Satu minggu kemudian ....
Keheningan terasa di dalam kelas, di mana Aji sedang menjelaskan materi hari ini. Selama Aji menjelaskan materi, tidak ada yang berani bersuara sebelum Aji memberikan waktu untuk bertanya.
"Sampai di sini ada yang di tanyakan?" tanya Aji setelah membahas materi yang ada dalam metodologi studi islam.
"Tidak, Pak." jawab serempak semua mahasiswa Aji.
"Baiklah kalau begitu kita lanjutkan ke materi tentang kriminalitas," ucap Aji seraya mengganti materi yang ada di laptopnya agar para siswanya bisa melihat materi di layar proyektor.
Aji menjelaskan bagaimana tentang kriminalitas dan hukum-hukum dalam islam. Aji menjelaskan dengan rinci apa saja yang termasuk dalam kriminalitas itu sendiri.
"Materi kali ini sudah cukup, ada yang mau bertanya?" ucap Aji setelah duduk di kursinya.
Salah satu mahasiswi yang duduk di bangku paling belakang mengangkat tangannya, lalu ia berdiri dan menyebut namanya sebelum bertanya.
"Bagaimana cara mengatasi kriminalitas itu sendiri, Pak?" tanya mahasiswi berkerudung hijau tosca.
"Tergantung dari kriminalitasnya, kita bisa menganalisa terlebih dahulu dan setelah itu kita bisa mencari solusi atas tindakan kriminalitas tersebut." ucap Aji sambil memberikan sebuah contoh yang sudah ia siapkan dalam bentuk video.
"Ada tugas untuk kalian, tugasnya akan saya kirim nanti malam lewat E-mail. Saya beri waktu maksimal satu bulan untuk mempresentasikan tugas yang sudah selesai." akhirnya Aji menutup materi hari ini karena jamnya sudah berakhir.
Aji bergegas keluar dari kelas karena siang ini ada janji bersama Farhan untuk meninjau lokasi ruko yang akan mereka sewa. Semua persiapan sudah mereka lakukan untuk membuka cafe yang sudah mereka sepakati bersama, mulai dari menu makanan, minuman dan interior cafe nantinya.
"Assalamualaikum, Pak," sapa Aji ketika menemui Farhan di kantin kampus.
"Waalaikumsalam, silahkan duduk Pak Aji. Mau pesan kopi dulu?" tanya Farhan sambil menatap Aji.
"Tidak usah, Pak. Kalau Bapak sudah selesai lebih baik kita berangkat saja ke lokasi," ujar Aji.
"Oke Pak, kita berangkat sekarang." Farhan berdiri dari tempat duduknya dan berjalan ke ke kasir untuk membayar minumannya.
Akhirnya mereka berangkat menuju lokasi yang di rekomendasikan oleh Farhan. Lokasi yang terletak di tengah-tengah kota, cocok untuk usaha yang akan mereka dirikan nanti.
Setelah menghabiskan waktu tiga puluh menit, akhirnya mereka sampai di lokasi. Aji dan Farhan masuk ke dalam ruko yang pintunya sudah terbuka, sang pemilik pun sudah menunggu di sana.
Ruko yang akan di sewa Aji dan Farhan lumayan besar. Bangunannya masih baru dan terdiri dari dua lantai dan setelah selesai melihat bagaimana isi ruko tersebut, mereka bertiga membahas masalah harga sewa.
Kesepakatan akhirnya mereka sepakati bersama setelah sang pemilik menentukan harga sewa dan jangka waktunya. Sang pemilik pun sudah membuatkan surat perjanjian sewa ruko sebagai formalitas.
"Terima kasih pak atas kerjasamanya," ucap Farhan ketika menjabat tangan sang pemilik ruko.
"Sama-sama Pak, semoga usaha bapak lancar dan berkembang sesuai yang bapak inginkan," ucap pemilik ruko itu, tak lupa beliau pun menyalami Aji yang tak banyak bicara seperti Farhan.
Aji dan Farhan bisa bernafas lega karena jalannya di mudahkan oleh Allah. Mereka tinggal membeli perlengkapan cafe dan menata interiornya yang sudah mereka persiapkan.
Waktu terus berlalu, matahari terus bergerak ke arah barat hingga membuat perpaduan yang sangat indah di cakrawala barat. Burung-burung pun berterbangan menuju sarangnya sebelum alam menjadi gelap.
"Maaf Pak Farhan, saya harus pamit sekarang karena setelah magrib, saya ada jadwal mengisi pelajaran kitab Jurumiyah di pondok pesantren Al-fatah." Aji pamit kepada Farhan yang sedang sibuk membuat desain untuk buku menu.
"Oh, iya pak. Sebentar lagi saya juga mau pulang. Pak Aji pulang dulu saja," ucap Farhan sambil menatap Aji.
Akhirnya Aji pergi meninggalkan Farhan sendirian di ruko yang masih kosong itu, ia buru-buru karena waktunya sudah mepet. Aji adalah pria yang disiplin, jadi ia tidak mau kalau sampai terlambat datang ke pesantren Al-Fatah.
"Aku harus cepat sampai di rumah," ucap Aji ketika mobilnya mulai melaju di jalanan yang cukup padat.
Laju mobil Avanza putih yang di kendarai Aji perlahan harus berjalan lambat karena ada kemacetan panjang di daerah pasar induk yang ada di Ciputat. Aji mengernyitkan keningnya karena penasaran ada apakah di depan sana hingga kemacetan begitu panjang, tidak biasanya jalanan ini mengalami kemacetan seperti saat ini.
"Maaf Bang, di depan ada apa ya?" tanya Aji kepada penjual minuman dingin ketika kaca pintu mobilnya terbuka lebar.
"Oh, tadi ada bentrokan pak karena ada wanita berjilbab yang di lecehkan preman daerah lain. Nah, pasukannya Pak Gatot gak terima tuh, maka dari itu mereka bentrok di depan umum," ucap Abang penjual minuman dingin itu.
"Memang Pak Gatot itu siapa?" tanya Aji lagi, karena mobilnya tak kunjung berjalan karena kemacetan ini.
"Bapak bukan orang sini ya, kok gak kenal Pak Gatot," tanya Abang itu lagi.
"Iya Bang, saya dari Jawa timur. Oh ya Bang, saya mau beli minumannya satu." Aji menyerahkan selembar uang dua puluh ribu kepada penjual minuman itu.
"Terima kasih, Pak," ucap penjual minuman sambil memberikan uang kembalian kepada Aji.
"Yok ... yok ... yok ... yang dingin, yang dingin ... pelepas dahaga di saat macet yok!!" suara teriakan penjual minuman itu ketika melanjutkan kembali aktivitasnya.
Setelah mendengar cerita sekilas dari penjual minuman itu, membuat Aji teringat kepada Tata. Ia membayangkan betapa takutnya Tata saat itu, mendapat ancaman dari Aga hingga membuatnya melakukan hal yang di larang agama.
"Kamu di mana, Ta? kemana lagi aku harus mencarimu," gumam Aji dengan tatapan lurus ke depan.
Sementara itu, di dalam mobil APV kepanikan tengah melanda seluruh penumpangnya. Ada Intan, Kinar, Tommy, Pak Gatot dan satu wanita berkerudung merah muda yang sedang meringis kesakitan.
Pak Gatot mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi, pria berumur lima puluh lima tahun itu panik karena melihat putrinya tak sadarkan diri dengan luka sabetan senjata tajam di punggungnya.
Intan tiada henti meneteskan air mata ketika melihat kinar tak sadarkan diri di atas pangkuannya, darah segar membasahi tangan kanannya yang di buat untuk menahan luka Kinar.
"Kamu harus kuat, Piranha!" bisik Intan sambil terisak. Jujur saja ia takut kehilangan Kinar, karena wanita berambut pirang itu adalah seseorang yang sangat berharga di hidup Intan selama beberapa tahun belakangan ini.
Kedua gadis itu terlibat bentrok dengan para preman yang menyerang anak buah Pak Gatot. Setelah mendengar kabar bahwa daerahnya di serang preman dari daerah lain, Intan dan Kinar segera menuju lokasi untuk ikut bentrok. Mereka adalah gadis bar-bar yang tak kenal rasa takut.
Rintihan kesakitan terus terdengar di kursi paling belakang. Gadis berkerudung merah muda yang menjadi awal permasalahan itu pun terkena luka sayatan di lengannya. Tommy terus menutup luka itu sama seperti Intan saat ini yang sedang menutup luka adiknya.
"Siapa namamu? aku yang akan mengurus administrasinya nanti," tanya Tommy setelah mobil APV itu berhenti di depan IGD.
"Renata, Bang," jawab wanita itu dengan suara yang lirih.
_
_
Terima kasih sudah membaca karya ini, semoga suka 😍♥️
Hmmm kalian maunya kapan nih Aji di temuin sama Intan? atau kalian mau Aji ketemu Tata aja?😝
_
_
🌷🌷🌷🌷🌷🌷
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 150 Episodes
Comments
Hum@yRa Nasution
Renata tata
2022-03-05
0
Biarpun jiwa Kinar bar bar, tetap donk keadilan di nomor satukan tanpa peduli dia terluka parah,, Keren 👍😎😎
2022-01-15
1
syafridawati
bom like say
2022-01-07
1