Kota Sebelah

...💠Selamat Membaca 💠...

"Ini semua salahku, jika saja waktu itu aku tidak menentang keinginanmu, maka ini semua tidak akan terjadi."

Lucas menggenggam tangan keriput Felix. "Ini bukan salahmu, Dad. Aku lah yang salah, menyetir dalam keadaan kalut hingga menyebabkan kecelakaan. Aku harus memohon maaf pada anak dari wanita yang telah ku renggut nyawanya itu, Dad."

Felix menggeleng, air mata kembali membanjiri pipi keriputnya. "Jasmine sudah pergi, Nak. Dia pergi."

Deg

Mendengar kata pergi, Lucas langsung membayangkan jika anak dari korban yang ditabraknya itu ikut pergi menyusul sang ibu.

"Apa dia meninggal, Dad?" tanya Felix hati-hati, takut kembali membuat ayahnya sedih.

"Daddy tidak tau, Nak. Apakah saat ini Jasmine masih hidup atau tidak. Ayah tidak tahu..." Felix semakin terisak. Megan setia mengelus punggung suaminya, menenangkan.

Melihat ayahnya yang terpuruk dalam kesedihan, Lucas beralih bertanya pada sang ibu.

"Apa yang sebenarnya terjadi, Mom?"

Megan akhirnya menceritakan apa yang sudah dialami Jasmine. Wanita tua itu turut terisak saat menjelaskan semuanya. Mulai dari Orion yang salah paham akan arti kedekatan Jasmine dan sang ayah sampai pada malam kelam yang telah merenggut kehormatan gadis malang itu.

Setelah mendengar keseluruhan ceritanya, Lucas hanya bisa mengusap wajahnya pelan. Ia turut sedih dengan apa yang sudah menimpa gadis malang itu.

"Dad, Mom. Aku berdoa semoga Jasmine baik-baik saja di mana pun dia berada. Dan aku berjanji, akan menemukannya dan membawanya kembali pada kalian." Lucas bertekad, ia merasa turut bertanggungjawab atas apa yang telah menimpa Jasmine.

"Terima kasih, Nak. Kau memang selalu bisa diandalkan."

Di antara kedua putranya, Felix memang lebih mengunggulkan Lucas dari semua aspek, tapi kalau yang namanya kasih sayang, ia membaginya sama banyak.

...----------------...

Orion dan Shopia baru menyelesaikan makan malamnya. Kini mereka berdua berada di dalam kamar.

"Ku dengar kau akan bekerjasama dengan perusahaan kak Mark," tanya Sophia sembari mendudukkan pantat di atas tempat tidur. Menyaksikan Orion yang sibuk berbenah.

"Ya, besok aku akan ke kota sebelah." Orion memasukkan beberapa potong pakaiannya ke dalam sebuah koper.

"Untuk tiga hari ke depan aku tidak memiliki jadwal pemotretan, apa boleh aku menemanimu ke sana. Lagi pula, aku sudah lama tidak bertemu kakak sepupuku itu, kangen juga rasanya."

"Baiklah. Bereskan pakaianmu."

"Yes." Sophia melonjak senang. "Sekalian nanti kita liburan ya, di sana?"

"Baik, sayang."

"Aku mencintaimu."

Cup

Orion hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah kekasihnya yang sedikit kekanak-kanakan, namun itulah yang membuatnya jatuh hati.

...----------------...

Mark dan Jasmine sedang menikmati makan malam di sebuah restoran hotel bintang lima di kotanya.

"Kau jadi ke kota sebelah, besok?" tanya Mark selepas makanan di hadapannya habis tak bersisa.

"Ya..." Jasmine mengangguk. "Sudah lama aku tidak melihat keadaannya."

"Baiklah, aku akan meminta Harry untuk menggantikan posisimu untuk sementara waktu. Nikmati waktumu di sana."

"Thanks."

...----------------...

Jasmine menatap pusara ibu dan ayahnya dengan pandangan sendu. Betapa ia sangat merindukan dua orang terkasihnya itu untuk berada di sisinya. Terhitung sudah hampir dua belas tahun sang ayah pergi meninggalkannya dan tujuh tahun telah terlewati tanpa kehadiran sang ibu. Untungnya, dia tidak sendiri melewati setiap harinya. Ada Mark, pria itu selalu setia berada di sisinya dari dulu sampai sekarang. Jasmine bahkan sudah menganggap Mark sebagai kakaknya sendiri walau hubungan mereka bisa dikatakan aneh. Mana ada kakak yang mengencani adiknya sendiri.

Dalam hatinya, Jasmine sama sekali tidak memiliki perasaan cinta untuk Mark sebagai pasangan, yang ada, hanyalah rasa sayang sebagai keluarga. Apakah dia sudah keterlaluan dengan mempermainkan perasaan malaikat penolongnya itu?

Setelah meletakkan karangan bunga dan berdoa di depan pusara kedua orang tuanya, Jasmine pun bangkit. Ia masih memiliki agenda yang mesti dilakukan setelah ini.

Wanita bertubuh tinggi ramping itu masuk ke dalam Porsche kuning miliknya dan kemudian melaju pergi.

...----------------...

Di sebuah taman kanak-kanak yang terletak di kawasan perkotaan, tampak bocah-bocah kecil berjalan bergandengan tangan dengan ibu mereka keluar dari gerbang sekolah. Beberapa masih terlihat berada dalam perkarangan ditemani sang guru menunggu orang tua mereka menjemput. Dan di sudut sana, ada seorang bocah laki-laki yang duduk bermenung di atas ayunan seorang diri. Ia juga tengah menunggu sang ibu menjemputnya.

Tak jauh dari gerbang, ada sebuah porsche yang berhenti. Kira-kira sudah sepuluh menit mobil mewah itu parkir di sana. Seorang wanita yang berada di kursi kemudi, memandang pekarangan sekolah taman kanak-kanak itu dalam diam melalui kaca mobil yang terbuka setengah. Tatapannya fokus pada bocah laki-laki yang sedang duduk di ayunan.

Entah apa yang saat ini sedang berkecamuk di hati wanita berambut pirang itu. Di satu sisi, ia ingin menjumpai dan memeluk bocah kesepian itu, tapi di lain sisi, ia merasa tidak sanggup. Setiap berdekatan dengan pria kecil nan tampan itu, bayangan buruk di masa lalunya selalu muncul.

"Mommy!"

Wanita itu- Jasmine, tersentak saat dikagetkan dengan suara teriakan lengking dari bocah laki-laki yang tadi diperhatikannya. Tidak tahu kapan terjadinya, yang jelas saat ini pria kecil itu sudah ada di samping mobilnya. Menatap dirinya dengan senyum yang merekah.

"Mommy!" Mata bocah tampan itu berbinar penuh kebahagiaan. Seseorang yang selalu dirindukannya kini telah hadir menjumpai dirinya.

Deg

Mata Jasmine membulat sempurna saat matanya bersirobok dengan netra hitam anak di hadapannya. Wajahnya memerah dengan tubuh yang mulai bergetar.

"Mommy?" Anak itu menggapai tubuh Jasmine yang berada di dalam mobil. Namun, belum sempat menyentuh dirinya, tangan kecil itu segera ditepis kasar oleh Jasmine.

"Mommy..." Anak laki-laki itu melirih dengan sorot mata kecewa.

Jasmine diam, mencoba mengendalikan dirinya yang saat ini bisa dikatakan tidak baik-baik saja. Keringat dingin terus mengalir di kening bahkan juga terasa membasahi punggungnya. Tak sanggup berlama-lama di sana, akhirnya ia memutuskan untuk pergi, meninggalkan si anak yang mulai berteriak memanggilnya.

"Mommy...."

Dari kaca spion Jasmine bisa melihat sang anak berteriak sambil berlari mengejar mobilnya yang melaju kencang.

"Maaf Hansel..." Air mata wanita cantik itu bersimbah di pipinya yang mulus. Sungguh, bukan maksud hati ingin mengabaikan putra kecilnya, tapi... sudah lebih dari lima tahun berlalu, ia masih belum bisa mengendalikan diri jika sudah berhadapan dengan kenangan yang ditinggalkan oleh laki-laki bajingan di masa lalunya itu. Apalagi, wajah mereka bagai pinang dibelah dua. Setiap menatap sang anak, bayangan pria laknat itu memperkosa dirinya selalu menari-nari di ingatan.

"Maafkan mommy." Jasmine tak lagi menoleh ia mengendarai mobilnya kembali ke kota tempat tinggalnya.

...Bersambung...

Jangan lupa like, vote and comment

Terima kasih telah membaca😊🙏🏻

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!