...💠Selamat Membaca💠...
Sepasang paruh baya memasuki ruang inap salah satu anggota keluarganya. Dari semalam, kedua orang tua ini sudah tidak sabar untuk bertemu dan melihat keadaan anak mereka yang telah terjaga dari tidur panjangnya. Sungguh sebuah keajaiban.
"Kau sudah sadar, Nak?" Mata tua wanita itu berkaca-kaca melihat putra sulungnya tengah duduk di atas ranjang rumah sakit menyambut kedatangan mereka dengan sebuah senyuman yang sudah sangat dirindukan.
"Mom, Dad..." sapa pria itu sumringah. Saat dirinya pertama kali tertidur, umurnya baru 24 tahun. Dan saat terjaga, ia sudah berusia 31 tahun saja. Tujuh tahun hidupnya terbuang sia-sia di atas tempat tidur.
Wanita itu memeluk erat tubuh kurus sang anak. "Mom sangat merindukanmu, Nak."
"Aku juga, Mom."
Setelah pelukan ibu itu terlepas, si anak menatap pria paruh baya yang duduk di atas kursi roda. "Dad, apa yang terjadi? Kenapa daddy duduk di kursi roda?" tanyanya.
Pria tua itu membawa kursi rodanya mendekati sang putra. "Maafkan aku. Semua ini adalah kesalahanku. Jika saja hari itu aku tidak menentangmu, ini semua tidak akan terjadi. Ampunilah pria tua yang berdosa ini..." Sang ayah menunduk teringat semua kesalahan yang dilakukannya hingga membuat putra pertamanya menderita sekian lama.
"Dad, aku tidak pernah menyalahkanmu. Semuanya sudah berjalan sesuai takdir yang telah digariskan Tuhan. Sungguh, aku tidak apa-apa." Pria muda itu berbesar hati memaafkan apa yang sudah terjadi di dalam hidupnya.
"Terima kasih, Nak. Kau memang putra kebanggaannku."
"Oh ya, di mana adikku yang paling manis itu?" tanyanya.
Kedua orang tua itu terdiam, membuat anak mereka menatapnya heran. "Ada apa lagi ini, Dad, Mom?"
"Ada hal yang harus kami ceritakan padamu, Nak. Ini menyangkut tentang dirimu, adikmu dan seorang gadis bernama Jasmine."
"Jangan membuatku penasaran, Dad."
"Apa kau siap mendengarkan ceritaku, Lucas?"
...****************...
"Dad, Mom. Aku akan menikahi Violen."
PLAKK
Pemuda 24 tahun itu langsung mendapatkan tamparan keras di pipinya setelah selesai mengutarakan niat untuk mempersunting sang pujaan hati, pada kedua orang tuanya.
"Jangan gila kau, Lucas. Aku akan merestuimu untuk menikah dengan gadis pilihanmu asal bukan gadis dari keluarga Elearson itu. Apa kau lupa apa yang sudah dilakukan oleh ayahnya pada keluarga kita?" bentak ayah dari si pemuda, yang tak lain adalah kepala keluarga Cannavaro, Felix.
Pemuda itu bernama Lucas, putra sulung di keluarga Cannavaro. "Itu semua hanya masa lalu, Seharusnya daddy tidak lagi menyimpan dendam, toh dia juga sudah mendapatkan ganjaran atas perbuatan yang telah dilakukannya. Lagi pula, Violen tidak ada sangkut pautnya dengan kesalahan sang ayah di masa lalu." Lucas terus membujuk ayahnya.
"Apa kau bilang?" Pria baya itu nampak murka. "Gadis itu adalah anak dari musuhku dan maaf saja, aku tidak ingin berbesan dengan musuhku sendiri!"
"Kenapa daddy begitu egois? Aku sangat mencintainya, Dad."
Felix tertawa sumbang. "Kau jangan jadi budak cinta, Lucas. Kau itu tampan, berpendidikan, dan pemimpin dari Cannavaro Corporotion. Gadis manapun bisa kau dapatkan dengan mudah. Sebaiknya kau tinggalkan saja putri penjahat itu. Dan ya, ku tegaskan sekali lagi padamu bahwa aku tidak akan pernah mau berbesanan dengan mantan narapidana!"
Lucas tertunduk lesu. "Aku kecewa padamu, Dad." Ia beranjak pergi begitu saja meninggalkan sepasang paruh baya itu.
"Lucas!" Sang ibu mengejar. Namun, tak tersusul karena pria itu keburu masuk ke dalam mobil dan melajukannya dengan cepat.
Setelah mobil yang dikendarai Lucas menghilang di balik gerbang, Megan berjalan masuk kembali ke dalam rumah.
"Dad, kenapa harus seperti ini? Kasihan anak kita, apa salahnya dia menikah dengan gadis pilihannya. Ku lihat, Violen itu baik dan anaknya tidak neko-neko." Megan coba menjelaskan, berharap hati suaminya terbuka untuk bisa menerima pilihan putra mereka.
"Megan! Apa kau lupa penderitaan yang kita alami karena ulah pria sialan itu!" Tampaknya Felix masih kekeh dengan pendiriannya.
"Tapi kasihan Lucas."
"Sudahlah, nanti ku carikan gadis cantik dari keluarga baik-baik. Aku yakin patah hatinya tidak akan lama." Felix beranjak dari tempat berdirinya menuju kamar. Ia merasa sedikit letih setelah berdebat dengan putranya. Apalagi harus dipaksa mengingat kejadian lima belas tahun silam.
...----------------...
Lima belas tahun silam, perusahaan yang dirintis Felix baru akan mulai berkembang. Suatu waktu, mereka akan mengerjakan sebuah proyek yang cukup besar. Felix, selaku pemimpin perusahaan menyerahkan tanggung jawab itu pada orang kepercayaannya, yakni Jacob Elaerson. Malang tak dapat ditolak, ternyata orang yang dipercayainya untuk mengemban tugas itu justru mengkhianatinya. Membawa kabur uang milyaran yang akan digunakan untuk pembangunan proyek. Alhasil, Felix harus menerima konsekuensi dengan membayar penalti karena tak bisa melanjutkan proyek sebab terhalang dana. Jika tidak membayar, penjara menjadi balasannya.
Masih teringat dengan jelas di benak Felix, bagaimana susahnya dia dahulu mencari pinjaman kesana-kemari untuk membayar hutang, ditambah gaji karyawan yang juga harus dibayarkan. Jika tidak kuat mental, ia bisa saja bunuh diri kala itu. Namun, ia tidak ingin membuat istri dan anak-anaknya yang masih kecil semakin menderita. Dengan tekad dan semangat yang kuat, akhirnya ada seorang pengusaha kaya raya yang meminjamkan uang padanya, dan ya, terbayarlah hutang itu bertepatan dengan tertangkapnya dalang dari semua kesusahan yang ia alami. Dalam hati, pria itu tidak akan pernah melupakan pengkhianatan yang telah dilakukan oleh orang kepercayaannya. Maka dari itu, sebisa mungkin Felix menghindari hubungan dengan orang-orang yang terlibat di masa lalunya, termasuk melarang sang putra menikahi anak dari Jacob, si pengkhianat.
"Dad!"
Felix yang duduk termenung mengenang masa lalu di dalam kamarnya terkejut saat mendengar teriakan sang istri. Buru-buru, ia berlari keluar demi melihat apa yang sudah terjadi pada istrinya.
"Ada apa?"
Felix mendapati wanita tercintanya telah bersimbah air mata. "Kau kenapa?"
"Lucas kecelakaan, hiks."
Bagai dihujam belati tajam, begitulah perasaan Felix saat ini. Andai... andai tadi ia tidak berdebat dengan Lucas, andai ia tidak menentang hubungan percintaan putranya, andai ia tidak membiarkan Lucas pergi begitu saja, andai.... dan masih banyak kata andai yang kini bergentayangan di benak tuanya.
"Ayo kita ke rumah sakit!"
...----------------...
Felix terduduk lemas di kursi depan ruang gawat darurat, sementara Megan sudah meraung histeris seperti baru saja ditinggal mati oleh orang yang dicintainya. Kenyataannya, semua memang seperti itu, hampir mendekati. Dokter mengatakan jika Lucas mengalami cedera otak cukup parah, dan hal itu membuatnya koma. Berada di antara hidup dan mati.
"Maafkan daddy, Nak. Daddy sudah membuatmu seperti ini." Pria paruh baya itu terisak pelan.
Terlampau larut dalam kesedihan, Felix tak sadar jika ada dua orang polisi yang menghampirinya. Salah satu perawat di sana menyadarkannya.
"Selamat siang, Pak."
Felix berdiri dari duduknya untuk menyambut kedatangan dua polisi itu. Ia yakin, polisi itu akan mengabarkan hal seputar kecelakaan yang menimpa anaknya.
"Selamat siang."
"Apa anda adalah keluarga dari Lucas Hayden Cannavaro?" tanya salah seorang polisi.
"Ya, saya adalah ayahnya."
"Begini, Pak. Saya ingin menyampaikan bahwa kecelakaan yang disebabkan oleh anak bapak telah memakan seorang korban."
"A-apa? Lalu bagaimana keadaan korbannya, Pak?" tanya Felix. Sungguh, ia kaget mendengar tidak hanya sang anak yang terlibat dalam tragedi ini tapi ada juga korban lainnya.
"Maaf, korban meninggal di tempat karena luka di bagian organ vitalnya."
Deg
Luruh sudah tubuh pria tua itu di atas lantai rumah sakit yang dingin, dua polisi yang ada di sana membantunya bangkit dan kemudian mendudukkannya di kursi.
"Dad, bagaimana ini. Hiks." Megan memeluk tubuh lemas suaminya.
"Megan, kau tunggu saja di sini, jaga putra kita. Aku akan melihat keadaan korban dulu."
Felix merasa semua kejadian ini bersumber dari dirinya. Jadi, ia yang akan bertanggung jawab. Setelah mengumpulkan tenaga, Felix meminta polisi untuk mengantarkannya ke tempat korban.
...----------------...
Bapak dari dua orang putra itu hanya bisa mengintip dari ambang pintu. Di dalam sana, ia melihat seorang gadis remaja meraung histeris sembari mencoba membangunkan sang ibu yang sudah tidak bernyawa.
"Dia adalah putri tunggal dari korban. Setelah kematian ibunya, gadis itu tinggal sebatang kara." Salah seorang polisi yang ikut menemani Felix, menjelaskan.
Perasaan bersalah semakin memenuhi rongga dada Felix, ia merasakan sesak yang teramat sangat. Namun, semua sudah terjadi. Kini yang bisa dilakukannya adalah memperbaiki semua itu.
"Mulai saat ini, saya akan bertanggung jawab pada anak itu."
...Bersambung...
Jangan lupa Like dan Comment
Terima kasih banyak🙏🏻😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments