Keramaian yang ada di jalanan Ciputat mulai sepi. Waktu tengah malam telah lewat begitu saja, suara deru kendaraan pun mulai berkurang karena saat ini penunjuk waktu sudah berada di angka satu dini hari.
"Papah sama Kinar pulang duluan saja, Intan masih ada perlu." Intan beralasan agar Pak Gatot tidak mengantarnya pulang, ia tahu jika Bu Leni sudah marah-marah karena Pak Gatot belum pulang juga hingga dini hari.
"Kamu naik ojek saja di depan, jangan jalan kaki!" ujar Pak Gatot setelah menutup pintu studio.
"Iya Pah, tenang saja. Intan pasti naik ojek," jawab Intan dengan di iringi senyum tipis.
Kinar dan Pak Gatot akhirnya berlalu dari studio, meninggalkan Intan seorang diri. Gadis bertato itu sekilas mengalihkan pandangannya ke arah pohon asem, tapi yang ia cari tak ada lagi di sana. Akhirnya intan memutuskan jalan kaki ke tempat pangkalan ojek yang berjarak beberapa meter saja dari studio.
"Si-al!! gak ada yang mangkal malam ini!" umpat Intan ketika mendapati tak ada seorang pun di pangkalan. Meskipun sekarang banyak ojek online, tapi di tempat ini setiap hari ada tukang ojek yang masih mangkal biarpun tengah malam.
Intan mengeluarkan ponselnya, ia mencoba mencari ojek lewat aplikasi dan nyatanya tak ada satupun yang meresponnya, "Pada kemana coba!" gerutu Intan seraya memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku jaketnya.
Intan menghela napasnya yang berat, ia merutuki nasibnya malam ini. Jarak antara studio dengan kontrakannya lumayan jauh jika harus di tempuh dengan jalan kaki.
"Oke, anggap saja sedang ikut kegiatan pramuka, penjelajahan malam!" seru Intan ketika mulai menganyun langkahnya. Ia sedang menyemangati dirinya sendiri.
Intan terus berjalan menyusuri jalanan yang sepi, sesekali ia bersenandung untuk mengusir keheningan malam yang mulai menerpa. Namun, langkah Intan harus terhenti ketika seorang pengendara motor matic menghentikan laju motornya tepat di samping Intan.
"Naiklah! ayo ku antar pulang!"
Intan terkesiap ketika mengenali suara yang sangat familiar di indera pendengarannya meski wajah sang pemilik suara itu tertutup helm teropong, "Gus Aji!" Intan sedikit memundurkan tubuhnya.
"Sangat berbahaya jika seorang gadis berjalan seorang diri di jam seperti ini. Jadi, segeralah naik! aku akan mengantarmu pulang!" sekali lagi Aji berseru, kali ini sambil membuka kaca helmnya.
Intan berpikir beberapa saat, tidak ada salahnya 'kan jika sesekali merasakan duduk berdua di atas motor bersama sang pujaan hati? begitu lah yang ada dalam pikiran Intan.
Aji melajukan motornya dengan pelan. Entah alasan apa yang membuatnya tetap berada di kecepatan yang sangat lamban. Aji seperti seseorang yang baru bisa mengendarai motor.
Sebenarnya, ia tetap mengawasi Intan sejak tadi. Tapi ia harus pindah tempat lain karena Intan sudah mengetahui posisinya. Aji menunggu Intan di salah satu ruko yang tak jauh dari studio tato, tempat Intan bekerja. Karena merasa khawatir melihat Intan jalan kaki seorang diri, akhirnya ia memutuskan untuk mengantar Intan pulang. Ini adalah pengalaman pertama kalinya membonceng seorang wanita yang bukan mahramnya.
"Harusnya bos mu tidak mempekerjakan seorang wanita sampai tengah malam," protes Aji setelah beberapa menit tak bersuara.
"Memang itu jam kerjanya, Gus." Senyum tipis pun akhirnya terbit dari bibir Intan ketika bisa merasakan ke khawatiran yang tak terucap secara langsung.
Mereka kembali terdiam. Saling merasakan debaran jantung yang tak beraturan, untuk pertama kalinya mereka berdua duduk berdekatan di atas motor matic yang tak seberapa besar ini.
Intan bersedekap karena merasakan hawa dingin yang berhasil menembus jaketnya. Ingin rasanya ia memeluk pria yang ada di hadapannya sama seperti pasangan muda lainnya, "jangan mimpi kau, Tan!" gumam Intan dalam hatinya.
"Jadi seperti ini rasanya membonceng seorang gadis. Aku harap malam ini Malaikat pencatat amal memberiku dispensasi ... astagfirullahaladzim!" gumam Aji dalam hatinya.
Sekilas Aji melihat ekspresi wajah Intan dari kaca spionnya. Ada perasaan hangat yang menelusup ke dalam hatinya ketika melihat wajah yang berhiaskan senyum tipis di belakangnya.
Akhirnya, setelah menempuh waktu beberapa menit, mereka berdua telah sampai di halaman kontrakan Intan. Gadis itu segera turun dari jok belakang setelah Aji menghentikan motornya.
"Terima kasih, Gus," ucap Intan dengan tubuh yang sedikit membungkuk.
"Sama-sama. Masuklah!" ujar Aji setelah melepas helmnya.
Intan mengangguk pelan sebelum berlalu dari hadapan Aji. Namun, baru saja ia melangkahkan kakinya, tiba-tiba ada motor sport yang berhenti di depan kontrakannya. Degup jantung Intan pun kembali tak beraturan setelah melihat ekspresi Aji yang terlihat aneh.
"Jack, ada apa?" tanya Intan setelah membalikkan tubuhnya. Ia berdiri di samping Aji.
"Gue cuma nganter ini aja." Jack menyerahkan kantong kresek berwarna hitam kepada Intan, "tadi Tommy telfon gue, dia pesan wine seperti biasanya terus di suruh ngasih ke elu." ucap Jack seraya menatap Aji lewat ekor matanya. Ia bertanya kepada Intan lewat sorot matanya tentang siapa pria yang hanya diam itu.
"Oh, oke makasih. Tapi ini udah di bayar Bang Tommy 'kan?" tanya Intan dengan sorot mata yang mengisyaratkan agar Jack segera pulang dari kontrakannya.
Jack adalah teman dekat Tommy yang bekerja di bar. Tommy sudah biasa beli banyak wine lewat Jack, ia selalu menyediakan itu untuk Intan dan Kinar meskipun hanya satu botol saja.
"Udah lah! kalau begitu gue langsung pulang saja," ucap Jack sebelum membalikkan tubuhnya, "mari, Bang." Jack menatap Aji sekilas sebelum pergi.
Perasaan tak nyaman kembali hadir dalam hatinya, bunga-bunga cinta yang sempat bermekaran indah kini telah layu. Lagi dan lagi Aji melihat secara langsung bagaimana kebiasaan Intan saat ini.
"Tata ...." Aji menatap Intan yang masih terdiam di sampingnya.
Intan menatap Aji dengan sorot mata yang tidak bisa di ungkapkan, "Sekali lagi saya ingatkan, Gus. Tata sudah hilang beberapa tahun yang lalu. Sekarang yang ada hanya Intan. Tolong panggil nama saya Intan saja."
"Baiklah, maafkan aku. Aku akan belajar memanggilmu sesuai dengan yang kamu inginkan," ucap Aji dengan rasa penasaran yang semakin merayap di hatinya.
Intan menatap Aji sekilas. Lalu ia pamit untuk masuk ke dalam kontrakannya. Setelah pintu terbuka, ia membalikkan tubuhnya untuk menatap Aji yang sedang memakai helmnya.
"Aku besok akan pulang ke Jombang, kamu mau ikut?" tanya Aji di balik helm teropongnya
Intan tertegun setelah mendengar tawaran dari Aji. Sebenarnya ia sangat rindu dengan kota kelahirannya itu. Intan ingin sekali berkunjung ke makam orangtuanya yang ada di Jombang. Namun, ia belum punya keberanian yang besar untuk menginjakkan kaki di kota santri itu.
"Maaf Gus, saya belum siap pergi kesana," jawab Intan dengan nada yang sendu.
_
_
Terima kasih sudah membaca karya ini, semoga suka ♥️😍
Maaf ya kemarin gak up karena othor pergi takziah ke Pasuruan, ada kerabat yang meninggal dunia 🙏
Othor gemol mengucapkan selamat hari natal untuk kalian semua yang sedang merayakan😍🙏🙏🙏🌷
_
_
🌷🌷🌷🌷🌷
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 150 Episodes
Comments
Ditha Fitria
gak ada dispen dispenan🤦🤦🤣🤣🤣
2022-03-20
1
Ingat!! Aji, jangan memaksa Intan untuk berubah ..Cukup temani dia bila waktunya tiba, pasti Intan akan menceritakan semuanya ..
2022-01-15
2
Yeni Eka
Makam orangtua? Jadi pak Gatot itu bukan ayah kandungnya dong
2022-01-02
0