Benar sekali Alfian sangat kesal dengan tingkah mama nya yang selalu saja melarang Alfian untuk makan makanan lain selain sayur, nasi, Buah-buah, dan lauk pilihan, tujuan nya selalu saja agar Alfian bisa kembali berjalan, namun Alfian yang memiliki sikap putus asa pun tidak terlalu mempedulikan ucapan sang mama ia tidak mau makan makanan yang di atur oleh mama nya bahkan ia juga tidak ada keyakinan untuk kembali berjalan ataupun melakukan terapi khusus.
"Menyebalkan! " Ucap Alfian melempar ponsel nya ke sembarang tempat.
Sementara itu di mansion, Rara baru saja pulang dari rumah sakit.
"Rara, kau sudah pulang. " Pangil Lena saat melihat Rara melintasi ruang tamu.
"Eh iya, ada apa? " Tanya Rara yang sedari tadi berjalan sambil melamun sehingga tidak menyadari adanya Lena di ruang tamu.
"Kemari lah. " Ucap Lena lagi.
Tampa berkata sedikit pun Rara langsung berjalan dan duduk di sebelah Lena, ia hanya diam saja.
"Kau sudah melakukan nya? " Tanya Lena memegang tangan Rara.
Rara menatap Lena dalam kemudian memeluk erat Lena sambil menangis.
"Hiksss, aku sudah melakukan nya, aku adalah anak yang tidak tau balas budi aku benar-benar anak durhaka. " Ucap Rara memeluk Lena sambil menangis.
Lena begitu tidak tega melihat kondisi Rara yang terus saja terpuruk, ia berfikir jika dirinya ada di posisi Rara, ia pasti sudah gila menghadapi masalah yang begitu berat di saat usia Rara yang masih sangat muda, namun apa boleh buat, itu untuk kebaikan Rara dan juga ibu nya sampai dua orang jahat itu tertangkap.
"Rara tenang lah, kau harus kuat kau melakukan hal yang benar, dengan begitu ibu mu tidak akan tersiksa oleh Anis dan ayah nya, aku yakin suatu saat nanti kau akan mendapatkan kebahagiaan yang begitu sempurna, sekarang jalani saja dulu dengan lapang dada. " Ucap Lena memeluk dan mengelus punggung Rara.
Rara menyeka air matanya, ia merasa sedikit tenang bila Lena menyemangati nya, sungguh sosok Lena sangat pantas mengantikan Anis sebagai kakak angkat nya.
"Rara, Lena sedang apa kalian? Mengapa kalian terlihat sedih? " Tanya Siska yang datang dari dapur mansion sambil membawa sesuatu di tangan nya.
"Mama, Tidak kami hanya sedikit terharu. " Ucap Lena menghapus sisa air mata nya.
"Em, mama apa itu? " Tanya Rara menunjuk rantang makanan yang di pegang Siska.
"Ah iya, mama sampai lupa, Rara bisa kah kamu mengantarkan ini untuk Alfian? Dia belum makan dan mama tidak mau jika dia makan di restoran karena jika ia makan di restoran ia akan makan apapun yang ia ingin kan dan itu tidak baik untuk kesehatan tubuh nya. " Ucap Siska kepada Rara.
"Begitu ya? Tapi aku tidak tau di mana kantor mas Alfi mah. " Ucap Rara gugup sekaligus takut.
"Tidak perlu khawatir, pak Anas akan mengantar mu ke kantor suami mu. " Ucap Siska tersenyum.
"Ba.. baik lah. " Ucap Rara yang tidak bisa membantah keinginan mertua nya itu.
"Terima kasih sayang, Hati-hati ya. " Ucap Siska tersenyum sambil mengedipkan mata ke arah Lena.
Lena yang mengerti pun hanya tersenyum saja, ia tau jika sekarang mama nya itu berusaha membuat Alfian dan Rara semakin dekat.
Rara pun mengambil rantang makanan yang di berikan mama Siska, kemudian ia berjalan keluar dari pintu mansion menemui pak Anas, sopir peribadi Alfian di parkiran mobil.
"Pak Anas. " Pangil Rara pelan saat melihat pak Anas yang terlihat sedang makan siang.
"Eh nona muda. " Ucap pak Anas yang menghentikan makan nya dan hendak mencuci tangan.
"Tunggu pak, lanjut kan saja makan nya aku akan menunggu. " Ucap Rara kemudian duduk di sebelah pak Anas.
"Nona muda jangan duduk di sini, ini sangat kotor. " Ucap pak Anas.
"Haha, mengapa? Ini terlihat bersih, makan lah pak aku tidak masalah. " Ucap Rara santai mereka tidak terlihat seperti majikan dan sopir tetapi terlihat sangat ankrap layak nya anak dan ayah.
"Tapi nona, seperti nya nona ingin mengantarkan makanan tuan muda bukan? " Tanya pak Anas lagi melihat rantang makanan yang di pegang Rara.
"Benar, memang nya kenapa? " Tanya Rara menaikan satu alis nya.
"Nona sebaiknya kita berangkat sekarang saja, saya khawatir jika nona muda akan di marahi jika lama mengantarkan makan. " Ucap pak Anas khawatir.
"Pak, sudah lah, jangan khawatir bapak juga lapar bukan? Maka selesai kan makan nya dulu jika pak Anas lapar dan sakit itu lebih gawat. " Ucap Rara sambil tersenyum.
"Ba.. baik lah nona muda. " Ucap pak Anas yang tak habis pikir.
Pak Anas pun melanjutkan makan nya, ia tidak menyangka jika istri dari boss nya itu sangat lah baik hati, bahkan tidak seperti Hera yang kasar dulu kepada nya.
"Pak Anas? apakah bapak setiap hari makan di sini? " Tanya Rara menatap iba pak Anas.
"Benar nona muda. " Ucap pak Anas sambil mengunyah makanan nya.
"Pak, coba lah lihat di sini banyak sekali debu apakah ini sehat? Tidak kan, mengapa tidak makan di dalam saja, bukan kah kepala juru masak akan menyuruh masuk ke dapur mansion saat makan? " Ucap Rara menatap anehh pak Anas.
"Benar nona muda, tetapi saya lebih suka makan di sini karena terkadang jika saya makan di dapur mansion saya suka takut dengan tuan muda, karena jika dia tiba-tiba mencari saya dan dia tidak melihat saya ada di sini, maka dia akan marah. " Ucap pak Anas sambil meminum air putih yang ada di samping nya.
"Begitu ya? Mengapa dia sangat galak dan juga pemarah? " Tanya Rara merasa kasihan.
"Begini nona muda, dulu tuan muda tidak seperti itu, hanya saja setelah kecelakaan dan pergi nya nona Hera dari hidup nya itu lah yang membuat sikap tuan muda berubah." Jelas pak Anas kepada Rara.
"Jadi maksud pak Anas, dia sebenarnya tidak seperti itu? " Tanya Rara lagi.
"Iya benar sekali nona muda. " Ucap pak Anas.
"Em yasudah sekarang apakah pak Anas sudah selesai makan? Bisakah kita ke kantor tuan muda sekarang? " Tanya Rara berdiri dari duduk nya.
"Sip nona kita berangkat sekarang. " Ucap pak Anas menyiapkan mobil.
Smentara itu di sisi lain.
"Permisi tuan muda. " Ucap Rendi masuk ke ruang kerja Alfian sambil membawakan beberapa berkas penting.
"Hmm." Gumam Alfian sambil terus menatap layar laptop nya.
"Tuan muda ini berkas yang perlu di tanda tangani. " Ucap Rendi menaruh berkas tersebut di meja kerja Alfian.
Alfian menoleh ke arah berkas tersebut dan menatap Rendi.
"Sebanyak ini? " Tanya Alfian kesal.
"Iya karena sudah lama tuan muda libur. " Ucap Rendi blak-blakan.
Alfian menatap kesal Rendi yang mulut nya seperti mulut monyet tidak bisa bicara sopan.
....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
venny
kenapa dipanggil mas itu untuk sebutan orang Islam saja
2024-03-30
4
Wirda Lubis
semoga alfian berubah jadi baik sama rara
2024-02-19
0
Lina Suwanti
maaf sebelumnya klo bs di hindari umpatan yg tdk baik apalagi dgn istilah hewan🙏
2023-09-08
0