Suasana menyesakkan terasa di dalam ruang keluarga Kyai Yusuf. Empat pasang mata seakan ingin menelan habis-habis sosok pria yang sedang duduk di sofa tunggal yang ada di ruangan itu.
"Aga! sekarang jelaskan kepada Bude, apa yang sebenarnya terjadi dengan Tata empat tahun yang lalu?" tanya Ummi Sarah dengan pandangan yang tak beralih dari Aga.
Deg, jetak jantung Aga rasanya berhenti begitu saja ketika mendengar nama Tata di sebut. Ia tidak pernah menyangka bahwa masalah yang sudah terkubur rapat akhirnya muncul kembali.
Aga meraih selembar kertas yang di letakkan Ninis di meja. Ia membaca surat itu dengan tenang. Ada gurat ketakutan yang terlukis di wajahnya.
"Tata mencuri uang di kamarku karena tekanan darimu, Aga. Uang itu kamu gunakan untuk membayar hutang di salah satu agen judi, karena takut akhirnya Tata kabur dari pesantren. Bukan kah begitu kronologi yang pernah kamu ceritakan ketika menunjukkan rekaman CCTV dulu, Ga?" tanya Ninis sambil menimang putrinya yang masih bayi itu.
Aga menundukkan kepalanya karena tak kuasa menatap wajah Ummi Sarah dan Kyai Yusuf. Jari-jarinya saling bertautan karena rasa cemas mulai mendera. Aji menatap gerak-gerik sepupunya itu, ia bisa menangkap jika Aga sedang menyembunyikan sesuatu.
"Abah harap kali ini kamu mau berkata jujur agar tidak ada lagi kesalahpahaman," ucap Kyai Yusuf dengan tenangnya.
"Sebelumnya Aga minta maaf karena sudah berbohong kepada Bude, Pakde dan semua keluarga. Saat itu, Tata memang mencuri uang Ning Ninis, dia mencuri bukan karena tekanan dari Aga, tapi karena kemauannya sendiri." Aga mulai menegakkan kepalanya, ia memberanikan diri untuk mengatakan semuanya di hadapan Ummi Sarah dan Abah Yusuf.
"Tata kabur dari pesantren karena takut dengan Aga. Saat keluarga Bude pergi ke Kediri Aga menemui Tata di dapur, Aga memaksa dia agar mau berkenalan dengan Aga karena sebelumnya Tata menolak perkenalan baik-baik dari Aga. Mungkin Tata takut sama Aga karena Aga saat itu mengancam Tata," ucap Aga tanpa rasa takut lagi.
Aji mengepalkan tangannya, ia harus menahan diri dari amarah yang sudah menggebu dalam hatinya. Ia tidak pernah menyangka jika Aga berani melakukan semua itu kepada gadis pilihannya itu.
"Lalu apa yang kamu katakan kepada Tata hingga dia memilih pergi dari pesantren ini? semua keluarga sudah mengenal bagaimana Tata, tidak mungkin jika dia tiba-tiba mencuri." Aji mulai mengeluarkan suaranya.
"Saya mengancam akan melakukan pelecehan seksual jika Tata berani menolak ajakan pacaran saya ucapkan saat itu, saya juga mengancam Tata agar dia tidak menceritakan tindakan saya kepada keluarga Bude."
Penjelasan terakhir yang di ucapkan Aga benar-benar membuat semua orang menjadi geram. Tanpa mengucapkan sepatah kata, Aji pergi begitu saja dari ruang keluarga. Ia menaiki satu persatu anak tangga menuju kamarnya.
"Astagfirullahhaladzim ...." Aji terus mengucap istigfar selama menapaki satu persatu anak tangga.
Ia bergegas menuju kamar mandi untuk mengambil wudhu agar amarah dalam dirinya segera reda. Ia berdiri di hadapan cermin persegi panjang yang ada di dalam kamar mandi.
"Tata! kenapa kamu harus kabur dan menyembunyikan semua ini! harusnya kamu melaporkan tindakan Aga kepada Ummi!" gumam Aji dengan tangan yang mencengkram sisi kanan dan kiri sarungnya.
"Astagfirullah, Tata!" Aji tidak pernah menyangka jika gadis pilihannya itu mengalami perlakukan buruk dari sepupunya.
Aji segera menyiapkan beberapa pakaian yang harus di bawa kembali ke Tangerang. Aji tidak mau berlama-lama di rumah ini, karena semua itu tidak baik untuk jiwanya. Marah, geram dan kesal-- ya, itulah perasaan yang sedang menyelimuti jiwa tenangnya.
"Kalau berlama-lama di sini, aku tidak tahan ketika melihat Aga! Aku takut mematahkan leher sepupuku sendiri!" gumam Aji sambil melepas kaos oblongnya.
...🌹🌹🌹🌹...
Waktu menunjukkan pukul sepuluh pagi. Setelah sarapan Aji sudah siap untuk kembali ke Tangerang. Rasa rindu Ummi Sarah belum terobati, tapi Aji tetap ngotot ingin kembali siang ini juga.
"Nak, kenapa harus buru-buru kembali? biasanya kan malam baru kembali ke Tangerang," ucap Ummi Sarah ketika melihat Aji memakai sepatunya.
"Ada pekerjaan penting yang harus Aji selesaikan, Mi. Jadi, Aji harus segera kembali," ucap Aji seraya menghampiri Ummi Sarah yang sedang duduk di kursi kayu yang ada di ruang makan.
Aji terpaksa berbohong karena Ummi Sarah belum mengetahui jika dirinya memilik perasaan lebih kepada Tata. Ninis pun tidak pernah memberitahu Ummi Sarah jika adiknya mengincar salah satu santri yang sangat dekat dengan beliau.
Ummi Sarah menghela nafasnya yang berat karena belum puas melepas rindu dengan putra kesayangannya itu. Masalah yang di ungkapkan oleh keponakannya beberapa jam yang lalu berhasil membuat kepala Ummi Sarah menjadi pusing.
"Mi, Aji berangkat ya, tolong restui rencana Aji yang tadi malam," ucap Aji setelah mencium punggung tangan Ummi Sarah.
"Ummi pasti mendoakan yang terbaik untukmu, Nak. Ingat, jangan menjual minuman yang di haramkan Allah!" Ummi Sarah mewanti-wanti Aji agar tidak terbawa arus pergaulan yang salah.
Setelah berpamitan kepada Ummi Sarah, Aji berjalan menuju ruang tamu untuk menemui Kyai Yusuf yang sedang berbincang dengan Ninis.
"Bah, Aji mau kembali ke Tangerang," ucap Aji setelah duduk di atas karpet bulu yang di gelar di ruang tamu. Ia duduk bersila di dekat Kyai Yusuf.
"Hati-hati di jalan, Ji. Nanti uangnya biar di transfer Ninis ke rekeningmu," ucap Kyai Yusuf sambil menepuk paha Aji.
Semalam saat ada waktu luang bersama kedua orangtuanya, Aji menyampaikan rencananya bersama Farhan. Awalnya Ummi Sarah tidak setuju karena beliau mengira bahwa semua kafe harus menyediakan minuman keras dan sejenisnya. Tapi semua itu tak berlangsung lama karena Aji berhasil meyakinkan Ummi Sarah bahwa kafe yang akan ia kelola bersama Farhan bukanlah kafe yang menjual minuman memabukkan.
Setelah beberapa menit berbicara dengan sang Ayah, akhirnya Aji keluar dari ruang tamu di ikuti oleh Ninis. Kakak beradik itu sedang berbicara serius di dekat mobil Avanza putih yang akan di bawa Aji ke Tangerang.
"Hati-hati di jalan, Dik! tetap fokus selama dalam perjalanan. Jangan memikirkan Tata terus! jika jodoh kalian pasti bertemu lagi," ucap Ninis sambil menepuk bahu Aji.
"Ning, tolong bantu aku cari informasi tentang Tata ya, aku yakin dia tidak jauh dari Jawa Timur." Aji menatap Tata penuh harap membuat Ninis ingin sekali menertawakan adiknya itu.
Sebuah ide konyol tiba-tiba terlintas di pikiran Ninis. Kali ini ia harus menggoda adiknya agar semakin kesal. Senyum penuh makna mulai menghiasi wajah kalemnya, ibu satu anak ini memang dari dulu suka sekali menggoda Aji.
"Dik, bagaimana kalau kamu melupakan Tata saja, umurmu hampir kepala tiga loh!" ujar Ninis dengan entengnya, "sepertinya ada gadis yang menjadi pengagum rahasiamu seperti Tata dulu, tuh lihat Rahma sedang mencuri pandang ke arahmu!" Ninis berbisik sambil mengarahkan pandangannya ke arah gazebo yang agak jauh dari tempatnya berada, di mana ada seorang gadis yang sedang duduk di sana.
Aji mendengus kesal tanpa melihat siapapun yang di tunjuk oleh Ninis. Ia segera membuka pintu mobil agar terhindar dari kejahilan kakaknya itu.
"Dasar Ning tak berakhlaq!" umpat Aji sebelum melajukan mobilnya keluar dari halaman rumah.
_
_
Terima kasih sudah membaca karya ini, semoga suka 😍♥️
_
_
.🌷🌷🌷🌷🌷
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 150 Episodes
Comments
Hum@yRa Nasution
tata??Ninis???🤭
2022-03-04
0
Sis Fauzi
Cinta Aji cuman buat Tata
2022-03-01
0
Simple_Syrup
mau kenalan sama authornya boleh gak ya 😂 😂😂
2022-01-16
1