjadi ko pengingat baginya agar tak melupakan malam kelam itu begitu saja.
"Sayang, kau sudah selesai?" Suara lembut seorang wanita menyapa dibarengi dengan kedua tangan yang melingkar di perut keras terlatihnya.
Pria itu, Orion, sedang dipeluk mesra dari belakang oleh kekasihnya. Wanita cantik yang berprofesi sebagai model dan sudah hampir dua tahun ini berkencan dengannya. Semalam, ia menginap di apartemen wanita itu.
Tubuh tegap Orion berbalik, ia mendorong pelan bahu si wanita berambut panjang itu agar melepas pelukannya. "Aku harus segera berangkat" katanya.
Wajah wanita itu terlihat tak senang, terbukti dengan bibir yang sengaja dimajukan, sebagai tanda tengah merajuk. Padahal ia ingin meminta waktu sebentar saja untuk bermanja, tapi Orion terlalu sibuk dengan urusan kantornya.
"Bersiaplah, malam nanti, aku akan mengajakmu ke rumah. Akan ku perkenalkan kau pada kedua orang tuaku."
Wajah yang semula cemberut itu berubah sumringah. "Benarkah? Kau tidak bercanda, kan?" tanya wanita itu memastikan. Matanya memandang penuh binar pada wajah sang kekasih.
Orion mengangguk dengan senyum tipis menghiasi wajah tampannya. "Jangan lupa berdandan yang cantik!"
"Tentu. Aku akan mempersiapkan malam ini dengan sangat baik." Wanita itu terlihat begitu bersemangat. Dengan diperkenalkan pada kedua orang tua sang kekasih, itu berarti hubungan mereka akan menaiki tingkat yang lebih serius lagi. Tentu saja, ia sudah tidak sabar untuk segera menjadi istri dari seorang Orion Hayden Cannavaro.
"Tunggu dulu!" Wanita itu menahan lengan Orion saat pria itu akan beranjak pergi.
"Aku tidak mau karyawanmu menertawakan bosnya yang tidak rapi dalam mengikat dasi." Si wanita berdiri di hadapan Orion sembari tangannya menari lincah memperbaiki ikatan dasi Orion yang sedikit berantakan.
"Selesai," ucapnya. Wanita itu menengadah menatap Orion dengan senyuman manis di bibirnya.
Orion tak tahan dan langsung ******* bibir merah muda kekasihnya. "Terima kasih, sayang."
"Aku berangkat dulu."
"Iya."
...----------------...
Seorang wanita muda baru saja keluar dari dalam lift yang membawanya menuju lantai teratas gedung tempatnya bekerja. Tujuannya saat ini adalah ruangan CEO. Menduduki posisi sebagai seorang sekretaris membuatnya dituntut untuk selalu berada di sisi sang pemimpin perusahaan.
Selama perjalanan, tidak satu atau dua orang yang memperhatikan dirinya. Semua pasang mata yang ia lewati sudah pasti meliriknya, baik pria maupun wanita. Bagaimana tidak, ia dijuluki sebagai wanita most wanted di perusahaan. Selain wajah yang sangat cantik, bentuk tubuhnya juga membuat laki-laki meneteskan air liur. Dada besar dan padat, serta bokong sintal nan bulat. Sungguh, ia menjadi makhluk ciptaan Tuhan yang paling banyak diincar. Namun, semua pria yang mengaguminya hanya bisa berfantasi tanpa berharap apapun, karena semua orang tahu, wanita itu sudah ada pemiliknya.
Wanita cantik bertubuh indah itu sama sekali tidak menghiraukan apa yang terjadi di sekitarnya. Ia terus berjalan, sampai kaki jenjangnya berhenti di depan pintu ruangan pria nomor satu di perusahaan. Tanpa meminta izin terlebih dahulu, ia membuka pintu begitu saja.
"Kau datang?" sambut pria dewasa yang tengah duduk di atas kursi kebesarannya.
"Ya." Wanita itu menyahut seadanya lalu berjalan menuju meja kerjanya yang memang disiapkan khusus di ruangan itu.
Wanita itu mulai sibuk dengan bermacam laporan di atas meja. Ia terlihat sangat serius menekuni pekerjaannya.
"Mine, kemarilah!" panggil sang atasan. Seorang pria berumur 35 tahun yang memiliki surai sebahu diikat.
Wanita bertubuh molek itu bernama Jasmine, ia bangkit dari tempat duduknya dan berjalan pelan menuju meja sang atasan.
"Berikan dokumen ini pada direktur keuangan!" Disodorkan sebuah map ke hadapan Jasmine.
"Baik, Mr. Davidson." Jasmine mengambil alih map itu dari tangan atasannya, saat akan berbalik, pinggangnya ditarik secara tiba-tiba, hingga tubuhnya jatuh terduduk di atas paha sang atasan.
"Mr?" Jasmine memekik kaget karena ulah pria yang dipanggilnya Mr.Davidson"Apa yang kau lakukan?" tanyanya seraya mencoba melepaskan diri.
"Nanti saja kau antarkan map itu, sekarang temani aku dulu." Pria bernama lengkap Mark Davidson itu memeluk erat tubuh Jasmine yang berada di pangkuannya. Suaranya terdengar berat.
"Ada masalah apa lagi, Mark?" Jasmine beralih ke mode tidak resmi. Jika tingkah atasannya sudah seperti ini, berarti ada sesuatu yang telah terjadi. Dan ia harus menyingkirkan sejenak status atasan dan bawahan yang mengikat mereka.
"Tidak apa-apa. Aku hanya membutuhkan pelukan hangat darimu," gumam Mark yang bersembunyi di balik punggung Jasmine.
Wanita berambut pirang panjang itu membuang napas, ia melepas kedua tangan yang melingkar di perutnya lantas berdiri.
"Ayo!" Digenggamnya tangan Mark dan dibawanya pria itu untuk duduk di sofa panjang yang ada di ruangan.
Setelah mereka berdua duduk, Mark langsung merebahkan kepalanya di paha Jasmine, mata abunya terpejam rapat.
Jasmine tak bertanya, ia hanya mengusap-usap kening pria di pangkuannya dengan lembut. Ia tahu, saat ini atasannya itu sedang mengalami masalah, tapi belum siap untuk menceritakannya.
Sepuluh menit kemudian, Mark membuka mata. Ia merasa beban di pundaknya sedikit terangkat berkat kenyamanan yang diberikan Jasmine.
"Mau bercerita?" tanya Jasmine saat Mark menatap intens dirinya.
"Nanti saja, di apartemen." Pria itu mengangkat tangan kanannya, membelai sebentar wajah Jasmine, kemudian menarik tengkuk wanita itu untuk turun mendekati wajahnya.
Cup
Sebuah kecupan mampir di bibir berwarna peach milik sekretaris cantik itu.
"Aku menginginkanmu saat ini juga!" Mark berbisik lirih.
"Mark!" protes Jasmine. Ia menjauhkan wajah meronanya dari Mark.
"Maaf." Pria itu segera bangkit dari rebahannya.
"Aku akan kembali bekerja." Jasmine mengambil map yang ada di atas meja sang atasan dan segera mengantarkannya menuju ruangan direktur di lantai bawah.
"Mine..." Begitulah Mark memanggil Jasmine, dengan empat huruf yang ada di belakang nama wanita itu. Mine, yang juga berarti milikku.
...----------------...
Sesosok tubuh tengah terbaring tidak sadarkan diri di ranjang pesakitan sebuah rumah sakit terbaik di kota. Banyak alat medis yang menempel di tubuh kurus sosok itu. Seorang wanita paruh baya, menatapnya dengan sendu. Terhitung sudah tujuh tahun pria yang terbaring itu tak sadarkan diri dari tidurnya yang panjang.
"Kapan kau bangun? Kami semua sangat merindukan dirimu. Kembalilah!"
...Bersambung...
Jangan lupa Like, Vote & Comment
Terima kasih sudah membaca🙏🏻😊
Visual ➡️ Jasmine Darellyn
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments