Kalin yang mendapat perawatan di ruang UGD sekarang di pindahkan di ruang VIP Rumah sakit. Ia di temani oleh Mama Abi karena Abi harus membuat laporan ke kantor polisi atas masalah yang terjadi pada istri dan Ibu Mertuanya itu.
Rasanya Kalin ingin sekali menemani Bunda di saat masa kritisnya. Sebelum Abi pergi suaminya itu mengatakan bahwa Bunda sedang mengalami koma dan belum bisa melewati masa kritis.
Kalin yang sulit tidur karena memikirkan Bunda dan kejadian tadi sore membuatnya teringat akan kata-kata Abi saat memukuli Om nya itu. Ada rona merah di pipi Kalin yang membuat dia tersenyum sendiri. Namun tak berapa ia pun menyadari kalau dirinya tidak boleh terhanyut oleh kata-kata Abi tadi sore, mungkin saja laki-laki itu hanya ingin melindunginya saja.
Pintu kamar inap VIP yang di tempati Kalin terbuka secara berlahan, Kalin yang sedang sibuk dengan pikirannya itu menyadari ada seseorang di balik pintu. Ia pun langsung melihat siapa yang datang. Dan Kalin pun melihat wajah suaminya yang terlihat di balik pintu yang terbuka itu.
Saat melihat seluruh ruangan Abi melihat istrinya belum tertidur. Sedangkan Mama Abi yang sedang menjaga Kalin sudah tertidur di sofa.
" Kamu belum tidur ?" Tanya Abi pada istrinya itu.
" Aku belum bisa tidur."
" Kenapa ? tidak bisa tidur."
" Aku kepikiran Bunda." Suaranya sedikit berat menahan tangisnya.
Abi melihat istrinya menunduk menyembunyikan wajah sedihnya. Lalu Abi pun menghampiri Kalin lalu memegang tangannya.
" Semua akan baik-baik saja, kamu jangan khawatir ya." Abi berusaha menenangkan Kalin yang sedang berbaring di atas ranjang pasien.
Rasanya Abi ingin sekali memeluk tubuh istrinya itu. Tapi Abi takut kalau Kalin tidak mau, maka itu Abi hanya bisa memegang tangannya sambil mengelus kepala Kalin.
" Tidurlah, besok kita lihat Bunda di ruang ICU." Ucap Abi pada Kalin.
" Beneran, aku bisa lihat Bunda." Terlihat raut senang di wajah Kalin.
" Iya, makanya sekarang kamu tidur ya."
" Hmm " sambil menganggukkan kepala Kalin pun tersenyum pada Abi.
***
Keesokan harinya Kalin dan Abi pun pergi ke ruang ICU. Kalin menggunakan kursi roda yang di dorong oleh suaminya itu, dan bukan hanya Abi saja yang menemani Kalin ke ruang ICU, tapi ada Mama Abi juga yang ikut ke ruang ICU.
Hari ini Abi tidak pergi kerja ia ingin menemani istrinya selama berada di rumah sakit. Untuk masalah pekerjaannya di kantor ia meminta Dimas untuk membantunya menangani perusahaan selama ia tidak ada. Dan Abi pun sudah mengabari tempat Kalin bekerja, untuk saat ini istrinya tidak bisa masuk kerja.
Sesampainya di ruang ICU Kalin pun di persilahkan masuk oleh seorang suster. Dan yang boleh masuk ke ruang ICU itu hanya satu orang saja.
Saat ia masuk ke ruang ICU. Kalin melihat Bunda menggunakan alat bantu nafas dari mulut dan hidungnya, ia pun melihat di bagian dadanya pun di pasang alat untuk detak jantung.
Melihat tubuh Bunda yang lemah Kalin tidak bisa lagi menahan tangisnya. Hatinya rasanya sakit. Dengan keadaan Bunda yang tak berdaya di atas ranjang.
" Bun, Kalin mau Bunda cepat sadar. Kalin tidak kuat lihat Bunda kaya gini." Sambil menangis Kalin mencoba berbicara dengan Bundanya. Ia pun memegang tangan Bunda yang tidak mengenakan selang infus.
Kalin terus menerus menangis karena merasa bersalah pada wanita yang sudah membesarkannya walaupun Kalin bukan anak kandungnya. Tapi kalin sudah menganggap Bunda adalah Ibu kandungnya dan sebaliknya Bunda pun sangat sayang pada Kalin.
" Bun, Kalin sayang sama Bunda. Bunda harus kuat, Bunda tidak boleh ninggalin Kalin sendirian. Bunda ingat banyak hal yang Bunda dan Kalin belum lakukan, jadi Bunda harus sembuh buat Kalin." Isak tangis itu berlahan pecah, air mata Kalin jatuh di tangan Bunda yang sedang lemah tak berdaya.
Setelah lama Kalin di ruang ICU. Seorang perawat datang menghampiri untuk memberi tahu jam besuk sudah habis. Setelah perawat memberi tahu Kalin, ia pun beranjak pergi meninggalkan ruang ICU.
Di saat Kalin akan membuka pintu ruangan ICU, ia mendengar suara alat jantung yang di pasang di samping Bunda bunyi. Kalin pun menengok melihat alat jantung yang terpasang itu menunjukkan jantung pasien makin lemah.
Kalin yang melihat itu semua makin panik, perawat yang sedang ada di ruang ICU itu langsung menghubungi dokter.
Lalu perawat itu meminta Kalin untuk menunggu di luar ruangan.
Kalin yang di temani oleh Abi dan Mamanya Abi, hanya bisa menunggu,
Dokter dan perawat yang sedang berusaha di dalam sana.
Selang beberapa lama seorang dokter keluar dari ruang ICU, dan menghampiri Mereka.
" Bisa bicara dengan keluarga pasien." Ucap dokter yang menghampiri Kalin dan Abi.
" Iya saya sendiri, Dok." Jawab Kalin
" Maaf ibu, kita sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi Tuhan berkehendak lain, semoga Ibu dan keluarga di beri kekuatan, atas musibah ini." Dokter berusaha menjelaskan dan menguatkan keluarga pasien yang ia tangani.
" Maksud dokter, Bunda saya sudah tiada ?" Tanya Kalin dengan wajah penuh tanya.
Dokter yang tadi menyampaikan akan kondisi pasien hanya bisa mengangguk, dan menepuk pundak Kalin untuk memberi kekuatan pada wanita yang ada di hadapannya itu.
Tubuh Kalin langsung lemas, ia tak menyangka orang yang paling ia sayangi pergi meninggalkannya. Tatapannya berubah menjadi kosong yang Kalin bisa lakukan hanya menangis.
Melihat tubuh istrinya lemas, Abi Langsung memeluk Kalin. Dan berusaha menenangkan istrinya tersebut. Mama Abi yang melihat menantunya terpuruk akan kepergian Ibunya. Ia pun memeluk Kalin, Abi dan Mamanya memberikan kekuatan pada Kalin.
***
Prosesi pemakaman berjalan dengan lancar semua orang yang mengenal keluarga mereka pun ikut hadir dalam prosesi pemakaman.
Kalin yang tak henti- hentinya menangis tangannya selalu di pegang oleh Abi, sesekali Abi memeluk tubuh Kalin. Ia merasa kasihan pada istrinya itu. Karena Abi tahu di dunia ini yang istrinya miliki hanya Bundanya.
Setelah prosesi pemakaman selesai, orang - orang yang ikut hadir di pemakaman satu persatu pergi dan berpamitan meninggalkan pemakaman, sebelum mereka pergi, mereka pun berpamitan dan berusaha menguatkan Kalin.
Aditya yang hadir di pemakaman Bunda pun. Akhirnya menghampiri Kalin ia pun mengucapkan turut belasungkawa atas kepergian Bunda.
" Lin, aku turut berduka cita atas kepergian Bunda."
" Iya makasih ya, Dit. Kamu udah dateng menghadiri pemakaman Bunda."
" Iya, kamu tidak usah sungkan, Lin. Aku udah anggap Bunda, Ibu aku sendiri kok. Nanti kalau ada apa-apa kamu tidak usah sungkan minta tolong aku." Ucap Aditya pada Kalin.
Kalin yang mendengar itu hanya tersenyum tipis. Sedangkan laki-laki yang ada di sampingnya Kalin merasa tidak suka dengan ucapan Aditya pada Kalin.
Abi yang mendengar ucapan Aditya langsung memeluk tubuh Kalin, ia ingin memperlihatkan kalau Kalin adalah miliknya.
Aditya yang melihat itu semua hanya tersenyum sinis, akan sikap Abi yang menunjukkan sebuah kepemilikannya.
~Happy reading~
Jangan lupa ya di like, favorit dan tulis komen positif kalian. Jangan lupa juga di vote gratis 😘
Follow Instagram
annie_nietta
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Geta Andesiska
Woy Aditya ada suaminya itu 😂😂😂😂😂
2021-02-17
0
Iis Sukarsi
visualnya dong Kka author biar tambah seru berfantasinya makashh
2021-01-15
1
💫 Ʋιҽɳα 💫
abi takut kayak nya kehilangan kalin
2020-09-29
1